Menikah di Usia Muda, Siapa Takut?

 


Menikah di usia yang relatif muda dengan dasar takut nambah dosa, sebenarnya lebih banyak plus daripada minusnya. Berdasarkan pengalaman pribadi dan orangtua saya sendiri, kuncinya tetap dibawa hepi sih. Kalo gonjang ganjing dunia rumah tangga siapa aja pasti pernah mengalami. Balik lagi ke diri sendiri untuk nggak overthinking atas segala sesuatu yang belum terjadi.

Saya dan suami menikah saat usia kami belum menginjak tepat 23 tahun. Sementara papa saya lebih muda lagi, di usia belum genap 22 tahun ia berani menikahi mama saya yang usianya setahun lebih tua darinya. 

Bayangin aja, di usia kami saat itu seharusnya kami bisa melakukan apa aja yang kami mau untuk bersenang-senang tanpa memikirkan orang lain. Apakah itu dalam segi karir, jalan-jalan, capaian akademis maupun hura-hura lainnya. Namun di dengan berbagai alasan pribadi akhirnya kami memutuskan untuk memulai kehidupan rumah tangga yang kami tau persis pasti akan banyak tantangan dan bisa jadi akan menunda bahkan mengubur mimpi dunia yang pernah kami ukir selama bertahun-tahun sebelumnya.

Inilah saya yang alhamdulilah berani mengambil keputusan itu. Selain takut nambah dosa dengan bahasa pacaran yang saya tau banyak mudharatnya, saya yakin dengan janji Allah bahwa menikah itu akan membuka pintu rezeki. Jangan pikir rezeki cuma dari segi materi ya, bisa jadi hati yang lapang menerima kondisi suami salah satunya.

Yang sebelumnya tidur sendiri, bangun sendiri, makan sendiri, setelah menikah harus mikirin tidur dan makan suami. Belum lagi menerima kebiasaan baru suami yang mungkin nggak saya banget. Namanya udah jadi, ya harus diterima. Kan nggak mungkin pisah cuma gara-gara suami suka ileran atau kentut sembarangan, LOL.

Balik lagi ke plus dan minus menikah di usia muda.


Plusnya...

- Menghindari dosa, mencari hubungan yang berkah dunia akhirat.

- Ada temen buat ngapain aja. Saat sedih, senang, gelisah, kecewa, pasangan kita bisa jadi partner terbaik yang menguatkan kita.

- Kesempatan untuk memiliki buah hati lebih cepat. Tentunya akan menimbulkan konsekuensi yang aduhai pasang surutnya.

- Kalo panjang umur, masih sempat menikmati hidup di usia tua dengan cucu-cucu tercinta. Masih bisa mendampingi anak di saat puncak akademis dan karirnya. Membesarkan mereka dengan kondisi yang masih fit karena usia yang belum renta.

- Mimpi yang awalnya dibangun sendiri, jadi harus nambah si dia😅


Minusnya..

- Harus menunda mimpi pribadi bahkan mengubur dan menggantinya menjadi mimpi bersama. Baik itu mimpi akademis, jalan-jalan, dan lainnya.

- Harus belajar berpikir dewasa di usia yang relatif muda.


Kondisi di atas bisa jadi hanya terjadi di saya, haha.. Kalopun di orang lain juga sama, bisa saja itu kebetulan belaka. Yang pasti adalah janji Allah tentang pentingnya menikah itu harus diyakini, jika memang sudah ada pasangannya. 

Oiya, pilih-pilih pasangan itu juga wajib. Wajar dong kalo kita mau pasangan terbaik yang sesuai tujuan hidupnya dengan kita. Nggak mau ngasal atau sembarangan. Makanan aja kita pilih yang bagus, masa' suami nggak.

Sekian tulisan sambil nunggu mobil dicuci. Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, nggak ada lagi yang takut menikah di usia muda. Ingat, bukan karena terpaksa karena udah accident duluan.



No comments

Post a Comment