Sumber : depositphotos |
Jadi orangtua itu susah atau gampang sih?
Kalo saya mikirnya gampang-gampang susah, hehe...
Susah kalo nggak ada ilmunya kali ya.
Anak adalah amanah Allah. Tugas menjaga dan mendidik anak adalah kewajiban orangtua - ayah dan ibunya -. Sebagai penerima amanah Allah, maka keduanya akan dimintai pertanggungjawaban kelak atas amanah yang telah diberikan.
Sosok seorang ayah sangat menentukan pola asuh seorang anak. Apalagi dalam Islam seorang ayah adalah sosok Qowwaam (pemimpin) dalam keluarga. Dia akan menjadi sosok yang akan selalu menjadi perhatian bagi keluarga. Lantas bagaimana Nabi, para sahabat, salafus shalih membersamai anak mereka? Mari kita lihat cara Nabi dan Salafus shalih membersamai anak-anaknya?
Masalah klasik para ayah di Indonesia : Nggak mau belajar!
Jadi inget ada ayah yang sering ngomong gini : Ahh,, udah lah. Mamak aja yang ngurusin anak-anak. Ayah cari duit aja.
Serasa minta ditabok kan ya.... wkwk
Oke, balik lagi ke cara Nabi dan Salafus shalih membersamai anak-anaknya.
1. Memberikan Keteladanan
Karena seorang ayah menjadi pemimpin dalam sebuah rumah tangga maka keteladanan menjadi hal yang paling mendasar bagi seorang anak. Hal yang paling mendasar bagi seorang anak adalah kejujuran yang perlu ditanamkan sejak dini. Dan ini perlu mendapatkan keteladanan dari orangtua. Rasulullah bersabda “Barangsiapa berkata kepada anaknya, “kemarilah nanti kuberi kemudian tidak memberi maka ia adalah pembohong,” (H.R. Ahmad dan Abu Hurairah).
Abdullah ibn Amir bercerita bahwa suatu ketika Rasulullah berada di rumahnya, ibunya memanggil, “Kemari, saya ingin memberimu.”
“Apa yang akan kamu berikan?”
“Saya akan memberinya kurma” jawab Ibu Abdullah.
Nabi bersabda “Ingat jika kamu ternyata tidak memberinya apa-apa maka kamu akan tercatat sebagai pembohong” (HR Abu Daud).
Nah lho, jangan sembarang janji2 ke anak yaaaa.
Begitupun keteladanan dalam ibadah. Peran orangtua apalagi seorang ayah akan sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap diri seorang anak. Ibnu Abbas kecil begitu terkenang saat bermalam di rumah bibinya, Maimunah. Ibnu Abbas kecil melihat Nabi bangun di tengah malam kemudian berwudhu dan qiyamul lail. Dia pun mengikuti apa yang dilakukan Nabi.
Jadi teringat nyuruh Raihan shalat tahajud. Mamaknya harus mencontohkan dulu baru bisa ngajak anaknya ikutan bangun di tengah malam dan sholat minimal dua rak'at. Kalo nggak ya sama aja boong mak..
2. Berdialog dengan anak dan mendengarkan pendapatnya
Dalam membangun pola asuh yang baik juga penting memperhatikan metode dialog yang dilakukan. Dengan membiasakan dialog akan membantu menumbuhkan akal dan menajamkan nalar. Dengan membiasakan dialog akan mendorong anak untuk menyampaikan pendapatnya. Dan menumbuhkan sikap berani berpikir dan bertindak.
Cara paling gampang membuat anak melakukan sesuatu adalah menakut-nakuti dan ini nggak meninggalkan perubahan yang permanen.
Hayooo gimana cara nyuruh anak sholat? Nakut-nakutin pake neraka kah? Percaya deh, sampe mereka besar kesadaran akan shalat ga akan tumbuh permanen.
Orangtua kadang-kadang ya pengen cepet-cepet aja gitu. Pingin mendapatkan pengakuan ini itu. Anaknya udah bisa A, B, C.... Haloooo makkkk, apakah mendampingi anak-anak kita memang untuk sekedar dapet pengakuan saja??
Yuk bangun suasana yang menyenangkan di rumah. Anak nyaman curhat dengan orangtuanya. Anak ga takut sama orangtuanya. Anak ga overdosis nasihat dari mamaknya. Yuuuk rem mulut. Kadang emang jahat banget ini mulut para mamak, hiks 🙈
Kasih jatah buat para bapak menjalankan perannya sebagai ayah. Menyampaikan kebaikan tanpa ceramah panjang ga berujung 🙈 bisa jadi lama-lama anak-anak kita jadi ga betah berlama-lama.
Buat yang anaknya masih kecil-kecil, yuk bangun suasana menyenangkan... Sama-sama sinergi dengan pasangan untuk jalankan peran masing-masing sesuai dosisnya.
Ngobrol dengan pasangan, ini anaknya mau diasuh begimaneee?
Dulu saat aku masih mengajar dulu, banyak anak-anak di usia SMP mengaku ga betah di rumah, karena males dicerewetin mulu 🙈🙈🙈
Coba deh posisikan kita seperti mereka, kita pernah jadi anak usia 14-15th kan?
Bangun iklim dialog iman bersama anak-anak!
Kita lihat yuk model dialog di masa Umar bin Khattab ra.
Hal ini pernah dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khattab ketika didatangi seseorang yang mengadukan anaknya yang durhaka dan ketika ditanyakan kepada anaknya mengapa si anak durhaka kepada orangtuanya, maka si anak bertanya balik kepada Amirul Mukminin tentang hak anak yang harus ditunaikan orangtuanya. Dan setelah tahu haknya maka anak tersebut anak itu menyatakan bahwa orangtuanya tidak menjalankan kewajibannya terhadap dia. Sehingga kemudian Umar bin Khattab bisa memberikan tindakan dan keputusan yang tepat karena mendengarkan masukan sang anak.
Hal serupa juga terjadi saat kepemimpinan Umar bin Abdul Azis. Saat khalifah menerima kunjungan masyarakat dari berbagai wilayah, dari salah satu utusan penduduk hijaz ada anak-anak yang menjadi utusan mereka dan berbicara kepada khalifah. Pada saat itu khalifah Umar bin Abdul Azis mengatakan, “biar orang yang lebih tua dari kamu yang berbicara”. Maka anak itu berkata, “wahai Amirul Mukminin kecilnya orang itu bergantung pada hati dan lisannya. Jika Allah menganugerahkan kemampuan bicara dan kekuatan hati pada seorang hamba. Maka dia berhak bicara. Wahai amirul Mukminin, jika seorang utusan ditentukan oleh umurnya, maka tentu ada orang yang lebih berhak menduduki tempat Anda sekarang dibandingkan Anda.”
Dari dialog ini, terlihat bahwa anak-anak diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangannya. Mereka ga payah menyampaikan pendapat. Karena apa? Bisa jadi karena dosisnya pas. Sehingga mereka tampil PD, ga takut disalahin, bashirahnya tetep jernih, dll
3. Memberikan motivasi kepada anak
Memotivasi memberikan efek positif dalam diri anak karena akan mendorongnya menjadi manusia yang lebih baik dan maju. Hal ini pernah dilakukan oleh Umar bin khattab yang mendorong anak-anak mengutarakan pendapatnya sekalipun di hadapan orang-orang tua. Inget, nggak boleh otoriter ya.
4. Memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan anak
Anak-anak butuh apresiasi saat melakukan hal-hal baik (terutama yang termasuk amal shalih). Hal ini dilakukan sebagai wujud penghargaan atas pencapaian mereka melakukan hal-hal baik. Bahkan bisa mendorong mereka menjadi lebih baik.
Khatib al-Baghdadi dalam bukunya Syarfu Asha bil Hadits menceritakan bahwa An-Nadhr bin Harits pernah berkata, “aku mendengar Ibrahim bin Adham berkata, ”ayahku pernah berkata kepadaku, wahai anakku carilah hadits maka setiap kali engkau mendengar sebuah hadits dan engkau mampu menghafalnya, maka engkau berhak mendapatkan satu dirham. Maka untuk itulah aku mencari hadits.
Lalu udah sejauh mana potret kebersamaan saya mendampingi anak-anak saya di rumah? Haduhh,, jadi sedih karena masih banyak kurangnya. Raihan udah 10 tahun, nyuruh sholat aja masih harus puluhan kali baru mau bergerak. Memang udah ada sedikit perubahan sih. Nggak perlu sampe nangis-nangis lagi disuruh sholat. Magrib dan Isya' pun udah sering di masjid walaupun sekalian langsung main ama temen-temennya. Nada yang udah 8 tahun juga masih ogah-ogahan disuruh sholat lima waktu.
Udah kayak weker ni si mamak.
Udah sholat belom ?
Udah ngaji belom ?
Udah muroja'ah belom ?
Padahal tugas mamak harusnya nggak se-gampang itu ya. Anak butuh pendampingan untuk memahami arti dan tujuan hal yang kita suruh untuk akhirnya masuk ke hati dan menjadi kebiasaan yang didasari iman pada Allah Sang Pencipta.
Kita harus sadar nggak selamanya kita bisa selalu jadi "jam weker" nya mereka. Mereka nggak dapet esensi atas semua suruhan kita. Sedihnya, kadang yang keliatan manut, manis, bisa jadi mereka melakukannya sekedar karena takut sama mamaknya kalo udah murka
Mamak dan ayah harus introspeksi diri lagi. Cari tau dimana letak kekurangan dalam pengasuhan kami lagi. Sesuai dengan kalimat, menjadi orangtua ibarat memasuki universitas kehidupan. Harus terus belajar dan belajar agar dapat membawa keluarga ke tujuan akhir utama yaitu akhirat yang lebih kekal.
Belajar darimana????
Ya darimana aja bisa. Ikut komunitas salah satunya. Yakin lah kalau Allah akan mendekatkan kita dengan kebaikan jika kita fokus untuk berniat untuk menjadi lebih baik.
No comments
Post a Comment