Melihat Proses Pengolahan Teh Hitam di Bah Butong



Salah satu hal yang saya sukai dari perusahaan tempat saya bekerja adalah karena bisa memiliki pabrik teh. Sesekali saya bisa berkunjung dan melihat proses dari daun teh menjadi teh hitam yang siap diseduh. Sama seperti saya bisa naik tangki CPO (minyak sawit) untuk melakukan sounding / stock opname. Ahh.. entah kenapa sejak dulu saya suka hal yang menurut banyak orang membosankan. Saya malah senang melakukannya karena merasa bisa belajar banyak hal baru.

Beruntung sekali bulan lalu saya bisa berkunjung langsung ke Pabrik Teh Bah Butong. Saya pun ingin menulis proses pengolahan teh hitam di pabrik tersebut. Manatau bisa jadi pengetahuan baru bagi pembaca blog ini.

Proses Pengolahan Teh Hitam di Pabrik Bah Butong

Pabrik teh memiliki aroma khas saat memasukinya. Mulai dari aroma daun teh yang baru dipanen, hingga aroma teh hitam yang harum baunya. Seperti aromatheraphy yang menusuk masuk ke dalam hidung dan sejenak memberi ketenangan.

Aroma-aroma tersebut tak lain berasal dari daun teh yang masih basah karena baru dipanen dan melalui serangkaian proses hingga menjadi teh hitam berkualitas tinggi yang siap diseduh. Berikut alur dan proses pengolahan teh hitam tersebut.

Alur Pengolahan di Pabrik Teh

1. Penerimaan pucuk basah

Pucuk daun teh dipanen dengan cara dipangkas setiap pagi sehingga kondisi daun teh masih cukup basah dan ditampung dengan alat seperti jaring.

Pengeringan dan Pelayuan Pucuk Teh Basah

2. Pelayuan 18 jam

Pucuk daun teh basah dibawa ke pabrik dan masuk ke tahap pelayuan dengan diletakkan ke dalam bak panjang dengan pemanas di bawahnya agar daun teh mengering dan layu. Proses pengeringan dan pelayuan ini membutuhkan waktu 18 jam.

3. Penggulungan

Daun yang kering dan layu kemudian digulung dengan alat (rolling) agar mutu teh cukup baik untuk diolah lebih lanjut. Penggulungan dilakukan sebanyak lima kali dipisahkan dari proses pengayakan (rolling - ayak). Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar air sebesar 52% hingga 54%.

Penggulungan (rolling)

4. Pengeringan 

Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daun teh hingga tersisa hanya 2% - 3,5% saja. 

5. Sortasi/Grading

Tahap terakhir untuk menjadi teh yang siap seduh adalah sortasi/grading untuk penentuan grade atau kualitas teh.

Teh hitam Grade Tinggi setelah disorting




Ternyata jenis teh dari hasil sortasi cukup banyak. Mulai dari grade yang paling tinggi untuk kualitas ekspor (BOP, BOPF, dll) hingga ampas teh (waste). Penentuan kualitas dilakukan berdasarkan hasil uji lab berdasarkan kepekatan dan aroma.

Jenis teh berdasarkan grade (kualitas)

Masuk ke pabrik teh untuk melihat proses di dalamnya adalah pengalaman yang mengasyikkan buat saya. Sama seperti masuk ke pabrik kelapa sawit, naik tangki CPO untuk stock opname, atau melihat proses tandan buah sawit segar diolah menjadi CPO. Teh produksi Bah Butong dengan grade tinggi sebagian besar diekspor, sedangkan yang kualitasnya menengah ke bawah biasanya dibeli oleh perusahaan lokal yang akan mengolah teh tersebut menjadi kemasan teh celup.  




  

Tugu Kunstkring Paleis : Resto di Cagar Budaya Jakarta

 Saat sedang berada di Jakarta bulan lalu dan menginap di daerah Menteng, seorang teman mengajak saya untuk mencoba makan malam di tempat yang belum pernah ia kunjungi dan bikin penasaran. Pasalnya bangunan restoran merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Jakarta. Ala ala Belanda gitu. Namanya Tugu Kunstkring Paleis. Agak susah menyebutkannya. Lidah saya sempat kepleset jadi kuncring, LOL.

Walaupun harga makanan yang ditawarkan akan cukup merogoh kocek lumayan dalam, kami akhirnya memutuskan untuk tetap pergi kesana. Dengan harapan menu yang dipesan akan kami sesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Kalo kurang kenyang, bisa melipir ke depan hotel dengan makanan yang lebih terjangkau harganya. Dasar, perut batak, haha..

Sebelum kesana kami harus memesan tempat via telpon ke resto tersebut. Resto ini memang sering penuh pengunjung menjelang malam. Banyak bule yang suka untuk makan malam disana. Alhamdulillah saat memesan masih ada meja yang tersedia.

Kami berangkat menjelang jam 7 malam sesuai dengan waktu yang kami pesan. Dengan menggunakan taksi online hanya dibutuhkan waktu sekitar 10-15 menit saja dari hotel untuk sampai di tujuan. Awal masuk sempat bingung karena pintu masuknya terlihat agak gelap dari jalan utama. Pengunjung yang melintas nggak akan ngeh ada resto di dalam jika nggak memperhatikan.

Saat sudah berada di pintu masuk bangunan, saya baru sadar jika bangunan itu pada dasarnya adalah bangunan lama sejak zaman Belanda. Bentuk bangunan masih dengan arsitektur zaman kolonial dan unik. Mengingatkan saya dengan kantor PTPN IV Medan yang bernuansa sama.

Sejarah Bangunan



Tugu Kunstkring Paleis adalah salah satu pemanfaatan cagar budaya menjadi restoran unik bernuansa kolonial Belanda dan Tionghoa. Konon bangunan ini awalnya dibangun sebagai wadah kegiatan kelompok seni  Nederlandsch Indische Kunstkring bernama Bataviasche Kunstkring. Pendirinya adalah seorang arsitek bernama PAJ Moojen yang juga adalah pendiri kelompok tersebut dan diresmikan pada tanggal 17 April 1914 oleh Gubernur Jenderal A.W Frederick Indenburg.

Kata kunstkring dalam bahasa Belanda berarti lingkaran atau komunitas seni. Acara kesenian besar sering digelar di gedung ini pada masanya. Salah satunya adalah pameran lukisan koleksi P.A Regnault yang melibatkan karya lukisan dari Picasso dan Van Gogh pada tahun 1937.

Setelah Belanda hengkang dari Indonesia, gedung kesenian ini digunakan sebagai Kantor Majelis Islam. Lalu sempat menjadi Kantor Imigrasi dan pos tentara yang menjaga kediaman keluarga Cendana. Pemerintah DKI Jakarta sempat terus berusaha mengembalikan fungsi bangunan ini sebagai pusat kesenian, namun hingga saat ini belum berhasil. Hingga akhirnya pada tahun 2013 menjadi restoran Tugu Kuntskring Paleis yang tetap menyajikan pameran kesenian di dalamnya.

Resto Tugu Kunstkring Paleis

Ruang Depan Kuntskring

Masuk ke dalamnya, nuansa seni yang kental langsung terasa. Desain interior tiap ruangan sangat apik dengan banyak lukisan dan pajangan yang artistik. Di ruang tengah yang paling besar, malam itu sedang ada semacam jamuan makan malam yang dihadiri banyak orang bule. Alunan musik betawi membuat saya merasa berada di zaman kolonial dan sedang melihat pejabat-pejabat Belanda yang mengadakan pesta.

Ruang Utama

Ruangan besar itu praktis hanya untuk mereka. Kami diarahkan resepsionis ke ruangan yang lebih kecil dengan nuansa seni yang tak jauh beda. Kali ini saya merasa sedang berada di salah satu ruangan rumah Tjong A Fie yang ada di Medan. Ahh... random sekali saya ini. Beberapa lampion dan cahaya merah yang memancar dari lampu di dalamnya, suasana yang tenang dan tidak terlalu terang. Jangan sampai ada vampir cina yang tiba-tiba muncul merusak suasana, LOL. 

Ruang Kiri


Beberapa meja dan kursi dilapisi furnish berwarna coklat tertata rapi. Belum banyak pengunjung yang terlihat di ruangan yang lebih kecil itu. Kami sempat berfoto sejenak dan menikmati beberapa pajangan seni yang cukup memanjakan mata.


Menu dan Harga

Menu di Kuntskring

Waitress datang tak lama membawa beberapa buku menu. Dari bentuknya saja sudah keliatan eksklusif. Menu di dalamnya kebanyakan menu masakan Indonesia. Namun ada juga menu Eropa walaupun tidak banyak. Harganya tentu tak seterjangkau makanan kaki lima. Apalagi menu redwine dari harga 2 juta hingga 20 juta rupiah.

Uniknya lagi, tulisan di buku menu bisa jadi menjadi salah satu penyebab harga di resto Kunstkring melejit dari tempat lainnya. Contoh, nasi putih biasa dihargai dengan harga 3-6 ribu rupiah. Di Kuntskring, nasi putih bertuliskan : Nasi Poeti Tjiandjoer dihargai 24 ribu rupiah. Atau kroepoek oedang dihargai 48 ribu rupiah. Wedang ronde yang baru berapa hari sebelumnya saya beli di Jogja dengan harga 10 ribu rupiah, di Kunstkring dihargai 68 ribu rupiah.

Sebotol air mineral dihargai 35 ribu rupiah. Masing-masing dari kami sadar diri dengan hanya memesan sesuai kesepakatan di awal. Sekedar tau dan menikmati suasana di dalam Kuntskring sudah lebih dari cukup. Kecuali ada yang mau mentraktir lain kali, LOL.

Dari segi rasa, beberapa makanan yang kami pesan cukup enak. Tampilannya juga oke. Gaya chef Eropa. Ayam panggang saus jeruk juara menurut saya. Poffertjes nya juga lumayan walaupun adonannya agak kurang manis. Bisa ditutupi oleh gula bubuk yang bersamaan dihidangkan dalam satu piring yang sama.

Kunstkring Roasted Chicken



Bitterballen

Poffertjes


Ya,, mengutip kalimat di salah satu artikel yang saya baca. Layaknya Bataviasche Kunstkring, Tugu Kunstkring Paleis menjadi istana kuliner berselimut seni. Yang agaknya juga "terlarang" bagi siapapun yang pas-pasan dalam aspek ekonomi.

Mau coba ke tempat ini? Gak apa-apa, sekali-sekali boleh lah kalau ada budgetnya.

Tugu Kunstkring Paleis

Jalan Teuku Umar No.1 RW.1 Gondangdia, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat

Jam buka : 11.00 WIB - 22.00 WIB

  


Me Time dengan Treatment di ZAP Clinic

Berperan sebagai seorang ibu, istri dan pekerja kantoran selalu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang  perempuan. Tak terkecuali saya yang berprinsip untuk selalu menjaga keseimbangan peran satu dan lainnya. Karena saya yakin semua peran yang diberi dan dilakoni di kehidupan dapat menjadi suatu harmonisasi apik. Harmonisasi yang jika dijalankan dengan ikhlas dengan dukungan dari support system bernama keluarga akan dapat bernilai ibadah dan bekal untuk kehidupan selanjutnya.

Dalam prosesnya ternyata tak semudah teori. Stres karena berbagai masalah yang dihadapi malah dapat berpengaruh ke fisik dan mental. Wajar kalo setiap perempuan butuh yang namanya Me Time. Istilah zaman now nya itu healing tipis-tipis agar dapat me-recharge semangat lagi.

ZAP Clinic



Kali ini saya ingin Me Time dengan melakukan perawatan kecantikan di ZAP Clinic. Sudah cukup lama saya tau tentang klinik kecantikan ini. Namun belum pernah langsung datang dan mencoba perawatan yang ditawarkan. Selama ini ZAP lebih dikenal dengan treatment Hair Removal nya. Malah saya sempat  berpikir di ZAP cuma ada waxing. Membayangkan rambut (bulu) yang ditarik paksa saja saya udah melipir duluan.

Ternyata saya salah. Di ZAP Clinic malah nggak ada memakai metode waxing.

Berkenalan dengan ZAP Clinic



ZAP Clinic adalah salah satu brand dari ZAP Group yang bergerak di bidang perawatan kesehatan dan kecantikan. Berdiri sejak tahun 2009 sebagai spesialis perawatan menghilangkan rambut (bulu) secara permanen dengan nama ZAP Permanent Hair Removal. ZAP Clinic menjadi identitas baru sebagai klinik kecantikan untuk perawatan kulit wajah dan tubuh.

Ternyata tak cuma saya yang berpikir bahwa ke ZAP itu hanya untuk menghilangkan rambut (bulu). Bahkan saat saya mengajak seorang teman untuk ke ZAP, dia juga berpikir saya ingin menghilangkan bulu ketiak, LOL. Saya jelaskan saja kalo sekarang di ZAP udah ada treatment wajah seperti facial.

Saat ini ZAP group sudah memiliki lebih dari 60 cabang di Indonesia dengan lima brand yang tergabung di dalamnya. Di Kota Medan sendiri ada 3 cabang yang terletak di Jalan Iskandar Muda, di Sun Plaza dan yang baru soft opening di Mal Delipark Medan.

Konsultasi dengan Dokter Berpengalaman


Awalnya saya ingin ke ZAP Iskandar Muda karena yakin tempatnya akan lebih besar daripada yang ada di plaza atau mal. Namun antriannya cukup lumayan, saya akan menunggu cukup lama jika memaksakan diri. Lalu saya booking ZAP Clinic yang ada di Mal Delipark. Walau masih soft opening, namun cabang ZAP Clinic ini sudah mulai beroperasi. Antriannya tak sebanyak yang ada di cabang lain.

Benar saja, saat saya datang sepulang dari kantor, saya tak perlu menunggu lama untuk langsung mendaftar. Mbak-mbak di meja registrasinya ramah banget. Saya ditanya mau treatment apa lalu ia meminta kartu identitas saya untuk dicatat dalam sistem ZAP. Jadi saat ke ZAP Clinic lagi, catatan perawatan yang pernah saya lakukan tetap terekam dengan baik.

Setelah itu saya diminta untuk menunggu sebentar. Walaupun tidak besar, namun ruang tunggu yang disediakan nyaman dan bersih. Tak lama saya dipanggil untuk masuk dan berkonsultasi dengan dokter terkait masalah kulit wajah yang saya alami dan treatment apa yang saya butuhkan sebagai solusi.

Ruang tunggu ZAP Clinic Mal Delipark Medan


Tak beda dengan staf registrasi, dokter di ZAP Clinic juga sangat ramah dan sopan. Yang menangani saya saat itu adalah dr. Husna. Senangnya lagi saya tidak ada dipaksa untuk membeli produk perawatan kecantikan khusus dari ZAP. Bebas menggunakan produk lain selama cocok di kulit.

Konsultasi masalah kulit dengan dokter berpengalaman


dr. Husna mulai memeriksa wajah saya dengan alat berbentuk bulat dengan lampu di tengah. Saya diminta mendekatkan wajah ke alat tersebut dengan menutup mata terlebih dahulu agar tidak silau. Secara perlahan dokter menjelaskan bahwa pori-pori kulit wajah saya cukup besar, terdapat flek hitam di sekitar pipi dan hidung, serta ada kemerahan tanda akan munculnya jerawat.

Untuk masalah tersebut, dr. Husna menyarankan saya untuk melakukan perawatan Photo Facial Glow.

Photo Facial Glow di ZAP Clinic


Saya kembali diminta menunggu untuk persiapan ruangan treatment. Lalu kembali diarahkan untuk masuk ke ruang 3. Oiya, ada 6 ruang treatment yang disediakan agar dapat memberikan pelayanan terbaik pada konsumen.

Ruang Perawatan 


Perawat lalu menyemprotkan desinfektan ke atas tempat tidur yang akan saya gunakan serta memberikan alas kasur yang bersih. Lalu saya dipersilakan untuk merebahkan diri untuk memulai treatment sesuai saran dokter.

Ada beberapa tahapan dalam treatment Photo Facial Glow. Yuk simak tulisan saya sampai selesai.

1. Cleansing 3 tahap
Awal treatment pastinya wajah harus dibersihkan terlebih dahulu dari make up, debu atau kotoran yang menempel. Pada tahap ini dilakukan tiga kali cleansing, yaitu dua kali dengan krim dan sekali berupa oxy dengan menyemprotkan air ke wajah. Mata saya ditutup sementara agar cairan tidak masuk ke mata.



2. Laser



Setelah proses cleansing, tahap kedua adalah laser. Fungsi laser ini adalah untuk mengaktifkan kolagen di kulit agar proses peremajaan kulit dapat lebih cepat dan dapat memudarkan flek hitam yang ada. Saya sempat merasa kaget di awal karena rasanya agak sakit seperti terkena percikan kembang api kecil. Cekit cekit gitu. Namun dokter secara intens berkomunikasi agar dapat menyesuaikan kondisi laser sehingga saya bisa lebih nyaman (tidak terlalu sakit saat dilaser).

  
3. Alma Rejuve
Tahap ketiga adalah Alma Rejuve. Setelah wajah terasa cekit-cekit terkena laser, lalu dioles gel yang membuat kulit wajah terasa adem. Gel ini berfungsi untuk melembabkan kulit dan mengecilkan pori-pori. Kemudian ada alat yang menekan gel ke kulit. Tiap tekanan dari alat tersebut akan terasa hangat hingga agak panas di kulit.



4. Cleansing akhir
Gel lalu dibersihkan kembali dengan kain atau kapas.

5. Oxy serum
Setelah wajah bersih dokter akan memberikan oxy kembali. Namun berbeda dari oxy sebelumnya, oxy tahap akhir ini berisi serum yang dapat membuat wajah lebih glowing setelah treatment Photo Facial Glow.

Akhirnya selesai juga. Wajah saya terasa lebih segar setelah treatment. Bener-bener bisa Me Time walaupun waktunya cukup singkat. 



Ada beberapa pantangan dari dokter setelah melakukan treatment ini. Saya tidak boleh menggunakan krim siang, krim malam, scrub atau serum apapun untuk perawatan wajah selama 2 hari ke depan. Saya juga disarankan untuk tidak boleh terlalu berkeringat di daerah wajah agar hasil dari Photo Facial Glow yang baru saja dilakukan dapat maksimal.

Beberapa kali saya treatment di tempat lain, rasanya selalu khawatir dengan waktu dan proses yang cukup lama. Namun di ZAP Clinic hanya memerlukan waktu 40 menit saja, dimana 5 menit untuk konsultasi dengan dokter dan 35 menit untuk treatment. Cocok sekali untuk buibu dengan banyak agenda seperti saya. Jangan lupa untuk membuat janji atau booking minimal sehari sebelumnya agar tidak harus mengantri lama.



Yuk ah, kalian coba juga. Dari kenyamanan yang saya dapat dari seluruh staf dan dokter yang ada di ZAP Clinic, saya beneran pengen balik lagi. Mungkin untuk facial atau coba hair removal treatment untuk menghilangkan bulu ketiak, upss🤭Me Time dengan treatment di ZAP Clinic, oke bangettttt!

ZAP Clinic
Jam buka : Senin - Sabtu 10.00 WIB s.d 20.00 WIB, Minggu 10.00 WIB s.d 19.00 WIB

Kembali ke Jogja

 



Jogja, kota yang selama ini ingin sekali saya datangi. Akhirnya saya bisa kembali lagi ke Jogja setelah puluhan purnama. Sebelumnya saya pernah tiga kali ke Jogja sekitar 18 tahun lalu. Kota ini seakan menjadi saksi perjuangan untuk masuk kampus impian, walaupun akhirnya saya tinggalkan. Kata orang, belum berjodoh. Sekeras apapun saya berusaha, ya akhirnya lepas juga. Filosofi yang relevan juga untuk jomblo naksir anak orang, uhuk.

Walaupun jadwal pesawat saya ditunda, tiga jam perjalanan dari Bandara Kualanamu menuju Bandara YIA di Kulonprogo terasa singkat karena tidak harus melalui transit. Waktu pun lebih efektif untuk bisa menikmati keindahan Jogja di sore hari. Saya sudah membuat semacam itinerary di hari pertama. Ke Heha Skyview melihat matahari terbenam, jalan kaki di sepanjang Malioboro dan minum wedang ronde. Hmm,, can't wait!

Oiya, bandara YIA termasuk salah satu bandara baru yang menggantikan bandara Adi Sucipto sebelumnya yang terletak di tengah kota Jogja. Bandara ini cukup besar, bahkan lebih besar menurut saya daripada Kualanamu. Namun karena penerbangan dari dan ke luar negeri masih belum ada melalui bandara ini, suasana saat saya sampai di sana terlihat sangat sepi. Jiwa anak ekonomi saya keluar, duh investasi negara bakal rugi kalo kayak gini terus. Mak,, mak,, nikmati aja liburanmu!

Mumpung sepi, yok kita foto sejenak.




Di bandara kami baru sadar telah ketinggalan kereta bandara menuju Stasiun Tugu. Perut sudah terasa lapar. Akhirnya kami memutuskan untuk makan ayam goreng saja di salah satu outlet yang buka. Sembari menunggu jadwal kereta selanjutnya.

Ternyata naik kereta bandara dari YIA nyaman ya. Sepanjang jalan ngobrol ama teman, tetiba udah sampe aja di stasiun tujuan. Nggak pake desak-desakan. Ahh,, warga Jogja memang sabar mengantri dengan tertib. Saya dan beberapa teman sampai disana sekitar pukul setengah lima sore. Entah masih sempat atau tidak melihat matahari terbenam dari puncak Heha Skyview. Tak apalah, mungkin belum berjodoh dengan si sunset yang katanya cantik itu.

Heha Skyview

Tujuan pertama saya setelah meletakkan barang di hotel adalah Heha Skyview. Heha sebenarnya ada dua, Heha Skyview dan Heha Oceanview. Dari namanya udah kebayang dong bedanya apa. Yang ingin melihat Jogja dari puncak bisa ke skyview, sedangkan yang ingin menikmati hembusan angin pantai dan suara deburan ombak tentu oceanview jadi pilihan.

Mau keduanya pun bisa, tapi pengunjung harus menyediakan cukup banyak waktu. Karena waktu saya cukup singkat di sore menjelang malam itu, saya memilih Heha Skyview mengingat jaraknya tidak terlalu jauh dari Kota Jogja tempat saya menginap. Dapat ditempuh hanya dalam waktu 30 - 45 menit saja dengan menggunakan taksi online melalui rute Jogja - Wonosari dengan jalur sedikit menaiki bukit. Mirip ke Sibolangit kalau di Medan. Tarifnya sekitar 100ribu hingga 120ribu. Dibagi enam orang, lumayan hemat lah ya, hehe..

Sampai disana hari sudah cukup gelap. Agak kecewa karena benar-benar tidak berjodoh dengan pemandangan matahari terbenam disana. Namun kecewa sedikit terobati dengan tempat yang banyak spot foto yang instagrammable tentunya.


Sebelum berfoto ria, saya dan teman-teman memutuskan untuk memesan makan malam terlebih dahulu. Bukan di resto, tapi di area foodcourt nya. Selain faktor harga yang menurut kami bisa lebih murah, variasi makanan yang dipilih juga lebih banyak. 


Saya tertarik untuk memesan makanan di angkringan dan wedang ronde kesukaan, teman saya memesan gudeg dan sushi di kios yang berbeda. Dari makanan yang kami cicipi, rasanya seperti kurang sesuai di lidah kami. Kecuali ronde tentunya. Ini mah tetep enak buat saya. 

Selesai makan lanjut kami berfoto di berbagai spot yang disediakan di Heha Skyview.








Jam buka : 

Senin s.d Jumat : 10.00 WIB s.d 21.00 WIB

Sabtu, Minggu dan Hari libur : 08.00 WIB s.d 21.00 WIB

HTM : Rp 20ribu per orang (di luar makanan dan beberapa spot foto berbayar lainnya)


Titik 0 Kilometer Jogja

Awalnya saya kurang paham apa khasnya Titik 0 Kilometer Jogja. Setelah dilihat ternyata ini adalah persimpangan di salah satu kota Jogja yang banyak dikunjungi wisatawan karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan banyak lokasi wisata. Antara lain Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo, Museum Benteng Vredeburg, Keraton Yogyakarta dan banyak bangunan peninggalan Belanda seperti Kantor Pos Indonesia, Bank Indonesia dan Gedung BNI 1946.


Pemerintah juga menata lokasi ini dengan memberikan beberapa spot foto. Sekilas agak mirip dengan Jalan Braga dan Asia Afrika di Bandung dengan suasana berbeda.



Jalan Malioboro

Nggak ke Jogja rasanya kalo nggak menyempatkan diri menikmati berjalan di sepanjang jalan Malioboro. Jalan ini sudah ikonik sekali untuk Jogja selain Tugu Jogja tentunya. Dulu pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, selalu menikmati beberapa malam menemani Bude saya berbelanja di toko-toko yang berjejer sepanjang Malioboro. 

Tak lupa menikmati kuliner burung goreng di lesehan pinggir jalan walaupun sesekali terganggu dengan pengamen jalanan yang tak henti menghampiri. Setelah itu mencari penjual wedang ronde yang membuat saya jatuh cinta pada makanan itu hingga sekarang.

Kini, 18 tahun kemudian, jalan Malioboro sudah banyak berubah. Kios pedagang terlihat lebih tertata rapi. Dipusatkan di Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2. Harga masih tetap sangat terjangkau, sesuai dengan kualitas tentunya. Pengamen tidak banyak kelihatan seperti dulu. Kendaraan umum pun tidak bebas melintas, hanya satu arah di ruas jalan tertentu. Sangat ramah bagi pejalan kaki yang ingin menikmati suasana malam Jogja kala itu. Saat saya kesana sedang ada acara yang diadakan di tengah jalan. Seperti live music dan panggung yang diadakan salah satu komunitas.


Malam itu ditutup dengan nongkrong di salah satu kafe live music di ujung Jalan Malioboro. Saya memesan wedang ronde kedua di malam itu, makan mie godog yang ternyata rasanya enak banget, sambil ngobrol hingga menjelang tengah malam dengan beberapa teman. MasyaAllah.. akhirnya saya bisa kembali ke Jogja dan menikmati suasana kotanya yang selalu bisa bikin rindu.


Jadi inget penggalan lagu band apik dari Jogja :

Nikmati bersama

Suasana Jogja...