Pengalaman Terinfeksi Covid-19

Kalo ditanya, rasanya nggak bakal ada yang mau mencoba ngerasain terinfeksi virus covid-19. Takut juga jadi takabbur. Virus itu kan ciptaan Tuhan. Kalo sebagai manusia menunjukkan sikap sombong, bisa aja kan Tuhan mendatangkan penyakit tersebut ke tubuh kita.

Saya termasuk orang yang mencoba biasa aja menghadapi pandemi virus ini. Biasa dalam arti nggak parno tingkat tinggi namun tetap menjaga 3M sejak awal pandemi hampir setahun lalu.

Apa sih 3M itu?

3M adalah perilaku disiplin sebagai kampanye yang digalakkan untuk menekan penyebaran virus covid-19. Perilaku disiplin yang dimaksud antara lain :

- Memakai masker
Menurut penelitian internasional, memakai masker dapat mengurangi risiko penyebaran virus covid-19. Penggunaan masker kain mampu menekan penyebaran virus sebesar 45%, sedangkan masker medis dapat menekan penyebaran virus hingga 70%.

- Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan benar juga dapat menekan penyebaran virus covid-19 sebesar 35%. Mencuci tangan dengan benar dapat dilakukan dengan menggunakan air + sabun ataupun dengan hand sanitizer selama 20 - 30 detik.

- Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
Menjaga jarak dengan orang lain (physical distancing) dan menghindari kerumunan (social distancing) menurut penelitian adalah cara paling efektif untuk menekan risiko penyebaran virus covid-19, yaitu sebesar 85%.


Oke,, sesuai judul, kali ini saya ingin sharing pengalaman saat saya terinfeksi covid-19. Awalnya nggak nyangka banget, tapi anggap aja pertanda Allah makin sayang ama saya. Biar saya paham untuk lebih baik lagi menjaga kondisi tubuh.




Awal Gejala Covid-19

Kamis, 10 Desember 2020
Sehari setelah pilkada Kota Medan, saya harus menghadapi ujian assessment dari kantor sebagai penilaian kompetensi SDM perusahaan. Ujian memang sehari, tapi sejak dua hari sebelumnya saya harus mengisi form yang cukup banyak dan membuat saya harus lebih berpikir dan refleksi diri. Pengisian form pun diwarnai selang seling anak minta mandi, anak minta makan, riweuh lah. Waktunya anak-anak tidur, eh saya nya ikutan tidur, haha..

Saya dan dua orang teman lainnya berangkat jam setengah 6 pagi menggunakan mobil kantor. Ujian dimulai jam 8 pagi hingga jam 8 malam. Jeda istirahat untuk makan cemilan, makan siang dan sholat. Itu pun nggak nyaman karena sambil membayangkan soal yang banyak banget. Lelah fisik dan pikiran karena saya bukan orang yang suka sembarangan kalo ngerjain soal ujian,, #halahhh

Sabtu, 12 Desember 2020
Biasanya saat weekend keluarga kecil saya memang sering ke rumah orangtua. Sekedar untuk makan bareng, steam boat dan panggang daging ala-ala, setidaknya bisa menyenangkan keluarga. Tapi ada yang aneh karena badan saya terasa pegal dan sakit semua. Rasanya pengen rebahan aja. Pulang ke rumah udah malam dan badan langsung terasa demam.

Minggu - Selasa, 15 Desember 2020
Demam saya berlanjut hingga senin pagi. Saya pikir hanya flu dan demam biasa. Memang nggak terlalu tinggi, tapi cukup membuat saya pengen rebahan seharian. Saya cuma minum paracetamol dan madu plus air hangat agar kondisi badan lebih enak. Selasa pagi demam sudah berangsur hilang. Namun punggung masih sakit kalo tegak agak lama. Saya pun meminta ijin bos di kantor untuk bekerja dari rumah. Kok nggak ijin sakit sih? Karena saya harus tetap support pekerjaan rekan kerja lainnya walaupun sambil sakit. Dilemaaaaa... hix..

Rabu, 16 Desember 2020
Saya akhirnya masuk kantor setelah diminta oleh bos saya. Ada hal yang harus diurus dan sulit untuk dikerjakan dari rumah. Saya pun bekerja di kantor seharian bahkan sempat rapat dengan beberapa rekan. Masker tetap saya gunakan walaupun nafas saya terasa agak sesak. Karena diagnosa gerd sebelumnya, saya menganggap sesak yang saya rasakan sama dengan sesak sejak sepuluh bulan belakangan.

Kamis, 17 Desember 2020
Saya tepat berusia 34 tahun pada tanggal itu. Alhamdulillah. Sepanjang punggung masih terasa sakit namun masih memaksakan diri ke kantor. Daripada ditelpon terus karena nggak ke kantor, ya udah lah. Toh saya masih bisa berdiri bahkan berlari. Tapi belum bisa melompat lebih tinggi. Pulang kantor masih diajak suami ke mall buat pacaran berdua sebelum pulang ke rumah.

Menjelang maghrib badan udah nggak bisa kompromi. Langsung minta tolong pijat sepupu sekitar satu jam. Lalu anak minta ditemani bermain di kamar. Saat bermain dengan mengusapkan lotion, saya baru sadar kalo nggak bisa mencium bau lotion yang biasanya membuat hidung saya sakit saking harumnya. 

Ada yang nggak beres. Saya langsung mengambil minyak kayu putih dan mengoleskannya berkali-kali ke hidung sampai hidung agak lecet. Fix... nggak terasa apa-apa. Perasaan mulai nggak enak. Langsung saya ambil masker dan menyuruh anak-anak untuk tidur di kamar berbeda. Sebisa mungkin menjaga jarak dari mereka.

Saat itu juga langsung lapor ke suami. Saya kira dia akan panik mendengar istrinya memiliki gejala terinfeksi virus covid-19. Ternyataaaa.. dia cuma ketawa. Lalu bilang "Ya udah, positif lah itu mak!".
Dia berpikir kami semua satu rumah pun pasti sudah terpapar. Satu-satunya cara terbaik yang kami pikirkan adalah isolasi di rumah agar tidak menularkan ke orang lain dan menguatkan imunitas seluruh anggota keluarga.

Jumat, 18 Desember 2020
Saya pun memutuskan untuk memeriksakan diri ke klinik. Dari penjelasan gejala yang saya rasa, dokter langsung merujuk saya untuk melakukan tes swab PCR di klinik berbeda saat itu juga.

Sepanjang jalan udah pasrah. Kalo kena ya udah. Akhirnya virus ini masuk juga ke tubuh saya. Saya berusaha menerima dan berdamai dengan keadaan. Saya yakin bisa sembuh dengan semangat yang saya miliki. 3M yang saya lakukan selama ini ternyata nggak jadi jaminan saya bebas dari virus ini. Orang-orang di sekitar saya yang jarang pakai masker malah aman-aman aja,, hix.. Pada akhirnya setiap orang hanya menunggu giliran untuk disapa virus covid-19.

Di klinik tempat saya akan tes swab, sudah antri beberapa orang. Kebanyakan dari mereka akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat ke Pulau Jawa dan Bali. Maklum saat itu memang beberapa hari menjelang libur panjang akhir tahun. Dimana saya juga harusnya liburan ke kampung halaman suami di Padang Sidempuan.

Swab dilakukan hanya beberapa detik dan saya akan diberitahu hasilnya paling lambat esok hari. Harap harap cemas walaupun udah 90% yakin hasilnya positif. Lega setelah memang tau hasilnya sesuai dugaan.

Saya pun diberikan beberapa obat. Dari pengamatan dokter, saya mengalami gejala ringan. Ya,, masih ringan padahal saya udah merasa badan saya abis digebukin orang sekampung. Bahkan di dua hari setelahnya saya mengalami sakit kepala yang cukup mengganggu selama 3 hari. Saya benar-benar menghitung hari dan berharap 14 hari masa intens infeksi virus bisa saya lewati.

Pengobatan dan Pemulihan Covid-19
Obat yang diberikan pada pasien terinfeksi covid-19 tergantung gejala yang muncul di masing-masing orang. Karena saya memiliki masalah di lambung yang menyebabkan sesak nafas, dokter memberikan saya obat untuk lambung. Namun secara umum, dokter akan memberikan resep berikut ke pasien terinfeksi covid, ada ataupun tidak ada gejala :
 
- Paracetamol untuk mengurangi nyeri badan dan demam.
- Multivitamin seperti becom-C dan sejenisnya untuk menjaga daya tahan tubuh
- Vitamin D dan zinc untuk membantu mencegah infeksi berat
- Antibiotik untuk mencegah adanya infeksi bakteri akibat melemahnya kondisi tubuh karena virus.

Semakin banyak gejala yang muncul akan semakin banyak pula obat yang harus dikonsumsi pasien. Saya sempat berdiskusi dengan teman-teman penyintas covid-19 yang sudah sembuh. Dari mereka ada yang tanpa gejala, ada juga yang memiliki gejala berat hingga sesak nafas parah. 

Teman yang memiliki gejala berat akibat infeksi covid-19 diisolasi dan dirawat di rumah sakit dengan pengawasan yang intens. Ia mengalami gejala mual, muntah dan sakit kepala. Bahkan selama di rumah sakit ia harus mengkonsumsi 13 jenis obat setiap harinya, termasuk avigan dan chloroquin yang disebut-sebut sebagai obat malaria. Ditambah lagi dengan obat dari suntikan. Mendengarnya saja saya mabok. Apalagi yang langsung merasakan. Beruntung sekarang ia sudah sehat kembali.

Penciuman saya 100% hilang di hari ke-5 hingga hari ke-8 setelah gejala demam. Baru kembali sedikit-sedikit hingga sebulan setelahnya. Selama sebulan saya rutin minum obat dari dokter, madu 3 kali sehari, telur bebek 1 butir sehari (ini wejangan si mama) dan sesekali minum air kelapa muda. 





Alhamdulillah tanggal 30 Desember 2020 saya swab ulang dan hasilnya sudah negatif. Seneng banget ini. Walaupun selama dua minggu setelahnya punggung masih terasa nyeri. Hingga saya tanya sana sini dan sampai pada kesimpulan bahwa pemulihan pasca terinfeksi covid-19 itu cukup lama. Dan virus ini ibarat dapat membangunkan kembali penyakit yang ada di tubuh kita sebelumnya.

Saat saya menulis ini kondisi badan saya insyaAllah sudah kembali normal seperti sebelumnya. Meskipun begitu saya tetap berusaha untuk menerapkan 3M karena nggak mau lagi merasakan sakit karena virus ini.

Kunci utama untuk sembuh dari infeksi covid-19 adalah TETAP SEMANGAT dan BAHAGIA! Yakin akan sembuh dan tubuh akan mengalahkan virusnya. Bahagia yang dirasa akan meningkatkan imunitas tubuh untuk tetap bertahan. Kalo saya selain makan apa yang saya suka, saya juga jadi nonton drama korea,, haha... Setelah menjalankan ibadah rutin tentunya.



Stay safe, stay healthy, stay happy!!!

1 comment