Pernah nggak merasa emosi atau sebel banget ama seseorang? Entah itu teman, saudara bahkan rekan kerja?
Dalam hidup pasti tiap orang pernah menghadapi orang yang menyebalkan. Rasanya pengen aja ngikutin kata bu Susi, mantan menteri di Kabinet Presiden Jokowi yang lalu. "Kalo dia bertingkah, Tenggelamkan!!"
Kira-kira begitulah perumpamaannya, haha..
Ehmm,, sebelum saya lanjutin, biar tetap fit saya mo minum wedang sereh dulu yang resepnya saya ambil dari blognya kak Nining Pujianti. Seger euy, angettttt... wkwk
Saya termasuk orang yang cuek ama kondisi sekitar. Artinya tidak terlalu peduli orang lain berbuat apa selama tidak mengganggu diri saya pribadi. Alhamdulillah saya juga tidak pernah bermasalah dalam komunikasi ke orang lain walaupun ada yang bilang saya cenderung ceplas ceplos dan to the point kalo ngomong. Kurang pinter basa basi lah pokoknya.
Komunikasi dengan rekan kerja selama bertahun-tahun pun cukup baik. Prinsip saya jika saya berbuat baik pada orang lain, maka orang lain akan berbuat baik juga ke saya. Minimal Allah akan mendekatkan saya dengan orang-orang yang baik juga.
Hingga beberapa waktu lalu saya mendapat tim kerja baru. Beberapa kali saya bekerja dalam tim mengerjakan suatu project, saya cukup menikmati hubungan pekerjaan dan berbagi pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak pernah merasa diri sendiri paling hebat di tim sehingga project dapat berjalan sesuai target dan memperoleh hasil yang cukup baik.
Di tim yang baru saya "dipaksa" harus belajar suatu hal yang saya sendiri belum punya dasarnya. Jauh deh dari bidang ilmu yang saya pelajari selama ini. Biasanya hanya berkutat pada akuntansi dan manajemen. Namun ini berbeda.
Awalnya saya cukup antusias untuk belajar hal baru pada orang-orang di tim yang sudah punya dasar ilmu yang sesuai. Namun semakin saya berusaha belajar, saya malah merasa semakin bodoh. Apalagi ada satu orang tim kerja yang beberapa kali berkata tidak sopan dan cenderung merendahkan apa yang sudah berusaha saya kerjakan. Benar-benar sempat membuat mental saya down dan saya merasa tidak mengerti apa-apa.
Semakin saya men-challenge diri saya untuk belajar, semakin orang itu sesukanya menyuruh saya melakukan hal yang saya tidak mengerti. Sungguh menjengkelkan.
Berhari-hari saya berpikir apa ada yang salah dengan cara belajar saya. Saya sampai terbangun tengah malam dan berpikir tentang itu lagi dan lagi. Sepertinya saya sudah mulai gila karena merasa gagal belajar.
Saya coba menyelami diri sendiri. Akhirnya saya sampai pada keputusan bahwa saya nggak bisa memaksa diri saya untuk mengikuti kemauan orang tersebut. Biarlah ia merasa saya bodoh dan ia yang paling pintar. Yang penting saya bisa tetap bahagia bekerja sesuai kemampuan saya. Well, saya yang paling tau diri saya sendiri, bukan? Saya akhirnya mulai menjaga jarak dan mengerjakan hal-hal lain yang bisa saya kerjakan.
Setelah saya nggak terlalu memikirkan orang itu, ternyata banyak orang lain juga yang merasa kesal dengan sikapnya. Saya auto mikir, berarti kemaren-kemaren mungkin memang bukan saya yang salah. Tapi memang si menyebalkan itu adalah toxic people yang sempat meracuni pikiran dan jiwa saya.
Apa itu toxic people?
Toxic people secara bahasa dapat diartikan sebagai manusia beracun yang dengan sikapnya bisa meracuni pikiran dan jiwa orang-orang di sekitarnya. Bawaannya membuat orang lain emosi melulu deh. Emosi negatif yang muncul saat menghadapi toxic people ini dapat mempengaruhi sikap orang lain yang terkena racun. Misalnya jadi gampang baper, merasa nggak ada apa-apa dibandingkan si penebar racun, dan merasa diri nggak berguna. Dunia serasa akan lebih indah jika orang-orang ini dimusnahkan, wkwk.
Seseorang nggak ujug-ujug lahir dengan takdir jadi toxic. Ingat istilah dalam film Joker ? "Orang jahat adalah orang baik yang disakiti."
Seringnya kondisi dan situasi buruk yang pernah atau bahkan sering dihadapi seseorang seperti merasa tidak diacuhkan, disakiti atau dikecewakan orang lain dapat memicu orang tersebut menjadi bersikap toxic dengan menunjukkan egoisme yang tinggi, cenderung mencari kesalahan dan menyalahkan orang lain, ingin menang sendiri, bahkan menyakiti fisik orang lain.
Bagaimana Menghadapi toxic people?
Sadar atau tidak, pasti ada orang seperti ini di sekitar kita. Bisa teman, saudara atau rekan kerja. Seperti yang saya ceritakan di awal. Saya baru sadar bekerja satu tim dengan orang toxic setelah saya merasa nggak berguna dibanding dirinya dan beberapa kali disalahkan atas sesuatu yang saya kerjakan. Hampir saja racunnya merasuki jiwa saya.
Di satu sisi rasanya kasian karena toxic people sepertinya akan sulit berhubungan dengan orang lain, termasuk bekerja dalam tim. Tapi di sisi lain karena dia sempat menebar racun ke saya, sa bodo teuing aja lah. Saya mah nggak mau jadi sok hero sebelum saya dapat membahagiakan diri saya sendiri.
Jadi, gimana sih cara jitu menghadapi toxic people?
1. Jaga jarak dalam berhubungan
Jika tidak ingin terkena racun dari toxic people, sebaiknya jaga jarak dalam berhubungan dengan mereka. Jangan terlalu dekat karena mereka dapat menyeret kita untuk ikut berpikir negatif sama seperti mereka. Bisa-bisa kita juga jadi satu tim toxic kayak mereka. Ihh,, amit-amit deh.
2. Batasi Komunikasi
Komunikasi dengan toxic people seperlunya saja dan to the point. Nggak usah pake basa basi yang akhirnya menjadi celah ia merendahkan atau menyalahkan kita.
3. Hargai Kemampuan Diri
Berbicara dengan toxic people sering membuat kita merasa bodoh atau bersalah dengan sikap dan perkataan mereka. Jangan sampai kita jadi baper terus kayak gitu. Harus segera sadar kalau masing-masing diri punya kemampuan. Hargai kemampuan dan sayangi diri kita sendiri agar kita tetap bahagia menjalani apa yang kita kerjakan.
4. Speak Up!
Menghadapi sikap negatif toxic people sering membuat kita harus lebih berani berbicara. Selama masih belum terlalu merasa diganggu kita dapat bersikap diam dan cuek mau itu orang jungkir balik gimana pun. Namun saat si toxic people udah kelewat batas, kita harus berani speak up. Kalo kata orang Medan, datengin tu orang trus bilang "Mau Kau Apa? Carik pekara teros kau ama aku ya!! Maen kita???". Sayangnya sampe sekarang saya belum bisa kayak orang Medan kali walaupun tinggal di Medan, wkwk.
5. Cuekin dan Cari Lingkungan yang Lebih Positif
Daripada membuang waktu, tenaga dan pikiran dengan berinteraksi dengan orang toxic, mending cari lingkungan baru yang lebih baik dan memberikan hal positif ke kita. Kemampuan kita bisa ditingkatkan, bisa belajar akhlak yang lebih baik dan akan banyak hal baik lain yang kita peroleh.
Lebih baik lagi sebenernya kalo kita bisa ngomong ke si toxic agar dia bisa berubah. Yang penting kita bisa menata emosi biar nggak jadi emosi ujung-ujungnya. Nanti niatnya dapet pahala, malah jadi dosa, haha..
Semoga kita bisa tetap happy walaupun pernah menghadapi toxic people. Dan jangan sampe malah kita yang menebar racun ke orang di sekitar kita. Stay happy ya Mak!!!!
No 4 perlu juga ya Mak Dev.. Keluar ah org Medannya. Istilahnya semut aja kl diinjak bakal nggigit kok. Nice sharr ah ttg manusia beracun ini haha...kirain keong aja beracun ya
ReplyDeleteAuto nyanyi jadinya ya kak, "Dasar Kau keong racun!", hehe..
DeleteBener banget tuh kk. Aku juga mending menjauh dari pada pusing. Biarin dibilang orang apa.
ReplyDeleteYes.. sama toxic people kita harus speak up ya Mak .
ReplyDeleteBiasanya, orang yang toxic begini kekurangan apresiasi dari orang terdekat, jadi dia butuh pengakuan sehingga merendahkan orang lain .
Kasian juga ya sebenarnya.
Tapi aku milih menghindar deh, takut menular..