Hindun binti Utbah


Ada yang pernah dengar nama ini?

Mungkin saat pertama kali mendengar, nama Hindun agak berkonotasi jelek. Sejarah memang mencatat nama Hindun dengan hal buruk, tapi yang perlu kita ingat dan kita tanamkan dalam hati kita, semua kesalahan di masa jahiliyah telah Allah SWT hapuskan dan Allah SWT ampuni.

Nah, kali ini kita bahas sisi-sisi kehidupan shahabiyyah ini setelah masuk Islam ya.

Nama lengkapnya adalah Hindun binti Uthbah bin Robi’ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al-Umawiyah al-Qurasyiyah. Ibunya bernama Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin al-Auqashi bin Murah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa’labah bin Bahtah bin Salim.

Hindun binti Utbah termasuk di antara golongan perempuan yang baik dan cantik. Terkenal banyak ide, cerdas, fasih, pintar berbahasa, pandai dalam ilmu sastra dan juga bersyair. Dia juga mahir dalam menunggang kuda dan mempunyai kematangan jiwa yang mantap. Ia dinikahi oleh Abu Sufyan bin Harb.

Wanita ini memiliki karakteristik unggulan, tidak hanya di masa itu namun juga masa kini dan masa yang akan datang.

Ketika terjadi Perang Badar, beberapa orang terbunuh seperti Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah. Mereka yang meninggal itu adalah keluarga dekat Hindun. 

Utbah bin Rabi'ah = Ayahnya

Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah adalah saudaranya

Dan semuanya meninggal di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib. Maka dendam dari perang badar ini kemudian ia tumpahkan di perang Uhud.

Hidayah Islam baru menyapa Hindun Binti Utbah dan Suaminya saat Fathu Makkah. Berikut kisah keislaman Hindun Binti Utbah.

"Aku ingin menjadi pengikut Muhammad." begitu kata Hindun kepada suaminya

"Bukankah aku lihat kau kemarin begitu membencinya," kata Abu Sufyan.

"Sesungguhnya aku sebelumnya tidak pernah melihat orang yang beribadah pada Allah itu dengan benar hingga apa yang kusaksikan tadi malam. Demi Allah, mereka betah berdiri, ruku’ dan sujud."

"Jika kau tetap dengan keputusanmu maka laksanakanlah, pergilah membawa seorang dari kaummu untuk menemanimu," kata Abu Sufyan.

Kemudian Hindun berangkat menemui Rasulullah untuk berbaiat. Ia datang dengan menyamar menggunakan cadar, merasa takut bila kemudian Rasulullah menangkapnya setelah mengenal suaranya.

Dalam kisah Baiat masuk Islamnya ini, juga ada sebuah peristiwa "lucu" yang menunjukkan seperti apa karakter yang dimiliki oleh Hindun Binti Utbah.

Hindun berkata, "Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah menurunkan agama yang menjadi pilihan-Nya, agar dapat bermanfaat bagi diriku. Semoga Allah memberi rahmat-Nya padamu, wahai Muhammad. Sesungguhnya aku wanita yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang disampaikan Rasul-Nya."

Rasulullah saw berkata, "Selamat datang bagimu.

"Demi Allah," kata Hindun, "Tiada sesuatu pun di muka bumi ini penduduk yang berdiam di tenda-tenda lebih aku cintai dari mereka selalu bersama dengan tendamu. Dan sungguh aku telah menjadi bagian dari itu. Dan tidak ada di muka bumi ini penduduk yang berdiam di tenda-tenda lebih aku cintai dari mereka yang selalu ingin dekat denganmu."

"Dan sebagai tambahan, bacakanlah pada kaum wanita Al-Qur'an. Kau harus bersumpah setia bahwa selamanya kau tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun," pesan Rasulullah SAW.

"Demi Allah, sesungguhnya kau berhak menyuruh apa pun pada kami, apa yang diperintahkan pada kaum lak-laki dan kami akan menaatinya."

"Janganlah kau mencuri!" Kata Rasulullah SAW

"Demi Allah, jika aku memakai harta kepunyaan Abu Sufyan karena suatu keperluan, aku tidak tahu, apakah itu halal atau tidak?" tanya Hindun.

Rasulullah saw bertanya, "Benarkah kau Hindun binti Utbah?"

"Benar, saya Hindun binti Utbah, maka maafkanlah apa yang telah berlalu."

Kemudian Nabi bersabda, "Janganlah kau berzina!"

"Wahai Rasulullah, apakah budak yang telah bebas dianggap berzina?"

"Janganlah kalian bunuh anak-anakmu!"

"Sungguh kami telah merawat mereka sejak kecil dan mereka terbunuh pada Perang Badar setelah dewasa. Engkau dan mereka lebih tahu itu.

Nabi melanjutkan, "Janganlah kalian menyebarkan fitnah dan membuat berita bohong!"

"Demi Allah, sesungguhnya memelihara fitnah itu benar-benar perbuatan yang buruk dan merupakan perbuatan yang sia-sia."

Umar bin Khathab tertawa mendengar jawaban Hindun.

"Dan janganlah kalian berbuat maksiat padaku terhadap perbuatan yang makruf!"

Hindun berkata, "Kami duduk di majelis ini bukan untuk berbuat maksiat terhadapmu dalam hal makruf."

Rasulullah SAW kemudian berkata pada Umar bin Khathab, "Baiat mereka semua, wahai Umar. Dan mintalah ampunan Allah bagi mereka!"

Umar lalu membaiat mereka. Rasulullah SAW tidak berjabat tangan dengan para wanita itu, dan tidak pula menyentuhnya kecuali wanita-wanita yang benar-benar dihalalkan oleh Allah bagi dirinya atau wanita yang menjadi muhrimnya.

Lihatlah bagaimana jawaban2 yang disampaikan Hindun. Itu kalimat jawaban yang sangat berkelas dan menunjukkan kecerdasannya dan ketajaman fikirannya.

Dalam riwayat lain ketika Rasulullah SAW mengatakan dilarang mencuri, tiba-tiba Hindun berkata, ''Sesungguhnya Abu Sufyan sangat kikir. Bagaimana jika aku mengambil sebagian hartanya tanpa dia ketahui?'' 

Abu Sufyan yang berada tidak jauh dari tempat tersebut menimpali, ''Semua yang engkau ambil telah kuhalalkan.''

Sekembalinya dari Baiat, Hindun langsung mengambil Palu dan Menghancurkan berhala yang ada di dalam rumahnya sampai hancur berkeping2 seraya berkata "Selama ini, kami terpedaya olehmu".

Setelah menjadi Muslimah yang ahli ibadah; rajin shalat malam dan berpuasa. Ia sangat konsisten dengan status barunya tersebut. Ibadahnya luar biasa, seakan menebus semua kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan di masa jahiliyah dulu.

''Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar Mu’awiyah bin Abi Sofyan mengungkapkan sifat sang ibu.

Bila di Masa Jahiliyah Hindun dikenali dengan kiprah luarbiasanya di perang Uhud, maka di Masa Islamnya, Hindun adalah salah seorang pahlawan hebat di Perang Yarmuk

Dan perlu diingat, di antara perang Uhud dan perang Yarmuk ada jeda 11 tahun. Kebayang berapa umurnya ya saat itu ? Pasti sudah bertambah renta. Tapi Hindun tidak mau meninggalkan kesempatan berjihad di Jalan Allah.

Dalam Perang Yarmuk, Hindun mempunyai peran yang sangat besar. 

Ibnu Jarir berkata, ”Pada hari itu, kaum Muslimin bertempur habis-habisan. Mereka berhasil menewaskan pasukan Romawi dalam jumlah yang sangat besar. Sementara itu, kaum wanita menghalau setiap tentara Muslim yang terdesak dan mundur dari medan laga.

Mereka berteriak, ’Kalian mau pergi ke mana? Apakah kalian akan membiarkan kami ditawan oleh pasukan Romawi?’

Siapa pun yang mendapat kecaman yang pedas seperti itu, pasti kembali menuju kancah pertempuran.”

Tentara Muslim yang sebelumnya hampir melarikan diri, kemudian bertempur kembali membangkitkan semangat pasukan yang lain. Mereka benar-benar terbakar oleh kecaman pedas yang diteriakkan oleh kaum wanita, terutama Hindun binti Utbah. 

Dalam suasana seperti itu, Hindun menuju barisan tentara sambil membawa tongkat pemukul tabuh dengan diiringi oleh wanita-wanita Muhajirin. Ia membaca bait-bait syair yang pernah dibacanya dalam Perang Uhud.

Kami Adalah Putri Putri kasur Mungil
Kaki Kami melangkah di atas bantal bantal kecil

Seperti langkah burung bangau yang gemulai
dua helai selendang menjuntai dekat siku

Siapa yang menolak, maka kami pasti menjauhi
Jika kalian menang, maka kami pasti memelukmu

tetapi, jika kalian mundur, maka kami tak bersua lagi
kami memilih cerai darimu tanpa menyisakan cinta lagi

Tiba-tiba pasukan berkuda yang berada di sayap kanan pasukan Muslim berbalik arah, karena terdesak musuh. Melihat pemandangan tersebut, Hindun berteriak, ”Kalian mau lari ke mana? Kalian melarikan diri dari apa? Apakah dari Allah dan surga-Nya? Sungguh, Allah melihat yang kalian lakukan!”

Hindun juga melihat suaminya, Abu Sufyan, yang berbalik arah dan melarikan diri. 

Hindun segera mengejar dan memukul muka kudanya dengan tongkat seraya berteriak, ”Engkau mau ke mana, wahai putra Shakhr? Ayo, kembali lagi ke medan perang! Berjuanglah habis-habisan agar engkau dapat membalas kesalahan masa lalumu, saat engkau menggalang kekuatan untuk menghancurkan Rasulullah.”

Zubair bin Al-’Awwam yang melihat semua kejadian itu berkata, ”Ucapan Hindun kepada Abu Sufyan itu mengingatkanku kepada peristiwa Perang Uhud, saat kami berjuang di depan Rasulullah SAW.”

Zubair melanjutkan " saat itu juga, Abu Sufyan membelokkan kudanya dan kembali menuju ke medan laga" langkahnya segera diikuti oleh pasukan muslim lainnya.

Tidak hanya itu, kemudian kaum wanita turut bergabung dengan pasukan dan menerjang musuh. bahkan kaum wanita yang bergerak lebih dulu daripada pasukan yang lainnya.

Arah pertempuran kemudian kembali menuju keunggulan pasukan ummat islam dan berakhir dengan takluknya pasukan romawi.

Hindun meriwayatkan beberapa hadits dari Rasulullah SAW. Beberapa orang meriwayatkan darinya seperti, Muawiyah bin Abu Sufyan (anaknya) dan Aisyah Ummul Mukminin.

Hindun binti Utbah wafat pada masa pemerintahan Umar bin Khathab, bersamaan dengan Abu Quhafah, ayahanda Abu Bakar Ash-Shiddiq tahun 14H. Hindun binti Utbah meninggal di atas tempat tidurnya, setelah Hindun memberikan segala kemampuannya untuk membela agama yang agung ini.

Selamat jalan wahai Hindun Binti Utbah.

Ketangguhan dan perjuanganmu di Masa Islammu telah menghapuskan semua kesalahanmu di masa jahiliyah.

Surga adalah tempat terbaik kembali bagimu.

No comments

Post a Comment