Banyak yang di antara kita bisa jadi tidak mengenal nama Umamah. Padahal dari kisah Umamah lah kita tahu tata cara sholat sambil menggendong bayi.
Dalam Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW pernah sholat sambil menggendong cucunya yang masih bayi, bernama Umamah binti Zainab binti Rasulullah yang merupakan anak dari Abul Ash in Rabi':
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يُصَلِّي وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ عَلَى عَاتِقِهِ؛ فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا"
"Ketika beliau berdiri, anak itu di digendong di lehernya, ketika beliau rukuk anak itu diletakkannya dan ketika berdiri kembali digendong," kata Ibnul Qayyim dalam Tahdzib Sunan Abu Dawud A'lamul Fawaid.
Dalam riwayat Imam Muslim, kata Ibnu Qayyim, Rasulullah menggendong anak itu di lehernya.
Sementara di dalam riwayat Imam Abu Dawud "Ketika kami menunggu Rasulullah SAW pada sholat Zhuhur atau Ashar dan Bilal sudah mengundang Rasulullah untuk sholat, tiba-tiba beliau keluar kepada kami, sedangkan' Umamah binti Abul Ash, putri Zainab ada di leher beliau.
Nabi SAW berdiri di tempat sholat dan kami berdiri di belakang Beliau, sedangkan Umamah tetap berada di tempat semula. Kami pun bertakbir hingga ketika Rasulullah SAW hendak rukuk, anak itu Beliau pegang lalu diletakkan beliau pun rukuk, dan sujud. Ketika beliau selesai dari sujud untuk berdiri, anak itu beliau ambil lagi lalu Beliau gendong ke tempat semula. Demikian seterusnya cara Rasulullah SAW yang memperlakukan cucu beliau itu pada setiap awal sampai akhir sholat. "Itu jelas menunjukkan saat itu Rasulullah SAW yang melakukan salat fardhu," Ibnul Qayyim.
Jadi siapakah Umamah binti Abul Ash?
Umamah binti Abu al-Ash merupakan salah seorang cucu kesayangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umamah merupakan putri dari Abu al-Ash bin ar-Rabi’ bin Abdu al-Uzza bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay. Ibunya adalah Zainab putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Umamah adalah cucu pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga wajar ia disebut sebagai kesayangan Nabi. Sebagaimana umumnya seorang kakek mendapatkan cucu pertama.
Sementara ayahnya, Abu al-Ash, adalah seorang laki-laki Mekah yang dikenal memiliki akhlak mulia. Ia juga digelari al-amin (yang jujur dan terpercaya) oleh penduduk Mekah. Seorang pedagang yang jujur. Menunaikan hak-hak orang lain. Ia sangat menaruh hormat dan cinta kepada mertuanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terbukti dengan seringnya ia berkunjung ke rumah ayah mertuanya itu karena menaruh hormat pada beliau.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memujinya di depan para sahabat:
“Ia berkata padaku dengan jujur. Dan memenuhi janjinya padaku…” (Muttafaqun ‘alaih: al-Bukhari No.2943 dan Muslim No. 2449).
Lalu mengapa nama Umamah tidak begitu dikenal?
Bisa jadi karena Rasulullah SAW sempat terpisah cukup lama dengan cucunya ini. Saat Zainab belum menyusul Hijrah dan masih berada di Makkah bersama suaminya yang saat itu belum masuk islam.
Ada kisah lain yang menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW sangat mencintai Umamah.
Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah diberikan sebuah kalung oleh seorang perempuan. Belau bersabda,
لَأَدْفَعَنَّهَا إِلَى أَحَبِّ أَهْلِي إِلَيَّ
“Aku akan memberikan hadiah ini kepada keluargaku yang paling aku cintai.”
Aisyah pergi bersamanya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Umamah putri Zainab, dan mengelungkan hadiah itu di lehernya (al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ash-hab 4/1789. Riwayat Ahmad dalam Musnadnya).
Padahal ketika Rasulullah SAW menyampaikan hadist tersebut di hadapan para istri Beliau, dan mereka semua berharap mendapatkan kalung itu sebagai tanda keluarga yang paling dicintai Rasulullah SAW. Eh ternyata buat cucu kesayangannya, Umamah.
Umamah banyak mewarisi sifat istimewa dari sang ibu. Zainab Binti Rasulullah SAW. Umamah dikenal cerdas, lembut, dan keibuan. Kematangan pribadi itu tak terlepas dari asuhan langsung sang kakek, Muhammad.
Semasa kecil, tak segan Rasulullah menggendong dan membawa cucu kesayangannya ini.
Pemandangan itu pun sering disaksikan langsung oleh para sahabat. Rasul pernah tertangkap mata tengah menggendong Umamah keluar rumah. Cucu perempuannya itu digendong dan diasuh sendiri sembari bercengkerama dengan para sahabat.
Demikian juga kala shalat. Tubuh mungil Umamah, tak terlepas begitu saja dari dekapan sang kakek.
Sikap Rasulullah itu membuat heran masyarakat Arab. Tradisi yang berlaku di mereka, mengasuh dan menyentuh anak perempuan adalah tabu.
Tampaknya apa yang dilakukan Rasulullah SAW adalah ingin menunjukkan bahwa anak perempuan juga memiliki hak dan martabat yang sama dengan anak laki-laki. Para putri-putri itu juga berhak atas kasih sayang orang tua, kakek-nenek, dan lingkungannya.
Dari pernikahan Zainab binti Muhammad dengan Abul ‘Ash Ibn Ar Rabi, lahir dua anak.
Selain Umamah, ada saudaranya bernama Ali. Sayang, saudaranya meninggal sewaktu kecil.
Pada tahun ke-8 Hijriah, ibundanya meninggal. Ia diasuh oleh ayahnya. Tak lama kemudian ia pun menjadi yatim piatu. Lalu Umamah diasuh oleh Az Zubair bin Al Awwam.
Kala dewasa, ia dipinang oleh Ali bin Abi Thalib. Peristwa itu berlangsung saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Az Zubair menikahkan kedua pasangan itu. Sebagian riwayat menyebut keputusan Ali ini menyusul wasiat Fatimah Az Zahra sebelum wafat.
Fatimah binti Rasulullah radhiallahu ‘anha -bibi Umamah- berwasiat agar Ali bin Abu Thalib menikahi Umamah sepeninggal beliau. Begitu salah satu wasiatnya.
Fatimah mengenal dekat Umamah. Ia mengetahui sifat keponakannya ini. Umamah sangat lembut, keibuan, dan sayang kepada anak-anak. Dalam keseharian pun Umamah sering terlibat mengasuh sepupunya Hasan dan Husein. Maka itu, Fatimah merasa tenang jika Umamah yang mendampingi anak-anak ketika ditinggalnya kelak.
Pernikahan Umamah dengan Ali bin Abi Thalib tidak dikaruniai anak. Kondisi ini membuat Umamah sepenuhnya mengasuh Hasan dan Husein. Ia juga sangat telaten merawat dan mendampingi sang suami hingga wafat akibat dibunuh pada 17 Ramadhan 40 tahun setelah hijrah.
Sebelum Ali wafat, ia berpesan kepada istrinya agar menikah dengan Al Mughirah bin Naufal Al Harits, sahabat Ali. Pesan ini telah sampai di tangan Al Mughirah.
Selesai masa iddah, malah Muawiyah bin Abi Sufyan yang lebih dulu meminang Umamah. Muawiyah adalah Khalifah kala itu.
Cucu Rasulullah tak ingin abai terhadap wasiat suami.
Umamah mengutus seseorang menemui Mughirah untuk mengabarkan adanya pinangan dari Muawiyah bin Abi Sufyan. ‘’Kalau engkau mau, kau serahkan urusan ini padaku,’’ jawab Al Mughirah untuk disampaikan kepada Umamah.
Maksud pesan itu bahwa bahwa Al Mughirah segera meminangnya.
Umamah binti Abu al-Ash wafat tatkala berstatus sebagai istri al-Mughirah bin Naufal . Dan referensi-referensi sejarah tidak menyebutkan detil tentang wafatnya. Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ disebutkan bahwa beliau wafat pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan.
(tulisan diambil dari WAG Spirit Nabawiyah Community, Diaz)
No comments
Post a Comment