Punggahan


 Assalamu'alaykum.

Udah lama banget kayaknya nggak nulis disini. Alasannya sederhana : nggak mood!

Lah, gimana sih? Katanya mau jadi penulis profesional.. katanya mau konsisten menulis, katanya katanya... jadi inget trio kwek kwek, hehe... Hah.. sudah lah. Lupakan masa lalu. Sekarang mood lagi bagus dan banyak yang pengen ditulis.

Alhamdulillah hari ini mulai masuk 1 Ramadhan. Bulan yang penuh keberkahan dan banyak ibadah yang bisa dimaksimalkan untuk investasi pahala. Saya berusaha pasang target ibadah supaya bisa evaluasi paling tidak sepuluh hari sekali. Apa aja sih target saya? Nah,,, sabar. Itu untuk tulisan selanjutnya.

Di tulisan kali ini saya ingin cerita tentang tradisi punggahan.

Udah pada tau atau bahkan pernah ikut punggahan? Biasanya kalo orang Indonesia, apalagi tinggal di daerah Jawa pasti udah tau tentang tradisi yang satu ini.

Menurut wikipedia, punggahan atau munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan di akhir bulan Sya'ban (satu atau dua hari menjelang Ramadhan). Meskipun awalnya berkembang dari suku Sunda, tradisi punggahan saat ini sudah umum dilakukan di daerah lain di Indonesia, termasuk di kota Medan tempat saya tinggal.

Munggah berasal dari bahasa Sunda yang artinya naik. Maksudnya adalah naik ke bulan suci yang lebih tinggi derajatnya. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan berkumpul dengan saudara atau kerabat, makan bersama, dan saling bermaafan untuk menyambut bulan Ramadhan. Namun ada juga yang ditambah dengan aktivitas lain seperti mendengar ceramah agama.

Sejak kecil tradisi ini telah ada di masyarakat tempat saya tinggal. Saya yang masih kecil taunya cuma makan bersama tetangga lalu bermain sepuasnya. Sejak saya menikah dan tinggal di komplek perumahan dengan suasana masyarakat yang cukup Islami, setiap tahun kami kebagian jatah untuk membawa makanan ke acara punggahan komplek untuk dimakan bersama penghuni komplek lainnya. Sering dari kami bertukar makanan sehingga suasana punggahan terasa lebih nikmat.

Bagi masyarakat komplek yang sehari-hari bekerja, momen kumpul seperti ini adalah momen penting untuk saling mengenal dan meningkatkan kebersamaan. Alhamdulillah silaturahmi seperti ini selalu terjalin dengan baik. Saya pernah menuliskan cerita silaturahmi lebaran kami tahun lalu. Jarang-jarang masyarakat yang tinggal di kota bisa guyub antar tetangga gitu. Mudah-mudahan bisa seterusnya.

Di kantor saya juga melakukan tradisi punggahan lho. Biasanya masing-masing orang mengumpulkan sejumlah uang untuk dibelikan makanan dan dimakan bersama. Atau bisa membawa makanan dari rumah namun makannya harus berkumpul di waktu yang sama. Kalo malas menghidang, kami cukup pergi ke salah satu tempat makan bersama. Suasana kebersamaan cukup terasa walaupun dengan makanan sederhana. 

Banyak menunyaaaa...

Menu roti jala dan kari ayam

Lengkap menu utama, penutup, dan buah

Berarti kata kuncinya "makan" dan "bersama". Mangan, ngumpul! That's it!

Secara ajaran Islam memang tidak ada keharusan untuk melakukan punggahan sebelum puasa. Namun jika kita melihat ke tujuan dari punggahan itu sendiri, ya nggak ada salahnya dilakukan karena bisa jadi dengan punggahan kita bisa lebih saling mengenal tetangga dan kerabat, bisa ngobrol dan saling maaf memaafkan. Siapa tau selama ini ada tetangga yang pernah kesal ama kita karena kita parkir mobil/motor sembarangan, kucing piaraan kita bikin kotor di rumahnya, sampah kita nggak sengaja masuk ke rumahnya, dan lainnya. Namanya juga hidup bertetangga, ye kannnn....



No comments

Post a Comment