Tugu Kunstkring Paleis : Resto di Cagar Budaya Jakarta

 Saat sedang berada di Jakarta bulan lalu dan menginap di daerah Menteng, seorang teman mengajak saya untuk mencoba makan malam di tempat yang belum pernah ia kunjungi dan bikin penasaran. Pasalnya bangunan restoran merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Jakarta. Ala ala Belanda gitu. Namanya Tugu Kunstkring Paleis. Agak susah menyebutkannya. Lidah saya sempat kepleset jadi kuncring, LOL.

Walaupun harga makanan yang ditawarkan akan cukup merogoh kocek lumayan dalam, kami akhirnya memutuskan untuk tetap pergi kesana. Dengan harapan menu yang dipesan akan kami sesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Kalo kurang kenyang, bisa melipir ke depan hotel dengan makanan yang lebih terjangkau harganya. Dasar, perut batak, haha..

Sebelum kesana kami harus memesan tempat via telpon ke resto tersebut. Resto ini memang sering penuh pengunjung menjelang malam. Banyak bule yang suka untuk makan malam disana. Alhamdulillah saat memesan masih ada meja yang tersedia.

Kami berangkat menjelang jam 7 malam sesuai dengan waktu yang kami pesan. Dengan menggunakan taksi online hanya dibutuhkan waktu sekitar 10-15 menit saja dari hotel untuk sampai di tujuan. Awal masuk sempat bingung karena pintu masuknya terlihat agak gelap dari jalan utama. Pengunjung yang melintas nggak akan ngeh ada resto di dalam jika nggak memperhatikan.

Saat sudah berada di pintu masuk bangunan, saya baru sadar jika bangunan itu pada dasarnya adalah bangunan lama sejak zaman Belanda. Bentuk bangunan masih dengan arsitektur zaman kolonial dan unik. Mengingatkan saya dengan kantor PTPN IV Medan yang bernuansa sama.

Sejarah Bangunan



Tugu Kunstkring Paleis adalah salah satu pemanfaatan cagar budaya menjadi restoran unik bernuansa kolonial Belanda dan Tionghoa. Konon bangunan ini awalnya dibangun sebagai wadah kegiatan kelompok seni  Nederlandsch Indische Kunstkring bernama Bataviasche Kunstkring. Pendirinya adalah seorang arsitek bernama PAJ Moojen yang juga adalah pendiri kelompok tersebut dan diresmikan pada tanggal 17 April 1914 oleh Gubernur Jenderal A.W Frederick Indenburg.

Kata kunstkring dalam bahasa Belanda berarti lingkaran atau komunitas seni. Acara kesenian besar sering digelar di gedung ini pada masanya. Salah satunya adalah pameran lukisan koleksi P.A Regnault yang melibatkan karya lukisan dari Picasso dan Van Gogh pada tahun 1937.

Setelah Belanda hengkang dari Indonesia, gedung kesenian ini digunakan sebagai Kantor Majelis Islam. Lalu sempat menjadi Kantor Imigrasi dan pos tentara yang menjaga kediaman keluarga Cendana. Pemerintah DKI Jakarta sempat terus berusaha mengembalikan fungsi bangunan ini sebagai pusat kesenian, namun hingga saat ini belum berhasil. Hingga akhirnya pada tahun 2013 menjadi restoran Tugu Kuntskring Paleis yang tetap menyajikan pameran kesenian di dalamnya.

Resto Tugu Kunstkring Paleis

Ruang Depan Kuntskring

Masuk ke dalamnya, nuansa seni yang kental langsung terasa. Desain interior tiap ruangan sangat apik dengan banyak lukisan dan pajangan yang artistik. Di ruang tengah yang paling besar, malam itu sedang ada semacam jamuan makan malam yang dihadiri banyak orang bule. Alunan musik betawi membuat saya merasa berada di zaman kolonial dan sedang melihat pejabat-pejabat Belanda yang mengadakan pesta.

Ruang Utama

Ruangan besar itu praktis hanya untuk mereka. Kami diarahkan resepsionis ke ruangan yang lebih kecil dengan nuansa seni yang tak jauh beda. Kali ini saya merasa sedang berada di salah satu ruangan rumah Tjong A Fie yang ada di Medan. Ahh... random sekali saya ini. Beberapa lampion dan cahaya merah yang memancar dari lampu di dalamnya, suasana yang tenang dan tidak terlalu terang. Jangan sampai ada vampir cina yang tiba-tiba muncul merusak suasana, LOL. 

Ruang Kiri


Beberapa meja dan kursi dilapisi furnish berwarna coklat tertata rapi. Belum banyak pengunjung yang terlihat di ruangan yang lebih kecil itu. Kami sempat berfoto sejenak dan menikmati beberapa pajangan seni yang cukup memanjakan mata.


Menu dan Harga

Menu di Kuntskring

Waitress datang tak lama membawa beberapa buku menu. Dari bentuknya saja sudah keliatan eksklusif. Menu di dalamnya kebanyakan menu masakan Indonesia. Namun ada juga menu Eropa walaupun tidak banyak. Harganya tentu tak seterjangkau makanan kaki lima. Apalagi menu redwine dari harga 2 juta hingga 20 juta rupiah.

Uniknya lagi, tulisan di buku menu bisa jadi menjadi salah satu penyebab harga di resto Kunstkring melejit dari tempat lainnya. Contoh, nasi putih biasa dihargai dengan harga 3-6 ribu rupiah. Di Kuntskring, nasi putih bertuliskan : Nasi Poeti Tjiandjoer dihargai 24 ribu rupiah. Atau kroepoek oedang dihargai 48 ribu rupiah. Wedang ronde yang baru berapa hari sebelumnya saya beli di Jogja dengan harga 10 ribu rupiah, di Kunstkring dihargai 68 ribu rupiah.

Sebotol air mineral dihargai 35 ribu rupiah. Masing-masing dari kami sadar diri dengan hanya memesan sesuai kesepakatan di awal. Sekedar tau dan menikmati suasana di dalam Kuntskring sudah lebih dari cukup. Kecuali ada yang mau mentraktir lain kali, LOL.

Dari segi rasa, beberapa makanan yang kami pesan cukup enak. Tampilannya juga oke. Gaya chef Eropa. Ayam panggang saus jeruk juara menurut saya. Poffertjes nya juga lumayan walaupun adonannya agak kurang manis. Bisa ditutupi oleh gula bubuk yang bersamaan dihidangkan dalam satu piring yang sama.

Kunstkring Roasted Chicken



Bitterballen

Poffertjes


Ya,, mengutip kalimat di salah satu artikel yang saya baca. Layaknya Bataviasche Kunstkring, Tugu Kunstkring Paleis menjadi istana kuliner berselimut seni. Yang agaknya juga "terlarang" bagi siapapun yang pas-pasan dalam aspek ekonomi.

Mau coba ke tempat ini? Gak apa-apa, sekali-sekali boleh lah kalau ada budgetnya.

Tugu Kunstkring Paleis

Jalan Teuku Umar No.1 RW.1 Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat

Jam buka : 11.00 WIB - 22.00 WIB

  


7 comments

  1. Makanan dan minuman yang udah kena upgrade bahasa emang rerata jadi otomatis upgrade harga juga Mak Dev,

    Hihihi.

    Cuma nilai plusnya memang bisa menikmati makanan dikelilingi tempat yang penuh seni budaya.

    ReplyDelete
  2. Itu yang tiga sendok itu..
    berarti kita beli tiga suap ya dev... lucu juga ya.. kwkwkw
    kalo liat foto indoornya, kalo gak tau, pasti de saya mengira itu restoran yang ada di Yurop

    ReplyDelete
  3. Memang luar biasa interior dari Tugu Kunstkring Paleis. Tapi harga makanannya juga luar biasa mak.. 😅

    Agaknya belum direview ya rasanya kayak apa.. Pengen tau..

    ReplyDelete
  4. Duhhh pecinta promo kaya una dan suami yg kalau ke emol aja liat dulu ada promo gofood atau pickup ga, kalau ada baik nya via itu padahal udah sampe emoll, pastinya merasa sangat sayang kali kalau ke resto kuncrit inii ehhh apasih bahasa nya makkk 😆

    ReplyDelete
  5. Iya bener kali ya kak, sekilas seperti salah satu ruangan di Tjong Afie Mansion 😁 btw tuh harga segitu mah sama aja kek kita makan di restoran TIP TOP Medan 🤣

    ReplyDelete
  6. Harganya lumayan ya Bu.
    Tapi Yumna suka sekali dengan situasi restorannya.

    ReplyDelete
  7. Vibesnya kayak era kolonial tapi ada chinese juga ya kak. Keren tempatnya. Cucok buat foto-foto nih.

    ReplyDelete