Sebagai orang yang berjiwa petualang, saya sudah memiliki mimpi menjelajah berbagai tempat di Indonesia yang terkenal dengan berbagai wisata alam. Pantai, gunung, hutan, laut, sungai, sepertinya akan sangat menyenangkan jika bisa menginjakkan kaki disana. Judulnya tafakkur alam agar semakin bersyukur dengan segala keindahan yang disuguhkan Sang Pencipta. Teringat saat kuliah dulu muncul keinginan untuk bisa mendaki Gunung Semeru setelah membaca novel 5cm karya Donny Dhirgantoro. Bisa bermalam di tepi danau Ranu Kumbolo hingga berjalan kaki sampai ke puncak Semeru, salah satu gunung tertinggi dan masih aktif di Pulau Jawa.
Ada lagi mimpi untuk snorkeling dan menyelam di laut Raja Ampat yang terkenal masih perawan kala itu. Meski tau harus terbang ke Papua dan merogoh kocek cukup banyak, mimpi itu tetap ada hingga sekarang. Walaupun nggak tau bisa terealisasi atau tidak. Namanya juga mimpi, ya kan?
Usia bertambah, semangat tetap sama. Akhir tahun 2022 saya diundang ke kota Malang untuk berdiskusi perihal pekerjaan. Saat berangkat tak terpikir jika saya bisa sekalian plesiran karena cukup banyaknya hal yang harus dibahas dalam waktu yang sempit. Malang yang setiap hari diguyur hujan juga membuat saya dan tim mengurungkan niat untuk kemana-mana. Kalaupun sempat, paling hanya ke Museum Angkut yang katanya bagus dan tempatnya cukup tertutup (indoor).
Saya dan tim mendarat sehari sebelum acara via bandara Juanda di Surabaya. Butuh waktu 1,5 hingga 2 jam lagi untuk bisa sampai di kota Malang dengan minibus HiAce yang kami pesan disana. Tak apalah, kami bisa sekalian mampir untuk mengisi perut dan mencicipi rawon di salah satu warung pinggir jalan yang terlihat ramai. Kalau di novel 5cm, Arial dan tim memilih jalur darat menggunakan kereta api dari Jakarta. Sama aja lah ya, toh sampai di Malang juga. Nggak mungkin kan naik kereta api dari Medan ke Malang, LOL.
Diskusi kerja alot yang diagendakan dua hari akhirnya bisa dipadatkan menjadi hanya satu hari hingga malam. Salah satu teman mengajak untuk melakukan trip ke Bromo malam itu juga. Ha?? Apa?? Jiwa petualang saya langsung muncul. Ingin langsung berkata "yok", namun sadar harus meminta izin suami terlebih dahulu. Apalagi cuaca Malang saat itu masih gerimis yang kelihatannya akan cukup panjang sampai pagi.
Singkat cerita, izin pun berhasil saya kantongi. Ahh,, terima kasih suami udah bisa mengerti istrinya yang hobi menjelajah ini, hehe... Lanjut mencari agen trip Bromo yang ternyata cukup banyak dan dengan mudah dihubungi via chat di whatsapp. Akhirnya enam orang dari tim kami berangkat dan ikut trip di Bromo hingga rencana kembali esok harinya.
Pemesanan Trip ke Bromo
Banyak agen trip yang dapat menyediakan jasa perjalanan ke puncak Bromo di daerah Malang dan sekitarnya. Jarak kota Malang ke tempat pendakian awal juga hanya 45 menit. Jadi masih masuk akal bagi saya dan tim untuk dapat memesan malam itu juga dengan rencana keberangkatan jam setengah satu malam.
Saya berhasil mendapatkan rekomendasi agen trip yang cukup dipercaya dan nggak ugal-ugalan di jalan. Maklum jalan ke Bromo akan menanjak dan menurun, jadi memang nggak enak kalo dapat agen yang nggak paham.
Agen yang kami hubungi via nomor whatsapp langsung menjawab saat saya kirim chat. Wah... cepat sekali responnya. Awalnya kami bertanya soal keamanan kondisi jalan malam itu. Kekhawatiran tetap ada karena dengan medan jalan menanjak dan menurun dilengkapi hujan gerimis tipis yang turun sejak sore hari. Si agen memastikan kondisi jalan relatif aman dan banyak wisatawan lain yang juga ikut trip malam itu.
Harga dan Paket Tersedia
BROMO
Paket Bromo tersedia setiap hari, free antar jemput untuk Kota Malang dan Batu (paket private trip) dan di Kota Malang untuk open trip. Penjemputan bisa dirumah/hotel/stasiun/terminal. Paket private trip, tidak digabung peserta lain selama tour, harga berbeda beda sesuai jumlah peserta. Paket open trip adalah paket gabungan dengan peserta lain, harga flat dan tidak ada minimal peserta. Apabila ingin menyesuaikan lokasi penjemputan (misal diluar kota, bisa dikonunikasikan pada admin).
Dari keterangan yang ada rincian whatsapp business si agen, mereka menyediakan dua jenis paket.
1. Private trip dimana pesertanya tidak digabung dengan peserta lain selama tour. Cocok untuk keluarga, kelompok atau komunitas yang melakukan trip bersama.
2. Open trip dimana peserta akan digabung dengan peserta lain yang mendaftar. Trip ini cocok bagi wisatawan solo (solo traveller) atau kelompok berjumlah kurang dari lima orang.
Dengan jumlah saya dan tim 6 orang, kami memutuskan untuk memesan private trip agar kami tetap dalam satu jeep selama perjalanan. Kami juga memilih untuk tanpa dokumentasi dari agen untuk meminimalkan biaya. Hanya perlu memastikan ponsel kami dengan kondisi baterai penuh.
Itinerary Trip
Dalam satu paket perjalanan ke Bromo, ada 6 tempat yang menjadi tujuan trip. Berawal dari penjemputan ke hotel oleh pihak agen jam setengah satu malam. Perjalanan dimulai dari hotel menuju titik tunggu untuk menunggu jeep dan awal pendakian selama 45 menit hingga 1 jam. Kami lalu duduk menunggu hingga jam 2 pagi di salah satu rumah warga yang sepertinya memang disediakan untuk wisatawan sekedar duduk, ke toilet dan minum teh panas.
Tepat jam 2, jeep yang akan mengantar kami datang dan kami segera naik untuk memulai perjalanan ke Bromo. Di depan jeep kami sudah ada beberapa jeep membawa wisatawan lainnya yang juga akan menikmati keindahan Bromo malam menuju pagi itu.
Perjalanan malam kami cukup berkelok, menurun dan menanjak. Khas perbukitan. Hanya saja bisa dibilang kondisi jalan cukup ramai dengan banyaknya jeep yang konvoi dengan tujuan yang sama. Kami berusaha untuk menikmati dengan kondisi dingin yang mulai menusuk ke kulit di dalam jeep sempit berisi 7 orang dengan supir. Tak apa, inilah perjalanan ke Bromo. Bisa jadi ini yang pertama dan terakhir buat kami berenam.
Sepanjang perjalanan ada yang mengantuk dan tidur seadanya sambil duduk. Kepala bersandar di pintu belakang jeep atau di bahu teman yang bersedia merelakan bahunya. Saya sendiri kadang menutup mata agar tidak terlalu mengantuk saat tiba di lokasi. Sesekali bertanya pada supir tentang perjalanan yang akan kami lalui, ceritanya selama menjadi supir jeep pembawa wisatawan, dan lainnya.
Jika dirangkum, berikut itinerary atau tempat-tempat yang akan kami datangi selama trip Bromo kali ini.
1. Sunset Point
Tujuan pertama kami adalah Sunset Point. Sesuai namanya, sunset point adalah tempat untuk melihat matahari terbit dengan latar Gunung Semeru dan bukit-bukit di sekitar Bromo Tengger. Kami sampai di sunset point sekitar jam setengah 4 pagi. Udara dingin saat menuju subuh itu sangat menusuk hingga ke tulang. Wajar saja karena kami berada di puncak Bromo Tengger. Jeep diparkir tak jauh dari sunset point, kami harus mendaki sekitar 200 meter untuk mencapai lokasi. Sudah banyak wisatawan lain yang berada disana sambil berfoto. Saya masih berpikir apa bisa bertahan dengan tubuh yang mulai menggigil tanpa jaket yang memadai.
Beruntung ada beberapa penyewaan jaket dan pedagang sarung tangan tak jauh dari jeep kami terparkir. Tanpa perlu pikir panjang saya langsung menyewa jaket tebal seharga 25 ribu rupiah dan membeli sarung tangan dengan harga yang sama. Ahh,,, hangat... Segera saya dan tim menuju musholla karena waktu subuh mulai tiba dan kami harus mengejar waktu agar tak ketinggalan panorama matahari terbit yang katanya eksotik. Tak lupa menyempatkan minum teh panas dan makan semangkuk mie instan yang rasanya nikmat sekali kala itu.
Alih-alih berjalan kaki untuk mendaki, baru 50 meter rasanya nafas kami udah ngos-ngosan. Fixed, kami langsung menawar jasa motor dengan membayar 100 ribu rupiah untuk bisa sampai ke sunset point yang sebenarnya. Keliatan, usia udah mulai tua, LOL.
Sampai di lokasi, saya tak henti-hentinya mengucap masyaAllah, alhamdulillah. Satu impian saya dikabulkan Allah saat itu. Mimpinya udah belasan tahun lalu, Allah baru mengabulkan sekarang. Di saat yang tepat menurut Allah tentunya.
Pemandangan sangat indah dengan Gunung Semeru berada di sebelah Bukit Widodareni dan bukit lainnya. Kami duduk selama hampir setengah jam menunggu matahari mulai mengintip. Sayang.. karena cuaca yang mendung, matahari terbit eksotis yang kami harapkan nggak muncul karena tertutup awan tebal. Kami sedikit kecewa, tapi saya pribadi sudah sangat bersyukur dengan pencapaian kami kali ini.
2. Bukit Widodareni
Setelah memastikan pemandangan matahari terbit memang tidak akan kami saksikan, kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya. Namanya Bukit Widodareni atau bukit bidadari. Bukit terlihat seperti bergaris-garis dengan hamparan pasir hitam di bawahnya.
Banyak jeep dan wisatawan yang berfoto dengan latar bukit cantik di belakangnya. Jika ingin berkuda, ada juga yang menyediakan jasa penyewaan kuda untuk berputar di sekeliling.
3. Kawah Bromo
Setelah bukit yang eksotis, Kawah Bromo menjadi tujuan selanjutnya. Namun kami mengurungkan niat ke kawah ini karena akan lelah mendaki dengan berjalan kaki menuju kawah. Capek gaess... LOL
4. Pasir Berbisik
Masuk ke daerah Pasir Berbisik. Disini adalah lokasi syuting film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastro. Memang pasir semua yang kelihatan sepanjang mata memandang. Kami hanya berhenti sebentar untuk berfoto. Ingin hati mendengar suara pasir yang seakan berbisik karena tertiup angin. Apa daya pasirnya saat itu nggak bisa berbisik. Pasalnya si pasir basah terkena hujan semalam.
5. Savana
Padang savana sebenarnya adalah jalan yang kami lewati menuju jalan pulang. Daerah yang ditumbuhi rumput savana khas pegunungan. Lumayan cakep buat berfoto, tapi raga yang sudah mulai lelah memaksa kami untuk tidak berhenti dan hanya memandang savana dari jeep.
6. Bukit Teletubbies
Setelah padang savana, ada bukit teletubbies buat tempat berfoto juga. Sekali lagi kami hanya melewati bukit tanpa turun dari jeep. Mungkin lain kali saat kondisi kami lebih fit dan nggak terlalu lelah.
Trip selesai. Kami langsung diantar ke titik saat kami dijemput jeep sekitar jam 9 pagi. Satu jam setelahnya kami sudah sampai kembali ke hotel untuk beristirahat.
Tips Ke Bromo
Ke Bromo itu asyik dan menyenangkan. Tapi ada tipsnya agar bisa menikmati perjalanan selama hampir 10 jam dan dimulai tengah malam. Berikut tips dari saya biar kamu bisa tetap hepi bisa ke Bromo.
1. Pastikan kondisi badan fit dan tidak capek. Tidur beberapa jam sebelum berangkat tengah malam adalah cara yang pas agar tetap semangat sepanjang perjalanan.
2. Gunakan pakaian yang nyaman, jangan lupa jaket dan sarung tangan. Memang disana ada yang menyewakan atau menjual. Tapi untuk yang punya budget terbatas, mending bawa sendiri kan.
3. Tidak perlu membawa tas besar. Cukup yang penting-penting aja. Kecuali kamu nggak menggunakan jasa agen perjalanan, bisa bawa mobil sendiri misalnya. Tapi setau saya, harus ada izin juga dari pihak wisata Bromo Tengger.
4. Bagi yang membawa anak, jangan lupa perlengkapan seperti gendongan, minyak kayu putih dan cemilan. Usahakan anak tetap nyaman di gendongan kita. Yang bawa toddler, bisa menyesuaikan.
5. Jika ingin dapat view sunset yang eksotis, usahakan ke Bromo sekitar bulan Juni atau Juli saat tidak musim hujan. Namun udara malah akan jauh lebih dingin dari biasanya.
Sekian cerita wisata dadakan saya dan tim ke Puncak Bromo Tengger. Nggak nyangka bisa kesana walaupun capek. Setelah sampai di hotel, saya kecapekan hingga tidur nggak bangun-bangun selama 3-4 jam. Tapi puas sih.. Alhamdulillah..