Sore itu gerimis tipis-tipis. Membuat tubuh jadi mager alias malas bergerak. Hujan rintik yang turun sejak jam 3 sore hampir saja membuat saya mengurungkan niat ikut kelas yang akan dibawakan oleh salah satu rekan di komunitas Blogger Sumut.
Sejak awal saya sudah mendaftarkan diri begitu melihat materi yang akan disampaikan. Materi yang penting untuk diketahui tiap orang, namun banyak yang sering lalai dan merasa kecolongan.
Materinya tentang pengelolaan keuangan keluarga. Agak gampang-gampang susah mengelola keuangan ini. Saya pribadi sering merasa penghasilan saya menguap begitu saja. Kalaupun ada simpanan berupa tabungan dan secuil emas, tak lama akan hilang dengan cara yang tak disangka. Ibarat pom bensin, bolak balik harus memulai dari nol. Apa yang salah dengan manajemen keuangan saya?
Akhirnya saya memaksa diri untuk segera melawan mager dan bergerak ke tempat acara. Agak sedikit terlambat karena menunggu waktu sholat Ashar di rumah. Namun saya datang tepat saat acara baru dimulai.
Bertempat di Mie Ayam Jamur Haji Mahmud, Jalan Abdullah Lubis Medan, kelas yang saya pikir hanya diisi oleh teman-teman satu komunitas ternyata juga diikuti oleh komunitas lainnya. Cukup ramai untuk ukuran ruangan pertemuan itu. Namun malah membuat saya dan yang lainnya semakin bersemangat.
Saya juga baru tau kalau Mie Ayam Jamur Haji Mahmud menerima kerjasama dari pihak-pihak yang ingin mengadakan acara serupa. Mereka memfasilitasi tempat setiap hari Jumat sore. Keren euy. Bagi yang berminat, bisa langsung datang dan menghubungi tim MarCom nya ya.
Tak lama setelah MC dan manajer MarCom Mie Ayam Jamur Haji Mahmud menyampaikan pembukaan dan sambutan, pembicara memulai materinya.
Beliau bernama Bag Kinantan, biasa sering dipanggil Bang Bag (baca : Bang Bek). Penulis buku berjudul Sadar Finansial. Usianya beda tipis lah dari saya, saya lebih muda maksudnya. Namun dari konsep pengusaha dan keuangan saya masih jauh tertinggal, hehe.. Wajar dong saya belajar. Lebih baik terlambat daripada nggak tau sama sekali, ya kan?
Mengelola Keuangan Keluarga
Memiliki keluarga adalah impian banyak orang. Hidup dengan mapan dan mampu memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga juga termasuk tujuannya. Agar kehidupan berkeluarga dapat berjalan sesuai harapan, diperlukan pengelolaan keuangan yang baik. Kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama harus bekerjasama dengan istri sebagai menteri keuangan yang mengatur pengeluaran rumah tangga.
Menurut Bang Bag, ada empat tahapan finansial keluarga.
1. Financial Foundation
Financial foundation adalah kondisi dimana penghasilan yang diperoleh cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Financial Secure
Saat penghasilan sudah mencukupi kebutuhan harian dan sudah dapat disisihkan untuk simpanan dalam bentuk tabungan, deposito, atau emas maka keluarga berada di tahapan financial secure. Bagi yang memiliki penghasilan bulanan, simpanan biasanya disisihkan dari penghasilan tidak rutin. Misalnya dari perjalanan dinas luar kota atau proyek musiman dengan beban kerja tambahan.
3. Financial Flexible
Financial flexible terjadi jika penghasilan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk simpanan, namun juga dapat disisihkan untuk belajar investasi. Bang Bag menyebutkan belajar investasi harus siap dengan kehilangan uang. Jadi harus dipastikan dana yang digunakan untuk belajar investasi tidak akan mempengaruhi dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Disarankan simpanan juga sudah mencukupi level aman, misalnya sudah memiliki 200 gram emas.
4. Financial Independence
Tahap finansial terakhir yang dapat dicapai keluarga adalah financial independence atau Financial Freedom. Yaitu ketika sebuah keluarga sudah memiliki penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, mampu menyisihkan untuk simpanan/tabungan, serta memiliki investasi yang sudah menghasilkan. Investasi yang dihasilkan minimal juga sudah mencukupi nilai penghasilan bulanan.
Untuk mencapai tahapan finansial yang paling tinggi, yaitu financial independence, keluarga membutuhkan sumber penghasilan.
Sumber Penghasilan
Berdasarkan saat penerimaan dan besaran nilainya, sumber penghasilan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
>> Harian, yaitu penghasilan yang diterima pada waktu-waktu tertentu, tidak rutin dan nilainya tidak terlalu besar. Penghasilan ini dapat digunakan untuk simpanan dan atau investasi.
>> Mingguan/bulanan, adalah penghasilan berupa gaji yang diterima secara rutin dan teratur dengan nilai yang relatif sama. Penghasilan ini biasanya digunakan untuk menopang kehidupan sehari-hari
>> Harimau, adalah penghasilan yang tidak rutin namun nilainya cukup besar sehingga dapat digunakan untuk membeli aset. Misalnya penghasilan kerjasama dari proyek tertentu. Penghasilan ini dianggap rezeki harimau yang tak terduga sebelumnya.
Kita anggap penghasilan adalah rezeki dari Tuhan. Maka sebenarnya setiap manusia sudah dijanjikan rezeki yang besar oleh Tuhan. Rezeki yang bisa digali dengan memanfaatkan ciptaan Tuhan. Namun masing-masing dari kita berbeda cara menampung rezeki tersebut. Akhirnya penghasilan yang kita peroleh pun berbeda. Ada yang jadi karyawan perusahaan, pekerja sipil atau pengusaha. Setiap orang bebas menentukan jalan pilihan untuk mendapatkan rezeki masing-masing.
Diumpamakan lagi air hujan sebagai rezeki. Siapa yang akan mendapatkan rezeki lebih banyak, tergantung pada cara menampung air yang jatuh. Apakah dengan gelas, ember, atau membeli waduk yang besar sekaligus.
Sepakat ya bahwa cara menampung penghasilan lah yang membuat rezeki berupa penghasilan tiap orang berbeda.
Lalu jika ingin memaksimalkan penghasilan dan mencapai tahap financial independence, tentu tidak bisa tercapai dengan kita berdiam diri. Mengharapkan rezeki jatuh begitu saja dari langit tanpa usaha apapun. Tidak mungkin seenak itu fergusoooo...
Jadi apa yang harus diperhatikan untuk memaksimalkan penghasilan?
1. Kapasitas
Tiap orang dibekali akal dan pikiran yang fitrahnya harus digunakan untuk menopang kehidupan. Akal dan pikiran tersebut akan berbentuk kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melakukan sesuatu. Namun kapasitas ini akan bergantung pada tiga hal, yakni :
- Jati diri
Sadar atau tidak, kita sering melabeli diri sendiri dengan sesuatu yang dapat menunjukkan seberapa besar kapasitas diri kita. Misalnya saja "aku cuma mampu begini", "aku pasti bisa jadi kaya", "aku bisa jadi pengusaha sukses", dan sebagainya. Label yang kita sematkan pada diri kita akan menunjukkan kapasitas diri yang kita miliki.
- Keyakinan dan nilai
Kapasitas diri kita juga ditentukan oleh keyakinan dan nilai yang kita yakini. Misalnya saja menurut agama yang dianut, kita yakin bahwa semakin banyak kita memberi maka akan kembali ke kita dalam jumlah yang berlipat. Otomatis jika ingin banyak memberi, kapasitas kita untuk memperoleh rezeki juga harus ditingkatkan.
2. Menambah keran
Mengusahakan penghasilan hanya dari satu sumber seolah-olah menutup kesempatan seseorang untuk mendapat peluang yang lebih besar. Menambah keran atau sumber penghasilan lain malah dapat membuka jalur untuk memperoleh penghasilan lain yang lebih baik dibanding hanya dari satu sumber.
Namun menambah keran penghasilan ini nggak boleh sembarangan. Cari keran atau usaha yang tidak merepotkan, dengan modal kecil dan kalau bisa hasilnya juga banyak,, hehe..
3. Bagaimana Menghabiskannya?
Kata Bang Bag, DNA orang Indonesia itu DNA ngabisin. Ngabisin duit maksudnya. Pantang ada yang tersisa. Makanya pola menghabiskan uang (penghasilan) ini harus pelan-pelan diubah. Agar tidak habis sia-sia dan terasa menguap begitu saja, penghasilan yang diperoleh harus langsung dialokasikan. Cara alokasi yang baik adalah dengan langsung memasukkan ke pos-pos kewajiban.
Pertama, untuk Tuhan. Berupa zakat, sedekah, infak, dan lainnya. Usahakan ada target minimal 2,5% dari penghasilan.
Kedua, untuk membayar hutang, tabungan dan atau investasi. Berdasarkan teori finansial, nilai hutang yang harus dibayar sebaiknya adalah maksimal 30% dari total penghasilan. Sedangkan untuk tabungan dan investasi bisa menyesuaikan.
Ketiga, untuk pendidikan. Pendidikan ini adalah investasi masa depan yang tidak akan menyebabkan kerugian karena berupa ilmu yang dapat dimanfaatkan sesuai bidang tertentu.
Keempat, untuk dihabiskan. Setelah pos-pos utama terisi, uang yang masih tersisa dapat dihabiskan untuk kebutuhan sehari-hari. Sisa uang yang ada akan memaksa seseorang seefisien mungkin untuk membelanjakan uangnya. Mengeluarkan uang hanya untuk mencukupi kebutuhan. Cukup untuk beli mobil, cukup untuk umroh, cukup untuk jalan-jalan, hehe...
Catatan penting untuk keempat poin di atas, urutannya tidak boleh dibalik. Harus benar-benar berurut dari yang pertama untuk Tuhan hingga terakhir untuk dihabiskan.
Pada akhirnya jika sudah masuk ke tahap financial independence dengan memperhatikan ketiga hal di atas, kita akan dapat membentuk kebiasaan baru untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan keluarga. Nggak lagi kebingungan kok uang menguap begitu saja. Jadi lebih cerdas bukan?
Kesimpulan
Kelas selama dua jam terasa cukup berfaedah. Ternyata mengelola keuangan keluarga nggak boleh asal dan sembarangan. Harus dapat memaksimalkan kapasitas untuk menambah penghasilan dan mengelola pengeluaran pada pos-pos berdasarkan tingkat kewajiban. Tujuannya agar keluarga dapat sampai pada tahap financial independence dan lebih bijak dalam keuangan.
Sayang diriku tak bisa hadir. Karena ndak dapat izin dari big boss.
ReplyDeleteASyik ya dev acaranya.
Entah kapan bisa gabung gabung lagi.
Kalo ada makan-makannya mungkin bisa ya kak vi... hehe..
DeleteNah, iya nih. Awalnya saya nyoba-nyoba. Eh, malah jadi penasaran buat pengelolaan keuangan. Memang benar nih, nggak apa-apa terlambat mengetahui dan merencanakan keuangan. Asal tidak sama sekali ya kan. Bakalan saya coba nih untuk menyusun urutannya, supaya enggak kebalik lagi dan akhirnya punya simpanan. Eh, ... heheh.
ReplyDeleteJadi belajar ya kak..
DeleteMantap Dev paling gak dapat kulitnya pun udah serasa tercerahkan ttg keuangan ini. Makasi ya udah ditulis ke blog
ReplyDeleteSama2 kak. keuangan ini tricky, sering bablas soalnya...
DeleteUdah mau berangkat. Udah dapet izin. Oalaaaah hujan beneran bikin kembali mempertimbangkan berangkat itu. Karena anaknya kan ditinggal, luar rumah agak banjir. Malah khawatir anak-anak main becek. Akhirnya dah lah diurungkan berangkatnya.
ReplyDeleteKalo nggak karena janji, dv pun udah pengen rebahan aja di rumah mak.
DeleteKeknya ini karna kebanyakan makan mak jadi tiba2 uangnya dah abisss
ReplyDeleteNah.... you know me so well................. haha...
DeleteDuh menarik yaa,, jd gak sabar bukunya sampe, biar dibaca dan dituliskan juga di blog kayak Devi gini...
ReplyDeletewah,,, kak mia dapet bukunya ya? patennnn...
Delete