"Wahai Ibu, teruslah belajar karena kau adalah madrasah pertama anak-anakmu."
Menjadi ibu adalah awal mula petualangan baru dalam hidup. Proses yang dimulai dengan belajar, dijalani dengan belajar dan diakhiri pula dengan belajar. Paling tidak kalimat itu yang berhasil saya pahami sejak saya dikaruniai anak pertama sebelas tahun lalu.
Hal yang tak pernah saya lupa saat membawa anak vaksin untuk ketiga kalinya. Saat itu kami sedang tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota. Karena beberapa hal, saya memutuskan untuk memvaksin anak saya dengan memanggil bidan yang bekerja di rumah sakit kecil tempat saya bekerja.
Dengan berbekal pengetahuan yang minim, saya hanya memberikan buku riwayat vaksin anak yang sebelumnya memang saya simpan dan mempercayakan semua ke bidan tersebut. Setelah anak saya disuntik dan mengalami demam yang saya tau normal setelah vaksin, saya baru membaca untuk memahami informasi yang ada di buku vaksin tersebut. Saya bandingkan catatan vaksinasi anak saya dengan jadwal yang berlaku saat itu.
Deggg!!! Saya cukup kaget saat tau bahwa vaksin yang disuntikkan si bidan tidak sesuai dengan jadwal yang tertera di buku. Padahal sudah jelas tertulis bahwa anak saya sudah divaksin polio I bulan lalu, harusnya vaksin polio II diberikan dua bulan setelahnya.
Pikiran saya pun melayang. Dengan berbagai prasangka tanpa ilmu sama sekali, saya berpikir anak saya akan overdosis vaksin polio. Allah... betapa bodohnya saya sebagai ibu yang tidak mau belajar sebelumnya tentang vaksin dan segala hal tentangnya. Bagaimana kalau kaki anak saya kelak bermasalah? Bagaimana kalo ada yang tidak normal dengan tumbuh kembangnya akibat salah vaksin? Semalaman saya menangis memikirkan berbagai kemungkinan negatif yang akan terjadi. Tak sabar menunggu pagi untuk bertanya langsung ke dokter yang lebih ahli.
Saya mencoba mencari informasi seadanya di internet dan media sosial yang saya ikuti. Akhirnya saya sampai pada satu grup yang digawangi oleh para dokter anak dan mulai menemukan pro kontra vaksin yang sedang merebak kala itu.
Dari segala informasi dan argumentasi yang ada, saya memantapkan diri untuk tetap memvaksin anak-anak saya sebagai ikhtiar untuk menjaga kesehatan. Tidak hanya untuk anak saya, namun untuk anak dan keluarga lainnya. Sejak saat itu saya pun meniatkan diri untuk terus belajar menjadi ibu yang lebih peduli dengan kesehatan anak.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam rangka memperingati Pekan Imunisasi Dunia 2021 (World Immunization Week 2021) yang dilakukan pada tanggal 24 - 30 April 2021, kenapa harus vaksin bekerjasama dengan the Asianparent Indonesia mengadakan webinar "101 Vaksinasi : Kupas Tuntas Vaksinasi Anak" yang dibawakan oleh Sissy Prescilia dan dr. Attila Dewanti, SpA(K) sebagai narasumber. Dengan hashtag #LindungikuLindungimu memberi arti bahwa vaksinasi tidak hanya memberikan perlindungan untuk orang yang divaksinasi, tapi juga memberikan perlindungan orang lain yang ada di sekitarnya.
Pengertian Vaksin
Vaksin adalah suatu zat atau senyawa yang berfungsi merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu. Vaksin biasanya diberikan sejak anak baru lahir dan bertahap hingga dewasa sebagai bentuk pencegahan terhadap efek berbahaya dari suatu penyakit. Vaksin terdiri dari banyak jenis sesuai dengan penyakit yang ingin dicegah.
Kenapa Harus Vaksin?
Banyak yang belum paham tentang alasan kenapa vaksin harus dilakukan. Sedangkan di masa pandemi covid-19 yang masih belum berakhir, banyak orang termasuk Pemerintah menganjurkan untuk dilakukan vaksinasi covid-19 pada semua orang agar pandemi ini segera dapat diatasi.
Perlu diketahui bahwa sejak jaman dahulu vaksin telah terbukti dapat menyelamatkan banyak jiwa dari penyakit berbahaya. Hingga saat ini di beberapa negara maju telah mengklaim seluruh warganya telah bebas dari penyakit yang sempat mewabah seperti cacar, difteri, pertusis, polio dan wabah penyakit lain karena luasnya cakupan imunisasi dan vaksinasi di negara tersebut.
dr. Attila menjelaskan beberapa alasan kenapa vaksin harus dilakukan.
- Mencegah kematian
Dari hasil penelitian, sekitar 2-3 juta kematian dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini disebabkan kekebalan tubuh yang terbentuk dengan adanya vaksin membuat efek yang ditimbulkan oleh penyakit pada orang yang telah divaksin menjadi tidak terlalu berbahaya hingga menyebabkan kematian.
- Mencegah penyakit
Lebih dari 26 penyakit dapat dicegah dengan vaksin. Misalnya saja cacar, polio, dan difteri yang saat ini sudah jarang terjadi.
- Mengurangi resistensi antibiotik
Penyakit yang dapat diobati dengan antibiotik menyebabkan penderita harus mengkonsumsi berbagai antibiotik untuk dapat membunuh penyakit tersebut. Adanya vaksinasi membuat tubuh menggunakan kekebalan (imun) yang terbentuk untuk melawan penyakit dan membatasi/mengurangi efek resistensi tubuh karena mencegah penyakit pada tahap awal.
- Menyelamatkan orang
Meningkatkan imunisasi secara global dapat menyelamatkan 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Vaksin sangat dibutuhkan untuk menciptakan Herd Immunity. Herd immunity adalah kekebalan kelompok yang dapat dicapai dengan meningkatkan cakupan imunisasi di seluruh wilayah. Suatu sasaran populasi yang kebal terhadap penyakit tertentu secara tidak langsung akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya. Sehingga jika ada satu atau sejumlah kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di masyarakat, maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat dan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah dapat dicegah.
Berkurangnya cakupan imunisasi dapat meningkatkan risiko KLB penyakit seperti difteri yang terjadi beberapa tahun lalu di suatu daerah di Indonesia.
Pentingnya Vaksin Pada Anak
Vaksin sangat diperlukan untuk bayi dan balita. Sejak lahir, bayi harus mendapatkan vaksin. Selanjutnya hampir setiap bulan hingga usianya 18 bulan, vaksin tetap dijadwalkan. Bahkan pada usia tertentu vaksin tertentu pun harus diulangi karena efektivitasnya menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Kenapa ya masih kecil kok harus divaksin? Ini nih 5 alasannya menurut dr. Attila.
Saya semakin paham mengapa bayi dan balita sangat membutuhkan vaksinasi. Fungsi kekebalan tubuh yang masih belum sempurna memerlukan rangsangan untuk mengenali dan melawan kuman penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh. Imun tubuh yang kuat dari vaksinasi menjadikan si kecil terhindar dari penularan penyakit berbahaya yang pada akhirnya juga akan melindungi orang di sekitarnya dari penyakit tersebut. Anak yang sehat juga akan menghemat biaya pengobatan yang harus dikeluarkan.
Saya dulu taunya vaksin cuma perlu sampai umur 9 bulan aja yang biasanya disebut dengan imunisasi dasar lengkap. Termasuk di dalamnya adalah satu dosis vaksin hepatitis B, satu dosis BCG, tiga dosis DPT - Hepatitis B, empat dosis polio dan satu dosis campak. Namun ternyata vaksin untuk balita (termasuk bayi sebelum 12 bulan) masih perlu diberikan, apakah untuk booster/ulangan ataupun vaksin tambahan.Vaksin booster pada balita adalah vaksin yang sebelumnya sudah pernah diberikan pada saat bayi. Namun memerlukan pengulangan di usia balita agar efektivitas dan kinerja vaksin pada imun tubuh tetap terjaga. Vaksin booster biasanya dilakukan saat anak berusia 12 - 24 bulan.
Vaksin tambahan adalah vaksin yang direkomendasikan oleh dokter selain vaksin dari imunisasi dasar lengkap. Termasuk di dalamnya adalah vaksin PCV, rotavirus, vaksin influenza, MMR, varisela, japanese enchepalitis (JE), Hib, hepatitis A dan tifoid.
Banyak banget ya ternyata kebutuhan vaksin ini. Supaya sobat mamak nggak lupa, bisa cek jadwal vaksin / imunisasi yang sudah direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di bawah ini yaaa. Jadwal ini harus secara aktif dicek oleh ibu dan dikonsultasikan dengan dokter anak agar imunisasi anak dapat maksimal.
Vaksin Aman
Banyak orang yang meragukan keamanan vaksin. Hal ini disebabkan beberapa kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) serta efek yang muncul pasca vaksinasi. Saya termasuk orang yang harus ekstra cek kondisi kesehatan anak sebelum membawa mereka vaksin. Hal ini semata-mata untuk mengurangi kekhawatiran akan efek yang muncul setelah vaksin dilakukan.
Dari webinar ini ada beberapa hal lain yang sering menjadi kekhawatiran para ibu seperti saya, terutama di masa pandemi seperti sekarang. Dalam hal ini dr. Attila memberikan jawaban yang cukup memuaskan dan saya pun semakin yakin bahwa vaksin aman untuk diberikan pada anak.
Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban dr.Attila terkait kekhawatiran pada vaksinasi.
Q : Apa yang terjadi bila bayi/balita tidak mendapatkan vaksinasi lengkap?
A : Banyak penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan. Mereka akan mudah tertular penyakit, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak cacat dan kematian.
Q : Bagaimana bila imunisasi terlambat / tidak teratur?
A : Segera lanjutkan imunisasi yang tertunda sesuai jadwal. Bila ragu atau lupa, dapat dianggap belum pernah dan segera diberikan vaksinasi. Interval (jarak waktu) vaksin tidak berubah. Jika ternyata vaksin sudah pernah diberikan sebelumnya dan diberikan kembali, tidak ada bukti pemberian vaksin yang dobel akan merugikan si penerima vaksin yang sudah imun.
Q : Anak sakit, bolehkah menerima vaksin?
A : Anak sakit dengan gejala ringan masih tetap dapat menerima vaksinasi. Misalnya demam yang tidak tinggi, gejala selesma (batuk/pilek) dan diare. Dalam hal ini vaksinasi tidak akan memperparah penyakit anak. Bahkan anak yang sedang minum antibiotik pun tetap dapat divaksin.
Q : Mengapa dapat timbul demam setelah imunisasi?
A : Demam setelah imunisasi adalah reaksi normal. Gejala demam menunjukkan bahwa vaksin sedang bekerja di dalam tubuh dan membentuk antibodi. Pada umumnya reaksi demam akan menghilang dalam 24 - 36 jam. Adapun vaksin dengan risiko demam tinggi yaitu DTwP (difteri, tetanus, whole cell pertusis) dan campak. Namun pemberian ASI dapat menurunkan risiko demam ini.
Q : Apakah boleh memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan?
A : Boleh, dengan melakukan imunisasi di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha / lengan kiri dan kanan) menggunakan alat suntik yang berlainan.
Selain jawaban atas pertanyaan di atas, dr. Attila juga memberikan beberapa tips terkait imunisasi si kecil. Check this out.
Di masa pandemi gini, pastinya agak was was membawa anak untuk divaksin. dr. Attila memaparkan juga hal-hal yang mesti disiapkan saat akan melakukan vaksinasi ke anak. InsyaAllah ibu akan lebih merasa aman membawa anak vaksin.
Untuk meningkatkan cakupan imunisasi, Kemenkes menganjurkan untuk melakukan catch up immunization (imunisasi kejar) dan multiple injection (imunisasi ganda) serta menggunakan vaksin kombinasi.
Pemberian vaksin memang cukup penting sebagai ikhtiar untuk menjaga kesehatan kita semua ya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Apalagi deretan penyakit berbahaya pencegahannya dilakukan dengan cara vaksinasi, sebut saja difteri, polio dan cacar.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi pengalamannya soal vaksinasi ini ya Mba...
Sama2 mas.. semoga bermanfaat.
DeleteIni dia pemenang kuis kita. mantap ya kak webinar kemarin, udah dapet ilmu eh dapet hadiah juga. Btw kok fotoku gak cakep sih. Wkwkwkwk..
ReplyDeleteAlhamdulillah ya kak, rejeki,, hehe.. Udah cakep lho itu bumillll.. :D
Deletenunduk gitu loh kak, wkwkwkw... gak papalah biar gak keliatan muka lebarnya. maklum hamil ini naik lumayan banyak berat badannya.
DeleteDulu waktu bayi anakku malah telat vaksin mba. Belum ada pengalaman, masih buta masalah bayi dan anak, akhirnya kena campak parah sampai kena ke pita suara. Puji Tuhan bisa sembuh walau dengan perjuangan.
ReplyDeleteSerem ya mbak kalo sampe gitu. Syukurlah sudah sembuh dan bisa dilewati dengan baik.
DeleteSyukurlah anak saya semenjak bayi hingga sekarang usianya tiga tahun telah divaksinasi sesuai anjuran pemerintah. Mudah-mudahan dengan permberian vaksin tersebut dapat memperoleh kekebalan tubuh agar terhindar dari penularan penyakit berbahaya
ReplyDeleteTerimakasih artikelnya bu. Sebagai seorang bunda juga merasakan kekhawatiran yg sama. Jadi mendapat pencerahan.😊🙏
ReplyDeleteVaksinasi memang sangat penting ya kak untuk membuat antibodi bangun dan mengenali antigen asing yang masuk tubuh, sehingga antibodi akan membentuk memory internal untuk mengenali kembali antigen yang sama di kemudian hari. Thanks for sharingnya...oya kemaren aku dah vaksinasi COVID-19 kak tahap 1, tahap 2 di tanggal 20 Mei 2021 dan semoga lancar...
ReplyDeleteIya mas, tubuh juga perlu dirangsang antibodi nya untuk mengenali penyakit yg masuk. Jadi lebih prepare menghadapinya. Semoga vaksin kedua berjalan lancar mas wahid.
DeleteSampai sekarang saya masih nggak paham sama orang tua yang nggak membolehkan anaknya di vaksin. Padahal vaksin itu kan upaya untuk memberikan perlindungan kesehatan pada anak. Upaya untuk memberikan yang terbaik bagi anak.
ReplyDeleteEmang ya, jadi orang tua itu mesti terus belajar apapun yang terkait dengan perkembangan anak
Penting bnget nih vaksin untuk anak - anak ya menjaga daya tahan tubuh supaya kebal terhadap virus yang ada di luaran . Semoga sehat semua deh ya
ReplyDeleteVaksin itu memberikan perlindungan awal untuk anak. Bukan untuk mencegah agar tak terkena penyakit tertentu tapi mencegah dampak berat ketika terkena penyakit tersebut. Ibarat orang pakai helm dan sabuk pengaman, bukan sebagai jaminan gak kecelakaan, tapi mencegah akibat berat jika terjadi kecelakaan
ReplyDeleteSelama ini banyak yang salah kaprah. Kenapa udah vaksin tapi masih kena campak dll? Dipikirnya udah vaksin berarti udah gak bakalan kena
Tapi memang sih, vaksin itu juga memberi kekebalan tubuh agar tak sakit. Semoga dengan lengkapnya vaksinasi, anak-anak ķita semua diberi kesehatan sehingga pertunbuhan dan perkembangannya berjalan baik dan menjadi generasi gemilang
Memang dulu itu merebak sekali pro kontra vaksin ini ya Mbak. Saya pribadi gak kontra dengan vaksin, asalkan jelas kehalalan vaksin tersebut. Lagipula, kita boleh nanya ke petugas tentang vaksin apa yang dipakai kan ya
ReplyDeleteKl ada vaksin baru memang agak susah meyakinkan orang. Tp kita serahkan pada ahlinya. Kl dah dilupas tuntas, insyaAllah jd faham dan yakin
ReplyDeleteSoalnya yang baru itu selalu menimbulkan pro dan kontra ya bang. Ditambah bumbu-bumbu hoax dan mitos. Jadilah ada masyarakat yang kebingungan.
DeleteDulu anak-anak imunisasi dasar sih. Belum sebanyak sekarang vaksin-vaksinnya. Penyakit juga semakin bermutasi. Asal yakin aman sih, saya ikut kata dokter anak aja. Ada yg wajib, ada yg dianjurkan boleh engga ikut asal dijaga kesehatan dan pola makan.
ReplyDeleteSebagai ibu kita harus jeli melihat pro kontra antara pro vaksin dan antivaksin.
ReplyDeleteTapi sebaiknya kita membekali diri anak kita dengan vaksin yang lengkap. Agar ia tumbuh sehat dan lingkungan terjaga karena community herd.
Imunisasi memberikan kekebalan tubuh secara buatan dengan pembentukan antibodi sehingga melindungi anak dan mengurangi keparahan penyakit. Imunisasi merupakan upaya memperoleh kekebalan tubuh secara buatan melalui pemberian kuman hidup yang dilemahkan atau bagian tubuh dari kuman untuk membentuk antibodi.
ReplyDeleteAku suka banget cara dr Attila menyajikan materinya, yaitu dengan memancing pertanyaan, kemudian menyajikan semua jawabannya. Semoga informasi penting ini banyak yang membaca, khususnya ibu-ibu di seluruh Indonesia.
ReplyDeleteTerbukti loh kak, ada kawanku yg anaknya ga di vaksin, sering sakit.
ReplyDeleteKarena mreka ga percaya sama vaksin dan mreka pun oleh ortunya dulu gak di vaksin.. huhu
Duh jadi teringat anak saya terakhir divaksin tu saat dia umur 2 tahun, ternyata vaksin untuk anak terus berlanjut sampai ia besar ya, kurang update juga nih hihi
ReplyDeleteTerima kasih atas infonya ka Devi.
ReplyDeleteVaksin pencegahan yang menandakan kita bukan hanya peduli pada anak sendiri ya, tetapi juga upaya membentuk ketahanan lingkungan.
syukurnya sekarang banyak sumber yang bisa ditanyain ya kak. padahal kan pemerintah emang udah ngset semua proses tumbuh kembang anak harus imunisasi di umur sekian sekian, emang ibu harus terus belajar ya 😂
ReplyDeleteAwak dulu antivaks kak, skrg dah tobat, aku sangat sangat dukung vaksin pada anak, investasi kesehatan anak juga soalnya di masa depan
ReplyDeleteCerita tentang vaksin ini sebenarnya menarik bagi saya. Dulu pas masih kecil kalau kenak paku enggak apa-apa gitu kan. Eh, tetibanya pas waktu SMA lah, saya kena paku dan paku berkaratnya tuh tertinggal selama tujuh jam di dalam tubuh. Bidan yang ngobati saya pun auto panik dan segera menyuntikkan lagi vaksin tetanus. Supaya enggak kejang gitulah. Saya pun penasaran nih kok divaksin lagi? Eh, rupanya setelah bertambahnya usia memang benar bahwa kekebalannya berkurang. Pantas saja sewaktu kecil kalau kena paku sellow aja gitu, dibersihkan aman-aman aja.
ReplyDeleteCerita tentang vaksin ini sebenarnya menarik bagi saya. Dulu pas masih kecil kalau kenak paku enggak apa-apa gitu kan. Eh, tetibanya pas waktu SMA lah, saya kena paku dan paku berkaratnya tuh tertinggal selama tujuh jam di dalam tubuh. Bidan yang ngobati saya pun auto panik dan segera menyuntikkan lagi vaksin tetanus. Supaya enggak kejang gitulah. Saya pun penasaran nih kok divaksin lagi? Eh, rupanya setelah bertambahnya usia memang benar bahwa kekebalannya berkurang. Pantas saja sewaktu kecil kalau kena paku sellow aja gitu, dibersihkan aman-aman aja.
ReplyDeleteCerita tentang vaksin ini sebenarnya menarik bagi saya. Dulu pas masih kecil kalau kenak paku enggak apa-apa gitu kan. Eh, tetibanya pas waktu SMA lah, saya kena paku dan paku berkaratnya tuh tertinggal selama tujuh jam di dalam tubuh. Bidan yang ngobati saya pun auto panik dan segera menyuntikkan lagi vaksin tetanus. Supaya enggak kejang gitulah. Saya pun penasaran nih kok divaksin lagi? Eh, rupanya setelah bertambahnya usia memang benar bahwa kekebalannya berkurang. Pantas saja sewaktu kecil kalau kena paku sellow aja gitu, dibersihkan aman-aman aja.
ReplyDeleteSaya termasuk yg sangat care terkait kak, waktu anak-anak kecil pastikan mereka semua memenuhi vaksin dasar. Ternyata ada vaksin tambahan juga ya?
ReplyDeleteAlhamdulillah anakku juga vaksin lengkap sampai umur 2 tahun ini. Meskipun pas pandemi kemarin agak telat jugaa.
ReplyDeleteKirain cerita vaksin covid haha, ternyata.. Tapi ini ilmu baru loh buat saya. Paling gak jd hati2 dan bnyk bertanya sama posyandu tpt oza imunisasi. Nice story
ReplyDeleteAnak sebaiknya divaksin ya mbak untuk menghindari penyakit yang tak diinginkan ketika dewasa. Kalau ada orang tua yang menolak harusnya ada yang bisa memberi pencerahan bahwa vaksin itu penting
ReplyDeleteVaksin pada anak memang penting untuk kekebalan tubuh. Sayangnya, masih banyak yang meremehkan dan berkaca pada orang yang tak vaksin tapi sehat walafiat. Jdi untuk mengedukasi juga sulit karena prinsipnya sudah beda.
ReplyDeleteAnak sulung saya, dapat vaksin atau imunisasi lengkap hingga dia berumur dua tahun.
ReplyDeleteAnak kedua dan ketika, baru mamaknya rada cuek
gak lengkap sampe dua tahun vaksinnya.
Habisnya pas itu harga imunisasinya kok jadi mihil gak ketulungan.
Naik berkali-kali lipat bikin emak elus dada
Semoga lahhh sehat-sehat semuanya
Setuju dengan membuat anak merasa nyaman dulu sebelum vaksinasi. Kalau saya dulu suka sounding jauh² hari sm Ocean kl ke dalam tubuhnya mau dimasukin "pasukan baik" utk melawan pasukan jahat. Alhamdulillah so far so good. Btw, nice info yaa Devi,, tfs.
ReplyDeleteSaya pun setuju dengan vaksin, sebagai salah satu ikhtiar menjaga kesehatan, mungkin tidak saat ini tapi di masa depan atau anak remaja/dewasa nanti
ReplyDeleteSoal vaksin ini sudah tersedia jadwal nya, itu cukup memudahkan para ibu untuk menjalankan vaksin pada anak...
Salut banget sama penulis artikel blog ini. Lengkap kap kap. Jadinya kalo ada temen nanya tentang vaksinasi bisa langsung autokirim link tulisan ini biar gak ribet
ReplyDeleteSeneng banget ada banyak yang bahas pentingnya vaksinasi untuk anak-anak.
ReplyDeletesemoga bisa jadi rujukan untuk golongan anti vaksin dan bisa bikin mereka jadi pro vaksin.
Buat yang blom nikah sepertiku ini ilmu yang penting banget untuk diketahui. Aplagi soal vaksin ini masih selalu hangat pro dan kontranya. Terimakasih Mba atas catatannya.
ReplyDeleteMeskipun belum menikah, aku termasuk yang pro-vaksin banget buat anak-anak. Apalagi Ibuku juga slalu cerita nggak pernah lewatin jadwal vaksin. Baca ini jadi makin mantap lagi, tinggal cari suami aja hahah
ReplyDelete