Jogja, kota yang selama ini ingin sekali saya datangi. Akhirnya saya bisa kembali lagi ke Jogja setelah puluhan purnama. Sebelumnya saya pernah tiga kali ke Jogja sekitar 18 tahun lalu. Kota ini seakan menjadi saksi perjuangan untuk masuk kampus impian, walaupun akhirnya saya tinggalkan. Kata orang, belum berjodoh. Sekeras apapun saya berusaha, ya akhirnya lepas juga. Filosofi yang relevan juga untuk jomblo naksir anak orang, uhuk.
Walaupun jadwal pesawat saya ditunda, tiga jam perjalanan dari Bandara Kualanamu menuju Bandara YIA di Kulonprogo terasa singkat karena tidak harus melalui transit. Waktu pun lebih efektif untuk bisa menikmati keindahan Jogja di sore hari. Saya sudah membuat semacam itinerary di hari pertama. Ke Heha Skyview melihat matahari terbenam, jalan kaki di sepanjang Malioboro dan minum wedang ronde. Hmm,, can't wait!
Oiya, bandara YIA termasuk salah satu bandara baru yang menggantikan bandara Adi Sucipto sebelumnya yang terletak di tengah kota Jogja. Bandara ini cukup besar, bahkan lebih besar menurut saya daripada Kualanamu. Namun karena penerbangan dari dan ke luar negeri masih belum ada melalui bandara ini, suasana saat saya sampai di sana terlihat sangat sepi. Jiwa anak ekonomi saya keluar, duh investasi negara bakal rugi kalo kayak gini terus. Mak,, mak,, nikmati aja liburanmu!
Mumpung sepi, yok kita foto sejenak.
Di bandara kami baru sadar telah ketinggalan kereta bandara menuju Stasiun Tugu. Perut sudah terasa lapar. Akhirnya kami memutuskan untuk makan ayam goreng saja di salah satu outlet yang buka. Sembari menunggu jadwal kereta selanjutnya.
Ternyata naik kereta bandara dari YIA nyaman ya. Sepanjang jalan ngobrol ama teman, tetiba udah sampe aja di stasiun tujuan. Nggak pake desak-desakan. Ahh,, warga Jogja memang sabar mengantri dengan tertib. Saya dan beberapa teman sampai disana sekitar pukul setengah lima sore. Entah masih sempat atau tidak melihat matahari terbenam dari puncak Heha Skyview. Tak apalah, mungkin belum berjodoh dengan si sunset yang katanya cantik itu.
Heha Skyview
Tujuan pertama saya setelah meletakkan barang di hotel adalah Heha Skyview. Heha sebenarnya ada dua, Heha Skyview dan Heha Oceanview. Dari namanya udah kebayang dong bedanya apa. Yang ingin melihat Jogja dari puncak bisa ke skyview, sedangkan yang ingin menikmati hembusan angin pantai dan suara deburan ombak tentu oceanview jadi pilihan.
Mau keduanya pun bisa, tapi pengunjung harus menyediakan cukup banyak waktu. Karena waktu saya cukup singkat di sore menjelang malam itu, saya memilih Heha Skyview mengingat jaraknya tidak terlalu jauh dari Kota Jogja tempat saya menginap. Dapat ditempuh hanya dalam waktu 30 - 45 menit saja dengan menggunakan taksi online melalui rute Jogja - Wonosari dengan jalur sedikit menaiki bukit. Mirip ke Sibolangit kalau di Medan. Tarifnya sekitar 100ribu hingga 120ribu. Dibagi enam orang, lumayan hemat lah ya, hehe..
Sampai disana hari sudah cukup gelap. Agak kecewa karena benar-benar tidak berjodoh dengan pemandangan matahari terbenam disana. Namun kecewa sedikit terobati dengan tempat yang banyak spot foto yang instagrammable tentunya.
Sebelum berfoto ria, saya dan teman-teman memutuskan untuk memesan makan malam terlebih dahulu. Bukan di resto, tapi di area foodcourt nya. Selain faktor harga yang menurut kami bisa lebih murah, variasi makanan yang dipilih juga lebih banyak.
Saya tertarik untuk memesan makanan di angkringan dan wedang ronde kesukaan, teman saya memesan gudeg dan sushi di kios yang berbeda. Dari makanan yang kami cicipi, rasanya seperti kurang sesuai di lidah kami. Kecuali ronde tentunya. Ini mah tetep enak buat saya.
Selesai makan lanjut kami berfoto di berbagai spot yang disediakan di Heha Skyview.
Jam buka :
Senin s.d Jumat : 10.00 WIB s.d 21.00 WIB
Sabtu, Minggu dan Hari libur : 08.00 WIB s.d 21.00 WIB
HTM : Rp 20ribu per orang (di luar makanan dan beberapa spot foto berbayar lainnya)
Titik 0 Kilometer Jogja
Awalnya saya kurang paham apa khasnya Titik 0 Kilometer Jogja. Setelah dilihat ternyata ini adalah persimpangan di salah satu kota Jogja yang banyak dikunjungi wisatawan karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan banyak lokasi wisata. Antara lain Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo, Museum Benteng Vredeburg, Keraton Yogyakarta dan banyak bangunan peninggalan Belanda seperti Kantor Pos Indonesia, Bank Indonesia dan Gedung BNI 1946.
Pemerintah juga menata lokasi ini dengan memberikan beberapa spot foto. Sekilas agak mirip dengan Jalan Braga dan Asia Afrika di Bandung dengan suasana berbeda.
Jalan Malioboro
Nggak ke Jogja rasanya kalo nggak menyempatkan diri menikmati berjalan di sepanjang jalan Malioboro. Jalan ini sudah ikonik sekali untuk Jogja selain Tugu Jogja tentunya. Dulu pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, selalu menikmati beberapa malam menemani Bude saya berbelanja di toko-toko yang berjejer sepanjang Malioboro.
Tak lupa menikmati kuliner burung goreng di lesehan pinggir jalan walaupun sesekali terganggu dengan pengamen jalanan yang tak henti menghampiri. Setelah itu mencari penjual wedang ronde yang membuat saya jatuh cinta pada makanan itu hingga sekarang.
Kini, 18 tahun kemudian, jalan Malioboro sudah banyak berubah. Kios pedagang terlihat lebih tertata rapi. Dipusatkan di Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2. Harga masih tetap sangat terjangkau, sesuai dengan kualitas tentunya. Pengamen tidak banyak kelihatan seperti dulu. Kendaraan umum pun tidak bebas melintas, hanya satu arah di ruas jalan tertentu. Sangat ramah bagi pejalan kaki yang ingin menikmati suasana malam Jogja kala itu. Saat saya kesana sedang ada acara yang diadakan di tengah jalan. Seperti live music dan panggung yang diadakan salah satu komunitas.
Malam itu ditutup dengan nongkrong di salah satu kafe live music di ujung Jalan Malioboro. Saya memesan wedang ronde kedua di malam itu, makan mie godog yang ternyata rasanya enak banget, sambil ngobrol hingga menjelang tengah malam dengan beberapa teman. MasyaAllah.. akhirnya saya bisa kembali ke Jogja dan menikmati suasana kotanya yang selalu bisa bikin rindu.
Jadi inget penggalan lagu band apik dari Jogja :
Nikmati bersama
Suasana Jogja...
Huhuhu..baru tahu ada skyview di Jogja 😭 tahu gitu pas kemarin ke sana, aku main ke spot ini. Emang Jogja itu selalu buat orang kudu balik lagi ya mba
ReplyDeleteAaak kangeeeeen jogjaaa, pas masi kuliah beberapa kali kesiniii 😍
ReplyDeletemisi yg belum berhasil adalah bawa abi keenan ke jogja, dari dulu udah bayangin, kalau nanti udah merid harus ke Jogja bareng suami dan gandengan tangan sepanjang malioboro 🤣🤣🤣
Seru kali mak Dev.
ReplyDeleteJogja salah satu kota wishlist karena memang suasana Jogja itu homey banget.
Sebenarnya pengen juga liburan gak bawa anak, biar dititip ntah 2 hari gitu ya.. Tapi suami payah 🤣
Nitip sehari aja udah kayak satu abad
Dia sukanya liburan bawa full anggota 😂
Belum pernah ke jogja, pas baca ini terlintas setiap orang yang je jogja selalu memiliki kenangan yang tertinggal di masing² jiwa. Bahkan selali di rindukan untuk kembaki ke kota ini. Semoga bisa main ke jogja jugaaa, terus nambah list coba main ke Heha skyiew. Malam hari aja dapet gitu pemandangannya
ReplyDeleteHeha Skyview ini dulu pas zaman kk kuliah belom dibangun secantik ini. Jadi kalau mau memandangi indahnya pemandangan kota Jogja dengan lampu kelap-kelipnya dari kejauhan di malam hari, kita2 berhenti dulu, turun dari kendaraan, hehehe...
ReplyDeleteKe jogja hanya pas SMA, dan kenangannya tak terlupakan, dulu waktu bocil aja pengen banget tinggal di jogja, alhamdulillah semoga bisa ke jogja lagi, masyaallah tabarakallah
ReplyDelete