Thalhah bin Ubaidillah




Thalhah yang dermawan begitu gelisah ketika harta yang dimilikinya tambah berlimpah. Thalhah tidak tenang bukan karena takut hartanya dirampok, melainkan karena takut dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Thalhah adalah salah satu sahabat yang sudah dijamin masuk surga.

Thalhah Bin Ubaidillah termasuk salah seorang sahabat yang mula2 masuk Islam (As Sabiqunal Awwalun). Beliau masuk Islam melalui dakwah yang disampaikan oleh Abu Bakar As Shiddiq.

Kisah masuk islamnya bermula ketika saat itu Thalhah sedang berdagang ke Syam. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang. Ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Tiba di Bushra, sebuah kota di wilayah Syam, para pedagang itu segera memasuki pasar.

Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, ”Wahai para pedagang sekalian, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?”

Kebetulan Thalhah berdiri tak jauh dari pendeta itu. Segera ia menghampirinya. “Ya, aku penduduk Makkah,” sahut Thalhah.

Dialog yang terjadi selanjutnya, akan mengubah perjalanan hidupnya.

“Sudah munculkah di tengah-tengah kalian orang yang bernama Ahmad?” tanya pendeta kepadanya.

“Ahmad, di mana ?” Jawab Thalhah.
Dia belum pernah mendengar nama itu sebelumnya

“Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai nabi penutup para nabi. Kelak ia akan hijrah ke negerimu, pindah dari negeri batu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya, wahai Anak Muda!” jawab pendeta tersebut.

Ya. Nama Rasulullah SAW dalam kitab2 terdahulu disebut dengan Ahmad.
Dan berita tentang kehadiran Nabi Akhir zaman sudah masyhur di kalangan para pemuka agama mereka.

Bergegas Thalhah membawa untanya menuju kembali ke arah Mekkah. Tak dihiraukannya kafilah dagang yang masih sibuk di pasar itu. Apa yang ia dengar dari sang Pendeta begitu menggugah hatinya.

Sampai di Makkah, Thalhah bertanya kepada keluarganya, "Apakah ada peristiwa penting yang terjadi di Makkah sepeninggalku?”

“Ada. Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya nabi. Abu Bakar memercayainya dan telah mengikuti apa yang dikatakannya," jawab Mereka.

Thalhah mengenal Abu Bakar dengan baik. Abu Bakar memiliki banyak keutamaan dan layak dipercaya. Segera ia langsung mencari Abu Bakar, dan menanyakan perihal yang didengarnya. 

“Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi nabi dan engkau mengikutinya?”

“Betul,” jawab Abu Bakar.

Abu Bakar pun menceritakan kisah Muhammad SAW sejak peristiwa pertama di Gua Hira sampai turunnya ayat pertama. Tak lupa setelah itu, Abu Bakar mengajak Thalhah untuk masuk Islam. Apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, ditambah apa yang ia dengar dari pendeta di Bushra menambah keyakinannya. Segera mereka berdua menemui Rasulullah SAW dan Thalhah pun masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.

Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.” Thalhah menjadi orang keempat yang menyatakan Islam di hadapan Abu Bakar.

Apakah keislamannnya mulus2 saja? Tentu TIDAK.

Rayuan dan bujukan dari kaumnya, terutama ibunya tak mampu menggoyahkannya.

Setelah putus asa dengan cara lemah lembut, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu.

Mas’ud bin Kharasi bercerita, “Pada suatu hari, ketika aku sedang melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah, aku melihat sekelompok orang menggiring seorang pemuda dengan tangan terbelenggu di lehernya. Orang-orang itu berlari di belakang sambil mendorong, memecut, dan memukuli kepalanya.

Di tengah kerumunan orang itu, ada seorang wanita lanjut usia yang terus berteriak mencaci-maki pemuda di depannya. “Ada apa dengan pemuda itu?” tanya Mas’ud.
“Pemuda itu Thalhah bin Ubaidillah. Dia telah keluar dari agama nenek moyangnya dan mengikuti Muhammad anak Bani Hasyim,” jawab mereka.

“Lalu siapa wanita itu?”

“Ash-Sha’bah binti Al-Hadramy. Ibu Thalhah.”

Ya, Ibunya menjadi orang yang begitu gigih berusaha mengembalikannya kepada kekufuran

Tak hanya itu yang dialami Thalhah. Seorang laki-laki bernama Naufal bin Khuwailid yang dijuluki Singa Quraisy, menerobos ke hadapan Thalhah sambil menyeret Abu Bakar. Lelaki bengis itu lantas mengikat Abu Bakar dan Thalhah menjadi satu.

Keduanya didorong kepada algojo kafir. Mereka dipukuli sehingga luka dan darah mengalir dari tubuh keduanya. Sejak saat itu, Thalhah dan Abu Bakar digelari oleh kaum Muslimin dengan Al-Qarinain, atau sepasang sahabat yang terikat.

Thalhah berhijrah ke Madinah sewaktu kaum Muslimin diperintahkan untuk hijrah. Diikutinya semua perang bersama Rasulullah SAW kecuali Perang Badar. Thalhah dan Sa'id bin Zaid diutus Rasulullah dalam sebuah urusan. Namun, Thalhah tetap mendapatkan keutamaan ahlul Badar dan mendapatkan bagian rampasan perang.

Perang Uhud adalah perangnya Thalhah. Kepahlawannya gemilang dalam membela Rasulullah dan kaum Muslimin. Peperangan dahsyat yang berkecamuk menjatuhkan syuhada dan korban yang banyak di kalangan musyrikin Makkah.

Saat situasi peperangan berbalik memojokkan kaum Muslimin, Thalhah hanya berfokus mencari di mana keberadaan kekasihnya Rasulullah SAW. Thalhah begitu khawatir akan keselamatan Rasulullah SAW.

Dilihatnya dari jauh Rasulullah SAW bercucuran darah, maka diterjanglah pasukan Quraisy. Didapatinya sosok Rasul terkasihnya terluka dan darah mengalir. Maka diraihnya Nabi dengan tangan kiri dari lubang tempat kakinya terperosok.

Sambil memapah Rasul yang mulia dengan dekapan tangan kiri ke dadanya, ia membawa Rasulullah ke tempat yang aman. Sementara, tangan kanannya mengayun-ayun pedang bagaikan kilat yang menyabet orang musyrik.

Mari dengarkan kesaksian Abu Bakar as-Shidiq tentang kepahlawanan Thalhah di Perang Uhud. Dari Aisyah dia berkata, "Bila disebutkan Perang Uhud, maka Abu Bakar selalu berkata: 'Itu semua adalah harinya Thalhah!' Aku adalah orang yang mendapati Rasul setelah peperangan, maka berkatalah Rasul kepadaku dan kepada Abu Ubaidah ibnu Jarrah: Tolonglah saudaramu itu (Thalhah)!'

Kami lalu menengoknya dan ternyata pada sekujur tubuhnya terdapat lebih dari 70 luka tusukan tombak, goresan pedang dan tancapan panah dan ternyata pula anak jarinya putus, maka kami segera merawatnya dengan baik. Begitu lanjut kisah Abu Bakar.

Mereka mengira Thalhah sudah gugur di perang Uhud tersebut. Ternyata tidak, beliau masih hidup. 

Karena itulah ia diberi gelar Syahid yang Hidup. Gelar itu diberikan Rasulullah melalui sabdanya, 'Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi sesudah mengalami kematiannya, lihatlah Thalhah!'

Sejak itu, jika orang membicarakan Perang Uhud di hadapan Abu bakar, Abu bakar selalu menyahut, Perang hari itu adalah peperangan milik Thalhah seluruhnya."

Selain mendapat gelar Syahid yang Hidup, Thalhah juga memiliki beberapa julukan lainnya dari Rasulullah SAW.

Ada Thalhah Al-Jaud (Thalhah yang pemurah), Thalhah Al-Fayyadh (atau Thalhah yang dermawan) juga Thalhah Al-Khair atau Thalhah yang baik.

Ada lagi kisah Thalhah sebagai pebisnis.

Kisahnya, suatu hari dalam bisnisnya, Thalhah mendapat untung sangat besar. Sepulang berdagang dari Hadhramaut, ia membawa keuntungan 700 ribu dirham.

Malam harinya ia ketakutan, gelisah, dan risau. Melihat itu, istrinya Ummu Kultsum, bertanya, "Mengapa engkau gelisah? Apakah kami telah melakukan kesalahan?"

"Tidak. Engkau adalah istri yang baik dan setia, tapi ada yang mengganggu pikiranku sejak semalam. Pikiran seorang hamba kepada Rabbnya. Ia mau tidur sedang hartanya masih menumpuk di rumahnya," jawab Thalhah.

"Mengapa engkau risau? Bukankah banyak yang membutuhkan pertolongan engkau. Besok pagi, bagikan uang itu kepada mereka" Jawab Istrinya 

"Semoga Allah merahmatimu. Sungguh engkau wanita yang mendapat taufik Allah," sahut Thalhah bahagia.

Esoknya, ketika hari masih pagi, uang-uang itu telah masuk di pundi-pundi dan sesaat kemudian berpindah ke tangan fakir miskin Anshar dan Muhajirin.

Demikian kisah Sahabat Rasulullah SAW yang mulia, Thalhah bin Ubaidillah.

Baru sebagian kecil saja dari kisah hidup beliau dan begitu banyak pelajaran untuk kita semua.

Ayo bersama terus mempelajari kisah hidup para Sahabat Rasulullah SAW.

(tulisan diambil dari WAG Spirit Nabawiyah Community)

No comments

Post a Comment