Selain perasaan ibu saat hamil, pola pengasuhan juga menjadi hal utama dalam pembentukan karakter. Ada anak yang bawaannya santai tapi bahagia. Ada juga anak yang disiplin dan ingin selalu menjadi juara namun tekanan jiwa dan pikiran menghantuinya. Hal ini bisa jadi karena lingkungan yang menuntutnya untuk menjadi anak sempurna, apakah lingkungan keluarga atau pertemanan. Menghargainya dengan prestasi angka yang diperoleh. Jika kebiasaan itu terjadi terus menerus selama bertahun-tahun akan membentuk kepribadian perfeksionis yang ternyata membuat jiwa dan kehidupan sosial jadi meringis.
Tentang Perfeksionis
Menurut wikipedia, perfeksionis adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik dan non materi. Karena menuntut diri sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna, pada akhirnya akan berdampak pada lelahnya jiwa dan pikiran.
Ciri-ciri perfeksionis
1. Memiliki standar tinggi
Seorang perfeksionis biasanya memiliki standar tinggi pada hasil pekerjaan. Jika standar tersebut tidak tercapai, ia akan terus berusaha untuk dapat mencapainya walaupun dua tiga kali melakukannya. Kepuasan akan didapat namun banyak hal yang perlu ia korbankan. Misalnya saja waktu dan pikiran. Saat tidak tercapai ia akan merasa menjadi orang paling gagal sedunia.
2. Memperhatikan detail
Tidak semua orang peduli dengan hal yang kelihatan detail dan remeh temeh. Namun sang perfeksionis dapat melihat hal-hal detail karena berhubungan dengan standar yang ditetapkannya. Misalnya, orang yang perfeksionis dalam hal bersih, matanya akan langsung menangkap sebutir nasi di lantai atau sedikit minyak yang membuat rumah tidak bersih.
3. Ingin selalu menjadi yang terbaik
Seorang perfeksionis ingin selalu menjadi yang terbaik dalam berbagai hal yang ia lakukan. Untuk itu ia akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin demi mencapai tujuan.
4. Ingin semua berjalan lancar tanpa kekurangan
Karena sudah memiliki standar tinggi, perfeksionis cenderung menginginkan semua hal berjalan lancar tanpa kurang sesuatu sedikitpun.
Dari ciri tersebut, sikap perfeksionis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah seseorang akan lebih giat bekerja demi mencapai hasil yang sempurna. Namun kekurangan sikap perfeksionis muncul pada jiwa, pikiran dan sosial seseorang yang gampang depresi jika target atau standarnya tidak tercapai.
Perfeksionis Bikin Meringis
Tanpa sadar saya termasuk tipe perfeksionis. Sampai sering mikir, "Ribet banget sih hidup lo mak?? Hal receh aja dipikirin."
Benar sekali. Perfeksionis yang secara tidak sadar muncul pada diri saya kemungkinan karena lingkungan. Memang orangtua tidak pernah menuntut saya harus selalu juara satu. Karena mereka juga bukan orang seperti itu. Namun dulu saya kurang percaya diri karena sering membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain di sekitar. Sikap tersebut memberikan tekanan tersendiri pada jiwa, pikiran dan hati saya.
Efek buruk terlihat setelah di umur 33 tahun saya merasa tidak nyaman dengan proses bernafas. Sering terasa nyesek, nafas nggak plong, hingga makan pun tidak nyaman. Hasil diagnosa dokter saya terkena penyakit di daerah lambung (dispepsia yang mengarah ke GERD).
Pernah dengar kalau lambung adalah otak kedua? Artinya di dalam lambung (dan perut secara umum) terdapat bakteri yang dapat mengatur mood dan kesehatan mental. Akibat tekanan jiwa pada seorang perfeksionis akan mempengaruhi kerja si bakteri dan menyebabkan ketidakseimbangan proses metabolisme di lambung.
Hal ini akan berpengaruh pada produksi gas di lambung yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, dada terasa panas dan nyesek, bahkan sulit bernafas.
Jadi wajar jika dokter mengatakan bahwa GERD dan penyakit lambung sangat erat hubungannya dengan seseorang dengan tipe perfeksionis. Perfeksionis bikin saya meringis!
Mengatasi Perfeksionis Agar Jiwa Tetap Sehat
Dibutuhkan terapi agar sifat perfeksionis tidak mengganggu kesehatan mental dan fisik. Terapi dapat dilakukan sendiri ataupun ke pakar psikologi. Terapi sendiri dalam agama saya dapat dilakukan dengan lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah, ibadah, tilawah hingga diri sadar bahwa semua hal sudah ada yang mengatur. Jika terapi sendiri berat dilakukan, ke psikolog bisa jadi pilihan.
Lalu bagaimana agar seorang perfeksionis bisa tetap menjaga kesehatan jiwa dan mentalnya?
1. Belajar Menerima Kondisi
Seorang perfeksionis harus belajar untuk lebih menerima kondisi. Tidak semua hal bisa dilakukan dengan hasil sesuai standar tinggi. Menghargai proses akan membuat lebih bersyukur. Pasti ada hal yang bisa dipelajari dari proses tersebut dan membuat lebih baik ke depannya.
2. Realistis
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan. Berpikir realistis akan membuat lebih legowo walaupun hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan.
3. Menghargai Diri Sendiri
Saat diri sudah melakukan yang terbaik namun hasil tidak sesuai yang diharapkan, tetaplah berterima kasih pada diri sendiri. Hargai yang sudah dilakukan dengan mengambil sisi positif dari proses yang telah dijalani.
Biasanya sikap perfeksionis ini ada pada emak-emak, terutama untuk kerapian seisi rumah. Ingin rumah rapi dan bersih paripurna, tapi anak masih dalam proses belajar dan sering bikin rumah berantakan. Inhale... exhale... Buang sementara perfeksionismu, jangan sampai perkembangan anak-anak tidak maksimal karena sikap seperti itu. Dan yang terpenting jangan sampai perfeksionis bikin emak meringis.
Hwaaaaa Mak, jadi orang perfeksionis itu cuapeeeeeek bangettt. Dan akhirnya bikin penyakit buat diri sendiri.
ReplyDeleteDan yang paling menikmati hasil 'rajin' orang perfek ini adalah orang-orang yang tinggal bersamanya. Karena tertata rapi dan teratur.
.
Buat orang perfeksionis, harus bener-bener kelola hati dan tentukan prioritas aja. Biar bisa self love.
Diri sendiri juga perlu dicintai
Hsruslaj kita tossss sambil meringis Mak.. hihihi
ReplyDeleteUdah pernah asam lambung dan rasanya.. waaaah gak pengen lagi deh.
Emang bener perfeksionis ini kadang bukan nyakitin diri sendiri. Tapi orang lain. Khususnya anak kita. Kadang gak sadar udah menempatkan standar kita ke anak-anak. Saking pengennya semua serba Perfect.
Perfeksionis salah satu tipe yang ada dalam psikologi untuk dinali dan dipahami bahwa setiap manusia itu unik
ReplyDeleteTernyata capek ya jadi orang perfeksionis itu? Aku kira kesempurnaan adalah kebahagiaannya...
ReplyDeleteKadang malah iri sama hidup orang perfeksionis yang serba rapi dan teratur, sementara aku kadang berantakan taruh apa aja sering gak inget karena gak kembali pada tempat semula hihihi
Sebenernya tak terlalu buat meringis sih, kak. Tapi tergantung cara aja, mungkin.
ReplyDeleteTapi yang paling penting itu memang harus realistis aja. Eh tapi Alfie suka susah bernafas juga nih, kak. Boss pernah bilang ada kaitan dengan lambung. Betul sih.
Terlalu pikiran dan over thinking gitu bisa menyebabkan penyakit ya mba ternyata. Semoga bisa sedikit slow down dan sehat selalu mba
ReplyDeleteJadi perfectionis sebenernya bagus asal harus seimbang dengan tidak memaksakan diri.
ReplyDeleteSaya pun ada satu teman yang perfeksionis mbak. Kalau kerja satu tim sama dia, saya rasa kayak kerja marathon gitu. Sebentar-sebentar di cek, ditanya progressnya. Malah nggak nyaman kalau buat saya
ReplyDeleteAkibat perfeksionis bisa seperti itu ya, ternyata. Wah, itu sangat tidak baik. harus segera belajar santai menikmati hidup dan mencatat benar tips-tips di atas.
ReplyDeleteSaya tipe yang easy going tapi suka sangat menikmati saat sendiri. Jadi kaget aja ternyata bisa memicu GERD karena sering stres sendiri seperti itu.
Kebanyakan orang yang mau perfeksionis memang harus lebih ekstra melakukan sesuatu hal ya,Mba. Terkadang saya pun ingin menjadi perfeksionis tetapi tetap disesuaikan dengan kapasitas diri juga.
ReplyDeleteKadang males kerjasama sama perfectionis Kak. Tuntutannya banyak. Hehe ..
ReplyDeleteKawan saya ada yg perfeksionis, lumayan xtra pengertian kl lg dengan dia. Bener bgt, standarr tinggi sampe merasa gak nyaman kl gak sesuai standart dia hehe
ReplyDeleteharusnya dia baca ini, jd belajar terima keadaan hehe
tq sharingnya
Hmm sepertinya saya juga demikian. Kalau sesuatu terlihat belum memuaskan hati, maka akan terus diupayakan sampai benar-benar...
ReplyDeleteSaya punya anak kembar, sembilan bulan di perut yang sama, tapi hasilnya sekarang udah mau tiga tahun mereka sama sekali berbeda. Rasanya susah atau nyaris gak mungkin menjadi ibu perfeksionis untuk anak atau berekspektasi terlalu tinggi. Anak punya kemampuan sendiri. Tugas kita cuma menstimulasi supaya anak memunculkan versi terbaik mereka.
ReplyDeleteKebalikan ma saya..
ReplyDeleteSaya orangnya santaiii man....
Dapat suami juga begitu...
Jadi kami ini keluarga santaiiii... kwkwkwkw
terlalu santai juga gak terlalu baik soal na..
Tapi yang penting, jangan terlalu menggampangkan masalah, jadi santai tidak condong ke negatip.
bener gak sih mak...
*membela diri sendiri*
Kalau saya sepertinya tipe yang jauh dari kata perfeksionis kak. Malah kadang kebablasan jadinya kalau ngurus sesuatu yaudah asal kelar. Padahal enggak boleh gitu juga, harus seimbang, hehe.
ReplyDeleteFix orang perfeksionis itu susah banget memaklumi kesalahan orang lain. Aku pernah kerja sama orang yang tipenya kayak gini. Beuh pusing banget wkwk
ReplyDeletePerfeksionis itu bikin capek, itu sih yg aku alami. Yg terpenting lakukan yg terbaik bukan yg tersempurna
ReplyDeleteTerkadang sikap perfeksionisku muncul saat tenggat waktu (hehe), ya bagi saya no problem selama semangat itu masih kita hidupkan dalam setiap perjalanan hidup.
ReplyDeleteKatanya, Chairul Tanjung itu seorang yang perfeksionis. Dia begitu memperhatikan detail-detail bisnisnya. Ternyata, dari situ, perusahaan-perusahaannya maju pesat.
ReplyDeletePerfeksionis memang kadang terasa kurang nyaman sih. Ada saja yang kurang. Kalau bekerja dengan orang yang perfeksionis kadang terasa menyebalkan. Padahal itu untuk kebaikan kita. Makanya pada akhirnya setelah pekerjaan selesai, hasilnya pun luar biasa.
ReplyDeletehowaaaa ... saya kesindir nih, perfeksionis terutama kerjaan. Bertambah umur, saya hanya semakin sadar kalau ada banyak hal yang tidak bisa saya kendalikan sehingga saya memilih berdamai dan berpikir positif kalau itu for the best.
ReplyDelete