Travel Blogger : Jalan-Jalan Sabang

 


Jalan- Jalan Sabang : Menjelang libur sekolah anak, pernah tercetus dari mulut saya tawaran untuk liburan ke Sabang, Pulau Weh. Saya juga sempat mengajak sepupu dan keponakan yang tinggal di Padang Sidempuan untuk turut berlibur bersama kami. Saya yakin menikmati keindahan wisata di Sabang akan menjadi liburan yang menyenangkan bagi mereka.

Tiba saat pembagian raport sekolah. Kak Nia, sepupu saya, menanyakan kepastian untuk liburan ke ujung barat Indonesia itu. Saya pun tak kuasa menolak. Walau saya masih di luar kota terkait pekerjaan yang saya lakukan, saya mengiyakan dan mengatur transportasi dan penginapan selama di Sabang nanti. Memang tak bisa lama kami disana, hanya sekitar 2 hari 1 malam. Karena saya dan suami tak bisa mengambil cuti tambahan dari kantor setelah cuti di minggu sebelumnya.

Beruntung saat ini banyak media yang bisa digunakan untuk mengatur semua hanya dalam satu genggaman. Tinggal klik sana klik sini pada aplikasi gawai, semua sudah bisa diatur dengan baik untuk liburan yang direncanakan.

Saya dan rombongan berangkat pada hari Jum'at jam setengah 8 malam. Kami mengejar kapal cepat jam 8 pagi yang akan berlayar dari pelabuhan Ulee Lheeu Banda Aceh ke pelabuhan Balohan Sabang. Karena cukup ramai di perjalanan Medan-Banda Aceh, kami akhirnya harus mengundur keberangkatan ke jam 10 pagi.

Suasana cukup riweuh karena takut ketinggalan kapal. Sarapan pagi pun terlewatkan. Hingga di pelabuhan saya bisa membeli beberapa potong roti, air mineral dan teh hangat yang bisa disantap selama berada di atas kapal.

Saya awalnya sempat deg-degan karena info yang saya dapat biasanya cuaca akhir tahun di laut Banda Aceh menuju Sabang cukup berangin. Sehingga di dalam kapal cepat akan terasa sangat bergoyang terkena hempasan ombak. Bagi yang tidak terbiasa, risiko terkena mabuk laut cukup besar. Alhamdulillah sepanjang perjalanan ombak cukup tenang. Anak-anak bisa menikmati berjalan kesana kemari di dalam kapal bahkan naik ke dek atas kapal.


Satu jam kemudian kapal pun berlabuh di pelabuhan Balohan. Hello Sabang!!! Pertama kali saya menjejakkan kaki setelah terakhir kesana pada tahun 2009. Kami langsung menemui pemilik mobil sewa yang telah kami hubungi sebelumnya dan bergerak menuju warung karena perut sudah mulai terasa lapar menjelang waktu makan siang.

Selesai mengisi perut kami menuju penginapan yang telah saya pesan sebelumnya. Hotel Discovery yang letaknya ternyata cukup jauh dari kota. Dari pelabuhan kami melalui hutan selama beberapa menit namun masih satu arah ke beberapa tempat wisata lain seperti Kilometer Nol, Pantai Iboih, Pantai Gapang, Gua Sarang dan Gunung Api yang bau belerangnya masih sangat menyengat.



Penginapan sesuai dengan yang saya harapkan. Tepat menghadap pantai dimana anak-anak bisa bermain air. Kamar yang cukup luas membuat kami lega untuk beristirahat dan mandi sejenak sebelum menjelajah wisata di Sabang.

Menatap Sunset di Kilometer Nol

Kami baru keluar dari penginapan selepas sholat Ashar. Niatnya sekalian berkeliling mencari makan malam setelah ke Kilometer Nol untuk menatap terbenamnya matahari. Tugu Kilometer Nol sudah jauh berubah sejak 12 tahun lalu. Saat ini pun masih terus direnovasi lagi, namun tidak mengurangi kegagahan tugu penanda titik paling barat Indonesia itu.



Gua Sarang

Tempat ini kami lewati saat akan menuju Kilometer Nol. Pemandangan di Gua Sarang cukup memukau. Perpaduan antara tebing, air laut, dan langit berwarna biru sangat menyejukkan mata. Namun untuk menuju ke Gua Sarang harus menggunakan boat kecil berisi maksimal 10 orang. Gua-gua batu yang berada di bawah tebing infonya adalah sarang burung walet dan kalong. 





Snorkeling

Di tepian pantai menuju Gua Sarang, kami sempat snorkeling untuk melihat ikan berwarna warni di karang sekitarnya. Awalnya niat snorkeling di Pulau Rubiah yang bisa kami tempuh dengan boat dari Pantai Iboih. Namun tak ada satupun boat ke Pulau Rubiah yang menerima wisatawan. Ternyata hari itu tepat peringatan 17 tahun tsunami yang melanda hampir seluruh pantai Aceh di tahun 2004. Boat baru akan jalan sekitar jam 2 siang. Akhirnya kami memilih alternatif di sekitar Gua Sarang. Bisa sedikit mengobati kekecewaan batal ke Pulau Rubiah lah.

Kami kembali ke pelabuhan untuk menuju kembali ke Banda Aceh dan Medan pada malam harinya. Kurang puas sih cuma 2 hari disana. Lain kali minimal harus menyediakan waktu 5 hari jika ingin berwisata ke Banda Aceh dan Sabang. Masih belum sempat ke pusat kota Sabang, Pantai Gapang, snorkeling di Iboih dan Pulau Rubiah, wisata gunung api dan beberapa tempat wisata lain di Pulau Weh itu. Semoga punya kesempatan di lain waktu.

Scarlett Glowtening Serum

 Menjaga keharmonisan hubungan suami istri merupakah suatu hal yang wajib dilakukan. Apalagi dalam pernikahan saya yang memasuki usia 13 tahun. Pasang surut emosi, ribut, dan rujuk kembali menjadi tak terelakkan tatkala berada dalam satu atap yang sama setiap hari.

Menjadi istri dan ibu yang juga bekerja di luar rumah menambah tantangan dalam rumah tangga. Ibu harus bisa berbagi peran dan melaksanakan semua tanggung jawab yang melekat dengan sebaik-baiknya. Sering karena fokus ke anak dan rumah, peran sebagai istri yang harus melayani kebutuhan suami menjadi nomor ke sekian.

Tantangan tersebut saya siasati dengan menjadwalkan waktu berdua di luar rumah dengan suami minimal seminggu sekali. Apakah itu menemani ia ngopi atau hanya ngobrol sambil makan. Beruntung kami memiliki support system yang baik untuk menjaga ketiga anak kami agar memiliki waktu berkualitas tanpa diselingi rengek manja anak yang menuntut perhatian.

Menjelang akhir tahun 2021 yang lalu, saya berkesempatan untuk ikut suami dinas ke Pulau Dewata. Ia ingin mengajak saya liburan berdua. Itung-itung hanimun yang tertunda selama lebih dari 12 tahun katanya. Kapan lagi bisa liburan ke pantai di Bali di saat belum terlalu banyak wisatawan mancanegara yang datang karena situasi pandemi Covid-19 yang masih menyisakan banyak efek ke sektor pariwisata?

Cuaca di sekitar pantai Bali tidak terduga di akhir tahun. Saat kami ke beberapa tempat, hujan mengguyur cukup deras walau hanya sebentar. Namun di tempat lainnya sekitar pantai, cuaca pagi ke siang hari cukup terik dan terasa menyengat di kulit. Apalagi saat kami menyeberang ke Nusa Penida. Sepanjang jalan udara panas dan sinar matahari cukup menjadi tantangan bagi kami.

Tak heran setelah liburan usai, wajah saya pun terlihat kusam dan menghitam. Mulai muncul bintik-bintik kecil yang jika tidak diberi perawatan, akan tumbuh menjadi jerawat yang membuat saya tidak nyaman. Padahal saya sudah memakai krim sunblock untuk menjaga kulit agar tidak bermasalah karena sinar matahari.

Scarlett Glowtening Serum

Saya termasuk perempuan yang tidak harus memiliki kulit putih sebagai standar cantik. Kulit sehat, cerah dan bercahaya bagi saya sudah cukup untuk membuat saya bahagia dan bersyukur. Karena kulit saya yang terlihat kusam setelah pulang dari liburan, saya pun kembali melakukan perawatan agar kulit wajah terlihat normal.

Sebelumnya saya juga telah memakai tahapan perawatan kulit wajah dari Scarlett. Mulai dari facial wash, krim siang, krim malam dan brightening serumnya. Cocok untuk kulit normal dan membuat tone kulit wajah lebih putih dan nggak tampak seperti memakai topeng. Namun dengan kondisi kulit yang kusam setelah banyak terpapar sinar matahari, saya pun mencoba serum pencerah kulit wajah yaitu Scarlett Glowtening Serum.

Scarlett

Empat Alasan Memilih Scarlett untuk Perawatan Kulit Wajah

Awal mengenal Scarlett saya langsung jatuh cinta. Produk brand ini yang berupa lotion menjadi favorit orang serumah. Bagaimana tidak? Saat pertama menggunakan body lotion Scarlett, praktis harum yang begitu lembut langsung terasa ke seluruh sudut rumah. Lebay? Nggak sama sekali. Bisa ditanya deh ke semua orang yang pernah menggunakan lotion Scarlett ini.

Dari body lotion, nggak lama kemudian Scarlett mengeluarkan produk berupa face care (perawatan wajah). Tepat sekali saat saya membutuhkan rangkaian perawatan karena di wajah saya mulai muncul bintik-bintik hitam kecil pertanda minta dirawat.

Berikut empat alasan saya memilih Scarlett untuk perawatan wajah :

1. Cocok untuk kulit normal dan berjerawat

Rangkaian perawatan wajah dari Scarlett dapat disesuaikan dengan tipe kulit wajah. Untuk kulit normal dapat menggunakan Brightly Series yang terdiri dari Brightly Ever After Serum, Brightly Ever After Day Cream dan Night Cream dengan ciri kemasan berwarna pink. Sedangkan tipe kulit berjerawat dapat menggunakan Acne Series yang terdiri dari Acne Serum, Acne Day and Night Cream dengan ciri kemasan berwarna ungu.

Saya yang memiliki tipe kulit normal tentu saja memilih Brightly Seriesnya yang terbukti cocok di kulit.

2. Terbuat dari bahan yang aman

Semua produk Scarlett terbukti dibuat dari bahan yang aman. Bisa dilihat dari hasil lulus uji tes oleh BPOM yang ada pada setiap produk Scarlett, bahkan untuk digunakan oleh ibu hamil dan menyusui. Produk perawatan wajah Scarlett juga teruji bebas dari merkuri dan Hydroquinon yang memiliki efek jangka panjang negatif bagi kulit. 

3. Gampang dibawa

Kemasannya yang cukup ekonomis membuat produk Scarlett gampang dibawa kemana-mana. Praktis untuk dimasukkan ke dalam tas atau travel pouch. Nggak ribet juga.

4. Harga terjangkau

Produk Scarlett cukup terjangkau dari segi harga. Dengan proses produksi yang cukup terjaga, kualitas tidak kalah dengan produk sejenis lainnya, dan isi sebanyak 15ml untuk satu kemasan serum, harga yang ditawarkan termasuk ekonomis dan terjangkau oleh semua kalangan.

Hmm,,, sebelumnya saya sudah pernah mengulas pengalaman saya menggunakan Brightly Series dari Scarlett. Karena sekarang saya sedang menggunakan Glowtening Serumnya, saya mau ulas juga deh.

Manfaat Glowtening Serum

Tekstur

Beda dengan serum lain yang bertekstur cair, Glowtening Serum dari Scarlett ini memiliki tekstur yang creamy seperti daycream atau nightcream. Namun kemasannya tetap menggunakan drop yang membuat kita bisa mengatur jumlah pemakaiannya.

Kemasan

Dari segi kemasan, Scarlett masih setia menggunakan kemasan kotak berwarna pink putih di luar dengan isi di dalamnya berupa botol drop berisi serum 15ml.

Kandungan

Jika brightening serum menggunakan niacinamide untuk membuat wajah cerah, glowtening serum mengandung tranexamide acid, calendula oil, minyak zaitun, allantoin, dan ekstrak licorice. Bahan-bahan tersebut juga sudah lulus BPOM pertanda aman bagi kulit.

Manfaat

Scarlett memaparkan sejumlah manfaat dari Glowtening Serum ini bagi kulit. Utamanya adalah membuat kulit tampak cerah dan lebih bersinar.

Review Glowtening Serum

Beberapa saat setelah pemakaian, kusam di wajah saya tidak terlalu terlihat. Tampak serum mulai meresap ke kulit setelah saya tepuk-tepuk lembut beberapa kali dan membuat kulit nyaman dan lebih lembab. Meskipun butuh waktu satu hingga dua minggu untuk melihat hasil pemakaian serum yang lebih akurat, setidaknya untuk pemakaian beberapa kali tidak ada menimbulkan tanda iritasi. Lain kesempatan saya tulis lagi hasilnya ya.

Untuk yang ingin mencoba produk Scarlett ini, saya biasanya pesan langsung ke link https://linktree/scarlett_whitening. Cara pesannya gampang dan cukup menunggu hingga barangnya dikirim ke rumah.

Jelajah Bali : Nusa Penida, Wishlist Pertama

Wishlist Pertama : Nusa Penida

Nusa Penida



Sebelum berangkat ke Pulau Dewata, saya sudah mencari tempat mana saja yang wajib dikunjungi selama disana. Kalaupun suami memang harus fokus melaksanakan tugas, saya rela menyewa motor untuk berkeliling ke tempat wisata terdekat daripada harus di hotel sendirian menunggu suami yang masih bekerja.

"Yah, mama pengen ke Nusa Penida ya. Keren pemandangan disana. Liat nih.." ucap saya sambil menyodorkan foto-foto wisata Nusa Penida di instagram dalam gawai saya.

Nusa Penida menjadi wishlist pertama saya dalam jelajah Bali kali ini. Air laut yang biru, menghantam karang dan masuk ke rongganya, menatap surga permukaan laut dari puncak bukit, bagaikan magnet yang meluruskan niat saya untuk bisa melihat keindahan ciptaan Allah itu secara langsung.

Nyatanya agenda kerja suami tidak sepadat yang saya bayangkan. Bahkan saya bisa mengajaknya bersama. Sikap saya yang terlalu santai sempat hampir membatalkan perjalanan tersebut. Hingga malam sebelum rencana keberangkatan, setelah di hari pertama kami ke Tanah Lot, saya masih belum menghubungi agen perjalanan ke Nusa Penida.

Beruntung saat saya mengirim pesan langsung melalui salah satu media sosial penyedia jasa trip Nusa Penida, admin langsung menjawab. Padahal masih jam 5 pagi. Langsung merasa doa saya dikabulkan Allah seketika. Alhamdulillah.. terealisasi juga wishlist saya. Oiya, saya menggunakan jasa penidaseaviewtour sebagai tour guide untuk perjalanan ini.

Saya langsung membangunkan suami yang masih setengah tertidur dan mengatakan bahwa trip sehari ke Nusa Penida Barat sudah dipesan. Karena kami hanya berdua, biaya yang dikenakan sedikit lebih mahal. Di beberapa agen perjalanan bisa hanya Rp 285 ribu per orang. Dengan catatan minimal 5-6 orang dalam satu trip. Karena kami hanya berdua, harga sepakat di Rp 450 ribu per orang. Tak apalah, toh belum tentu setahun sekali saya bisa liburan ke pulau ini. Kami juga butuh pemandu untuk menjelajahi spot wisata di Nusa Penida agar tidak tersesat selama disana.

Peta Bali, 3 Nusa di sebelah tenggara

Nusa Penida adalah satu dari 3 pulau (nusa) yang ada di Kabupaten Klungkung, Bali. Letaknya di sebelah tenggara Pulau Bali. Ada dua pulau lain bernama Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang berukuran lebih kecil dari Nusa Penida itu sendiri. Walaupun harus melewati Selat Badung selama 40 menit dari Pulau Bali, mengelilingi tempat wisata di Nusa Penida dapat dilakukan hanya dalam satu hari (one day trip). Bahkan setengah hari juga bisa (half day trip) jika hanya mengunjungi wisata di bagian barat (west trip) atau di bagian timur (east trip). Pengunjung juga bisa menginap jika ingin lebih menikmati pulau dan menjajal snorkeling dan diving di sekitarnya.


Saya memutuskan untuk ikut West Trip Nusa Penida mengingat terbatasnya waktu. Seketika itu saya dan suami langsung bersiap mandi dan packing koper karena sekalian berpindah hotel. Untung kami berdua termasuk sigap dalam hal ini. Admin agen perjalanan menyuruh kami untuk tiba di Pelabuhan Sanur paling lambat jam 7.30 pagi dan segera mengambil tiket kapal cepat yang sebelumnya sudah dipesan dari data yang kami kirim via pesan whatsapp.

Jarak Pelabuhan Sanur dari Hotel Discovery, Kuta tempat kami menginap malam sebelumnya sekitar setengah jam. Masih ada waktu untuk kami bisa mengisi perut sebagai amunisi hingga makan siang. Bahkan saya membawa beberapa potong roti untuk berjaga-jaga manatau perut sudah keroncongan selama di jalan.

Here we go....

Jalan lengang sepanjang menuju pelabuhan. Beberapa kali mobil kami terhenti karena lampu merah dan sempat kaget karena ada motor yang tiba-tiba langsung belok ke kanan tanpa menyalakan lampu terlebih dahulu. Nggak cuma di Medan ternyata, hehe... Pengingat diri juga untuk lebih hati-hati.

Tepat pukul setengah 8 pagi kami tiba di pelabuhan dan memarkirkan mobil tak jauh dari gerbang masuk. Lalu kami diarahkan untuk berjalan ke counter pengambilan tiket kapal. Axe Stone namanya, berlokasi di ujung jajaran counter yang ada. Nama kami sudah didaftarkan sehingga tinggal mengambil gantungan badge untuk bisa naik ke atas kapal.

Suasana di Pelabuhuan Sanur

Tak seperti yang saya duga sebelumnya. Pelabuhan Sanur pagi itu cukup ramai dengan wisatawan yang ingin berkunjung ke 3 nusa. Mayoritas sepertinya akan ke Nusa Penida sama seperti tujuan saya. Ada yang ramai sekeluarga, ada yang bersama tim atau teman satu geng, banyak juga pasangan muda yang tampaknya baru menikah dan sedang bulan madu di Pulau Dewata.

Pelabuhan Sanur

Jajaran kapal di tepi dermaga sudah stand by untuk berangkat bersama sekitar jam 8 tepat. Lalu lalang wisatawan berbagai rupa menjadi pemandangan yang tak terelakkan. Bahkan ada sekelompok orang paruh baya yang tampak tak sabar menunggu kapal untuk segera diberangkatkan. Ya, Bali memang surga wisata bagi segala usia.

Kapal berangkat agak sedikit terlambat. Jam 8.15 seluruh penumpang yang memegang badge dengan tali berwarna merah dan hitam diinfokan untuk menaiki kapal. Saya dan suami pun bergegas tak ingin ketinggalan. Tak salah saya hanya menggunakan sandal jepit karena tak ingin sepatu saya basah terkena air laut. Masuk ke dalam kapal, penumpang dapat memilih kursi masing-masing. Beruntung saya masih bisa duduk di kursi paling kanan sehingga bisa menikmati percikan birunya air laut dari jendela selama perjalanan.

Kapal mulai bergerak perlahan lalu semakin cepat hingga meninggalkan banyak gelembung putih di permukaan laut. Perjalanan selama kurang lebih 40 menit itu nyaris membuat saya hampir tertidur lelap ditiup angin sepoi yang masuk melalui celah jendela. Hingga akhirnya pulau Nusa Penida dan Nusa Lembongan sudah terlihat di kiri dan kanan kapal yang saya naiki.

Kapal berlabuh di dermaga pelabuhan Toya Pakeh yang sudah ramai dengan guide beserta mobil yang sudah dipesan wisatawan. Salah satunya adalah mobil yang akan membawa saya dan suami menjelajahi Nusa Penida Barat.

Pelabuhan Toya Pakeh

West Trip Nusa Penida

Kenapa dikatakan west trip? Tentu saja karena perjalanan sehari ini bertujuan ke tempat wisata di Nusa Penida bagian barat. Berbeda tujuan dengan bagian timur namun keindahan keduanya tetap dapat dinikmati.

Petunjuk menuju Angel's Billabong dan Broken Beach

Angel's Billabong

Dari pelabuhan mobil melaju dengan kecepatan sedang melewati satu-satunya pasar yang ada di Nusa Penida. Di sekitar pasar terdapat satu kampung yang dihuni oleh muslim yang juga mendirikan satu-satunya masjid disana. Jalan kecil namun sudah beraspal, menaiki tanjakan menuju bukit dan berbelok, kami lewati selama kurang lebih setengah jam. Guide yang juga bertugas sebagai supir mengajak kami bercerita tentang kehidupan masyarakat dan wisata Nusa Penida selama pandemi. Termasuk banjir yang pada minggu sebelumnya melanda pulau tersebut dan mengakibatkan banyak kerusakan di daerah perbukitan.

Akhirnya mobil berhenti di tujuan wisata pertama. Angel's Billabong namanya. Kami harus berjalan sekitar 300 meter hingga dapat spot pemandangan terbaik. Teriknya matahari tak menyurutkan langkah. Lelah dan panas kami terbayar dengan pemandangan air laut biru menghantam karang.

Angel's Billabong


Angel's Billabong saat ombak menghantam karang

Cekungan karang berisi air laut berwarna biru menjadi pemandangan utama di spot ini. Banyak yang memilih untuk hanya mengambil foto, namun bagi yang berani dapat turun ke cekungan dan berenang di dalamnya. Kami? Cukup berfoto saja lah ya.

Broken Beach

Broken Beach masih dalam satu kawasan wisata dengan Angel's Billabong. Namun harus mengambil jalan ke arah kiri dan berjalan sekitar 200 meter dengan sedikit menurun. Terdapat warung kecil untuk beristirahat yang menawarkan minuman dan makanan ringan. Pemandangan indah tersaji di depan mata saat melihat karang yang layaknya memiliki pintu di bagian tengah sebagai jalan masuk air laut menuju pantai.

Broken Beach

Broken Beach

Klingking Beach

Menuju Klingking Beach kami harus melaju mobil sekitar 20 menit. Namun jam yang sudah menunjukkan pukul setengah 12 siang mulai membuat perut keroncongan. Kami pun singgah di salah satu rumah makan yang sepertinya sudah menjadi langganan guide kami saat membawa wisatawan. Wajar saja, karena tidak sembarangan rumah makan bisa diterima wisatawan, terutama wisatawan muslim.

Dua porsi sate dan nasi putih cukup untuk mengisi perut. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Klingking Beach yang merupakan icon wisata utama Nusa Penida selain Broken Beach.

Kami harus berjalan cukup jauh dari parkiran mobil menuju spot utama bukit di atas pantai Klingking. Ujung pulau berbentuk kepala T Rex dengan pulau kecil lain di sampingnya terlihat sangat memukau. Untuk menuju pantai, wisatawan harus turun melalui jalan tangga setapak hingga ke bibir pantai. Melihat teriknya sinar matahari yang sudah mulai membuat kulit kemerahan, saya pun memutuskan tidak turun untuk bermain air. Melihat keindahan Klingking Beach dari puncak bukit sudah cukup memuaskan keinginan saya.

Klingking Beach dari Puncak Bukit



Paluang Cliff

Tak jauh dari Klingking Beach, kami menuju Paluang Cliff. Tempat ini untuk menatap bukit T Rex dari sudut yang berbeda dengan tempat sebelumnya. Jaraknya hanya sekitar lima menit dengan mobil. Ada spot foto yang jadi favorit wisatawan, layaknya ujung kapal yang hampir jatuh ke jurang.

Paluang Cliff



Crystal Bay

Satu-satunya tempat yang tidak sempat kami kunjungi adalah Crystal Bay. Hal ini dikarenakan adanya bau tak sedap di sekitar pantai karena bangkai hewan akibat banjir yang melanda di minggu sebelumnya. Semua guide yang membawa wisatawan memutuskan untuk tidak ke Crystal Bay sebelum kondisi pantai kembali normal seperti semula. Padahal di pantai ini yang paling memungkinkan untuk kami bermain air.

Sumber : balicheapesttour

Akhirnya wishlist utama ke Nusa Penida selesai tepat di jam 2 siang. Kami pun menuju mobil di parkiran dan kembali ke pelabuhan Tayo Pakeh untuk bertolak kembali ke pelabuhan Sanur.

"Dah puas kan mama bisa kesini?" tanya suami

"Alhamdulillah, dimudahkan Allah ya yah. Makasi sayang", jawabku

"Selamat ulang tahun Ma." balasnya diiringi kecupan hangat yang mendarat tepat di dahi mengakhiri hari kami di Nusa Penida