Mak mak, devi pengen undang Abah Ihsan ke Binjai.
Ih, siapa tu mak? Nggak pernah dengerlah aku.
Itu pakar parenting nasional, udah cukup terkenal sering isi seminar parenting dimana-mana. Ada channel yutub ama IG nya jugak lhoooo...
Aku pernah dengar Aisyah Dahlan, Elly Risman. Abah Ihsan baru ini denger dari kau.
------
Setidaknya itu sepenggal percakapan saya dengan beberapa orang teman di Kota Binjai. Kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan, kota tempat suami saya bekerja mencari nafkah sebagai aparatur sipil negara. Ingat video viral yang diakhiri dengan "Salam dari Binjai!" ? Ya, kira-kira Binjai itulah maksudnya, LOL.
Sejak tahun lalu, saya memang punya niat untuk sedikit berbagi ilmu, memberikan fasilitas belajar bagi anak-anak dan orangtua yang ada di sana. Pasalnya hati saya miris setelah mendengar kondisi banyak anak di Kota Binjai yang sudah terpapar narkoba, pacaran berujung seks di luar nikah, bullying dan pornografi. Bukan berarti saya sudah lebih baik dan pintar, minimal saya juga belajar peduli dan empati tentang kondisi yang terjadi di sekitar.
"Berbagi ilmu nggak harus nunggu pinter dulu, saat ada kesempatan langsung aja laksanakan."
Namun kesempatan itu tak kunjung datang dengan kesibukan yang saya lakoni sebagai ibu bekerja. Dimana hari libur masih saya maksimalkan untuk bercengkerama dengan anak-anak di rumah. Hingga akhirnya tim Mommies Project Medan menghubungi saya dan menginfokan Abah Ihsan akan roadshow keliling Sumut untuk berbagi ilmu.
Tawaran itu sebenarnya nggak datang gitu aja. Saya pernah bekerjasama dengan tim Mommies Project dalam event Pesantren Kilat Ramadhan bulan April lalu. Oiya, mungkin pada nanya tentang Mommies Project Medan. Itu adalah kumpulan emak-emak yang peduli pada pengasuhan anak dan selalu ingin berbagi. Niat berbagi ilmu sering dilakukan dengan cara membuat event untuk anak-anak.
Salah satunya Kamus Kecil yang sering diagendakan setiap bulan. Anggotanya cuma 4 orang, tapi event yang mereka kerjakan sejauh ini bisa dikatakan cukup sukses dilaksanakan. Salah satunya PSPA, Program Sekolah Pengasuhan Anak yang mengundang Abah Ihsan ke Kota Medan.
Oke, balik ke tawaran buat event untuk roadshow. Awalnya tim Mommies Project menawarkan untuk diadakan di kantor tempat saya bekerja. Qadarulloh, kurang direspon oleh pengurus ikatan para istri karyawan. Mungkin karena sudah adanya agenda tertentu yang mereka jadwalkan.
Namun hati saya tetap ingin memfasilitasi banyak orangtua untuk belajar bareng Abah. Lalu saya teringat dengan niat saya tahun lalu. Mungkin ini saatnya saya realisasikan. Bismillah, saya putuskan untuk mengundang Abah dalam event yang saya gawangi bersama tim Dharma Wanita Badan Kepegawaian Daerah (DW BKD) Kota Binjai, kantor tempat suami saya mencari nafkah.
Tentang Abah Ihsan
Bernama lengkap Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, pria yang sering dipanggil Abah Ihsan ini mulai dikenal setelah sering menjadi pembicara seminar parenting di lebih dari 100 kota di Indonesia.
Beliau juga penulis 14 buku parenting dan pendidikan anak yang best seller. Saat ini menjabat sebagai Direktur Auladi Parenting School dan National Master Trainer Sekolah Orangtua PSPA (Program Sekolah Pengasuhan Anak) yang sering diadakan di berbagai kota.
Saya pribadi mulai tau tentang Abah Ihsan sudah cukup lama dari seringnya baca di website dan media sosial. Lalu pernah juga membeli salah satu buku parenting dan buku anak yang ditulis beliau. Beberapa tulisannya sering mengena dan jadi bahan pembelajaran saya dalam mendidik anak.
Belajar Parenting dari Abah Ihsan
Setelah persiapan selama kurang lebih sebulan, akhirnya tanggal 22 Juli 2022 seminar bertajuk Binjai Parenting Talkshow : Menjalin Kedekatan dengan Anak, Tantangan Pengasuhan di Era Digital dapat terlaksana. Target peserta sebanyak 50 orang pun alhamdulillah terlampaui, yang terdiri dari Ibu-Ibu Dharma Wanita BKD dan beberapa instansi pemerintah Kota Binjai, serta bapak ibu warga Binjai yang peduli pada pengasuhan anak dan semangat belajar.
Eh, ada bapak-bapak nya juga ternyata. Bapack hebat peduli pengasuhan anak, #eakkkk
Acara dimulai jam 9 pagi. Saya sempat ngobrol beberapa waktu dengan Abah sebelum acara dimulai dan curcol tentang anak saya yang gagal masuk pesantren. Beberapa nasihat, pendapat dan saran dari Abah cukup bisa membuat hati saya lebih lega bahkan bersyukur dengan kondisi yang ada. Semua yang terjadi jika kita ambil positifnya, insyaAllah yang datang hanya rasa syukur bukan?
Agak telat 10 menit, MC mulai membuka acara dengan lagu Indonesia Raya, sambutan dari perwakilan Kepala BKD Kota Binjai dan Ketua DW BKD Kota Binjai, serta doa agar acara berjalan lancar. Lalu tibalah saat Abah Ihsan mengambil alih panggung selama kurang lebih 3 jam ke depan.
Saya yang sudah tau kualitas Abah dalam menguasai panggung insyaAllah tidak khawatir dengan kondisi selama acara. Saya hanya berharap semua peserta yang hadir dapat mengambil banyak ilmu dari apa yang Abah sampaikan dan menerapkannya minimal di keluarga masing-masing. Sehingga mereka tidak menyesal telah mengeluarkan biaya dan menyisihkan waktu untuk belajar di acara tersebut.
Pesan Abah Ihsan pada Orangtua
Tiga jam mendengarkan dan berinteraksi dengan Abah Ihsan seakan nggak terasa. Tiba-tiba udah selesai aja. Abah hampir selalu mengajak orangtua aktif menjawab pertanyaan. Sepanjang Abah menjelaskan, yang ada banyak bikin peserta ketawa. Kadang ketawa miris, karena yang dibilang Abah adalah kesalahan-kesalahan yang biasa dilakukan orangtua kebanyakan saat ini. Ditampar tapi sambil ketawa, lah gimana ini? LOL.
Ketawa bukan sembarang ketawa. Apa yang dijelaskan Abah insyaAllah ada banyak pelajaran di dalamnya. Terutama pelajaran untuk jadi orangtua zaman now yang menghadapi tantangan digital saat ini.
Jadi orangtua nggak boleh jaim
Biasanya yang jaim itu sosok ayah. Banyak ayah yang nggak mau mengajak anak bermain dan ngobrol. Nggak membiasakan berinteraksi dengan anaknya. Istilah kerennya jaga image. Biasakan bermain dengan anak, walaupun ayah harus jadi kuda-kudaan, ayah harus pura-pura bermain peran. Anak akan merasa orangtua bisa jadi teman.
Ayah dan Ibu Terlibat
Menurut Abah, seharusnya ayah dan ibu sama-sama terlibat dalam mendidik anak. Jadi nggak ada cerita ayah cuma mencari nafkah tanpa mendidik anaknya juga. Malah dalam Al Qur'an, sosok ayah yang seharusnya lebih banyak mengajarkan anak tentang tauhid.
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan (suruhlah) manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh) Allah." (QS Luqman : 17)
Capek dong, udah cari nafkah tapi mendidik anak juga?
Ya memang harus capek. Kalo nggak mau capek, ya nggak usah punya anak >> kata Abah. Mending capek sekarang daripada capeknya setelah anak dewasa. Mending nangis sekarang daripada nangisnya setelah anak sudah jauh dari kita. Orangtua wajib menyediakan waktu untuk anak, bukan menyisakan waktu. Orangtua yang cerdas akan memilih capek di depan saat anaknya masih kecil, bukan di belakang saat anak-anak sudah besar.
Disiplin Belajar
Orangtua harus terus belajar untuk mendidik anak. Salah satunya dengan ikut kelas parenting yang agak berbeda dari belajar dari mbah gugel. Takut informasi yang didapat sepotong-sepotong, akhirnya niat belajar bisa membuat orangtua demotivasi karena merasa nggak mampu jadi orangtua yang baik.
Lalu, kenapa sih harus belajar parenting?
- Agar adaptif dengan perubahan zaman
Kalo dulu tahun 90an ke bawah anak dibiarkan menonton tv seharian, orangtua tidak terlalu khawatir. Paling cuma nonton TVRI yang isinya banyak mendidik. Kalopun ada drama luar negeri, paling adanya drama Oshin, LOL. Dimana semuanya tidak berbahaya untuk mental anak. Akses internet juga nggak ada, informasi untuk anak terbatas. Taunya ya cuma yang diajarkan orangtua aja, orangtua nggak punya kompetitor lain.
Zaman berkembang, internet berkembang dan membuka informasi seluas-luasnya untuk diakses siapa saja termasuk anak. Bayangkan kalo orangtua nggak mau belajar dan membiarkan anak mengikuti perkembangan zaman termasuk sisi negatifnya? Ambyar markonahhhh... Pendampingan orangtua sangat diperlukan pada zaman ini agar anak tidak bablas mengakses informasi yang belum sesuai dengan usianya.
- Agar nggak celaka
Orangtua yang nggak mau belajar, maka harus bersiap-siap untuk celaka. Bisa di dunia, bisa juga di akhirat. Contohnya memberi gadget pada anak yang diibaratkan membiarkan anak membawa kendaraan sendiri di usianya yang belum matang. Kemungkinannya cuma dua, anak yang celaka atau orang lain yang celaka. Dengan belajar, akan membantu orangtua mengarahkan anak mana yang baik dan sebaliknya.
Terapkan Program 1821
Program ini berarti orangtua dan anak harus memiliki waktu bersama dari jam 18.00 hingga jam 21.00. Kurang lebih 3 jam ini jika diterapkan setiap hari dan konsisten, maka hubungan orangtua dan anak akan lebih dekat. Interaksi dan komunikasi bisa dimaksimalkan. Kalo nggak bisa 3 jam, minimal 1 jam sudah cukup asal konsisten.
Ngapain aja 3 jam? Banyakkk.. bisa dirangkum menjadi 3B.
1. Bermain >> main apa aja. Bisa main kuda-kudaan, main peran, tebak-tebakan, sampai hal-hal lucu yang bisa dilakukan bersama. Inget ya, ayah nggak boleh jaim.
2. Bicara >> bahasa enaknya ngobrol. Ngobrol apa aja bisa. Yang nggak penting dan ringan malah bisa buat lebih nyaman. Hindari percakapan satu arah dan cenderung menasihati. Cobalah memahami apa yang disukai anak agar ngobrolnya enak.
3. Belajar >> sediakan majelis ilmu di rumah. Misalnya, orangtua bisa berkisah tentang Nabi untuk menguatkan tauhid, baca buku bersama, atau membersamai anak mengerjakan tugas sekolah.
Khusus untuk ibu yang bekerja di luar, seusai jam kerja harus sediakan waktu untuk membersamai anak. Urusan rumah dan beres-beres lebih baik diserahkan pada orang lain, misalnya ART untuk rumah atau abang gofut untuk urusan makanan.
Akhirnya waktu tiga jam bersama Abah Ihsan sambil ketawa-ketiwi penuh makna berakhir. Dari mimik para peserta insyaAllah terlihat senang sekali mengikuti seminar di hari itu. Beberapa testimoni saya dapatkan secara langsung melalui orang yang mendatangi saya dan via whatsapp. Bahkan ada yang bertanya bagaimana cara mengundang Abah ke Binjai lagi komunitasnya.
MasyaAllah,, alhamdulillah. Semoga belajar parenting dari Abah Ihsan kali ini bisa jadi wasilah banyak orangtua yang berusaha lebih baik mendidik anaknya. Agar generasi masa depan bangsa Indonesia menjadi kuat, tangguh, percaya diri dan bisa bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
PS : tulisan ini semata-mata sebagai catatan pribadi untuk bisa dimuroja'ah kapan saja saya mau. Semoga ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat juga bagi pembaca.