Jatuh Bangun Menabung Dana Haji

tabungan haji


Bismillah..
Saya orang yang suka jalan-jalan atau travelling. Sejak kuliah saya ingin bisa menjelajah berbagai tempat baik di dalam negeri maupun luar negeri. Merasakan keindahan ciptaan Allah dengan melakukan perjalanan ke seluruh belahan bumi. Saya pun bercita-cita untuk dapat bekerja di perusahaan multinasional atau internasional untuk mewujudkan impian jalan-jalan saya itu.

Qadarullah, saya memutuskan untuk menikah di usia belum sampai 23 tahun. Kata orang tergolong cukup muda untuk memulai kehidupan rumah tangga. Namun karena sudah ada jodoh yang datang dan saya nilai cukup baik untuk jadi imam saya dan anak-anak saya nanti, saya dengan mantap mengambil keputusan itu. Kami pun memulai kehidupan dari nol secara ekonomi. Benar-benar dengan modal percaya Allah akan menjamin rezeki hamba-Nya yang niat beribadah.

Tiada jalan-jalan merayakan honeymoon seperti yang dilakukan pasangan yang baru menikah pada umumnya. Yang ada kami langsung tinggal di rumah kontrakan dan menata hidup secara perlahan. Saya sempat nyeletuk ke suami, saya pengen nabung untuk bisa travelling ke luar negeri dan bisa merasakan honeymoon berdua. 

Bukannya mendukung, doi malah bilang kalo dia pengen luar negeri pertama yang ia injak adalah Arab Saudi. Tepatnya Mekah dan Madinah. Jadi saya harus bersabar sampai kami bisa berangkat menunaikan ibadah haji.

Kebayang nggak perasaan saya saat itu? Di satu sisi bersyukur udah dikasi suami yang insyaAllah sholeh. Mengutamakan ibadah daripada cuma sekedar jalan dan foya-foya. Bisa mengenyampingkan godaan nikmat dunia. Tapi di sisi lain saya cuma bisa manyun karena impian dunia saya langsung dipatahkan dengan impian akhirat suami. Lah,, aku kudu piye??? Kalo udah gini, sabar adalah koentji, haha..

Sebagai istri yang bercita-cita sholeha, saya pun mau nggak mau nurut apa kata suami. Walaupun saya nggak tau kapan kira-kira tabungan kami cukup untuk bisa berangkat haji. Mikirnya sederhana, Allah akan memanggil hamba-Nya kapanpun Allah mau.

Tahun demi tahun berganti. Tabungan yang diimpikan masih belum terwujud sepeserpun di awal tahun 2019. Padahal rencana menabung sudah kami ikrarkan hampir sepuluh tahun yang lalu. Hingga suatu hari suami merasa "ditampar" dengan pertanyaan dari seorang rekan kerjanya.

Si sesebapak itu bertanya, apakah suami niat berhaji?

Ya jelas jawabannya iya.

Lalu, kalo besok tiba-tiba meninggal dan malaikat bertanya tentang niat itu jawabnya gimana?

Suami langsung diam, nggak punya jawaban.

Ibarat main kartu, suami udah kena skak mat. Pengen kasi pernyataan pembelaan, jelas belum ada bukti. Trus kebayang malaikat langsung lompat ke pertanyaan selanjutnya.

Si bapak pun dulu diingatkan seseorang dengan cara yang sama dan beliau lanjutkan ke suami. Akhirnya si bapak ngajarin untuk beli celengan ayam yang harus rutin diisi. Kasi target minimal lima ribu rupiah sehari. Minimal kalo besok ajal datang, bisa kasi pembelaan ke malaikat, wkwk.

Itu sih perumpamaan sebenernya. Tapi ada benarnya juga untuk memotivasi suami dan saya untuk menabung haji tiap hari. Walaupun belum dalam bentuk tabungan haji yang menurut kami butuh minimum saldo, uang di celengan yang mungkin baru beberapa ribu rupiah sudah bisa jadi bukti niat untuk rukun Islam terakhir ini.

Ndilalah... celengan yang sudah terisi selama beberapa bulan kami berikan pada saudara yang membutuhkan uang. Awalnya sempat menatap penuh makna ama suami sebelum mengikhlaskan uang dalam celengan untuk diberikan ke orang. Tapi lagi-lagi suami meyakinkan saya untuk percaya ama Allah. Niat menabung haji sudah pelan-pelan dilaksanakan dan masih bisa dilanjutkan walau harus memulai dari nol. Kalah lah slogan pom bensin plat merah pokoknya.

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).
Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuka tabungan haji di Bank Muamalat dengan berbekal 500 ribu rupiah per masing-masing rekening saya dan suami. Harapannya setiap bulan bisa menyisihkan minimal seratus ribu dari penghasilan kami untuk ditransfer ke rekening tersebut. Realitanya, kami belum bisa rutin melaksanakan niat tersebut.

Tahun 2020 menjadi tahun dimana tidak ada jemaah haji yang diberangkatkan karena pandemi covid-19 di seluruh dunia. Sedih.. banyak yang kecewa karena mimpi untuk segera melihat ka'bah dan mencium Hajar Aswad sekian lama harus pupus karena kondisi ini. Padahal antrian haji juga sudah mengular hingga belasan tahun ke depan.

Mau tidak mau saya harus memaksakan. Tak lepas doa di tiap sholat agar dimudahkan untuk segera melunasi tabungan dan mendapat porsi keberangkatan. Merogoh tabungan yang bisa diambil tanpa menggoyang ekonomi keluarga saat ini. Saat tabungan hampir mencukupi pun, tiba-tiba ada saudara dekat yang kesulitan membayar hutang ke orang. Saya pun menguatkan hati dengan tetap meminjamkan uang yang seharusnya menjadi tambahan tabungan haji. Tak lupa meminta doa kepada mereka agar saya dan suami dimudahkan rejeki untuk melunasi haji tersebut.

Akhirnya di pertengahan Juni kemarin, ada tambahan pendapatan yang tak disangka masuk ke rekening. Jumlahnya dapat mencukupi pelunasan tabungan haji kami tanpa merusak cashflow bulanan rumah tangga. Alhamdulillah wa syukurillah.. Langsung terbersit, mungkinkah ini do'a dari mereka yang kami pinjami uang agar terbebas dari hutang? Ahh,, entahlah. Yang jelas ini rezeki dari Allah dan saya tak mau menunda lagi.

Di hari Jum'at minggu kedua bulan Juni 2020, saya dan suami mengurus segala persyaratan dari bank dan kantor Kementerian Agama Kota Medan untuk mendapatkan porsi keberangkatan haji. Prosesnya alhamdulillah nggak ribet dan cukup cepat. Dimulai dari mengurus dokumen dari Bank Muamalat, lalu ke kantor Kemenag untuk foto dan melengkapi sisa dokumen lainnya.

Tau nggak dengan nomor porsi kami, jadwal keberangkatan kami kapan kira-kira?

18 tahun lho... wkwk

Nggak apa-apa lah ya. Yang penting niatnya sampe. Kalo besok umur kami selesai di dunia, minimal nggak bingung lagi jawab pertanyaan malaikat di akhirat nanti, hehe.. Saya percaya, Allah akan memanggil tamu ke rumah-Nya di Baitullah pada waktunya. Tergantung amalan dan doa yang dipanjatkan hamba-Nya. Jadi mungkin aja panggilan lewat jadwal keberangkatan 18 tahun itu menjadi lebih cepat atau malah lebih lambat. 

Kadang mikir ke masa lalu. 8 tahun lalu kami pernah diberi rejeki sejumlah uang yang dapat melunasi haji. Kenapa nggak dari dulu saya lunasi ya? Kan nggak harus nunggu 18 tahun,, hix.. 
Ahh,, udah masa lalu. Jadi pelajaran aja sih, kalo urusan ibadah nggak boleh nanti-nanti. Harus dipaksakan.

Buat temen-temen yang punya niat berhaji, sudah bisa nih menabung haji. Supaya nggak terlalu lama nunggu porsi hajinya. Ahh,, bisa umroh dulu kok mak.. Umroh silakan aja, tapi itu bukan termasuk rukun Islam. Jatuhnya ibadah sunnah. Kalo cuma punya duit terbatas, saya lebih memilih melunasi dana haji lebih dulu daripada melaksanakan umroh. Kalo banyak duit mah lebih enak bisa lunasi haji dan umroh tiap tahun, haha...

Sekian cerita jatuh bangun saya dan suami menabung dan melunasi dana haji. Semoga kami bisa lebih memperbaiki iman dan ibadah kami hingga panggilan ke Baitullah benar-benar ada.

With Love,
Mamak

Bandrek ala Mertua Feat. Bubur Kacang Merah

Hola.... kali ini saya pengen nulis lagi. 

Masih ingat cerita saya tentang roadshow silaturahmi ke rumah tetangga di komplek sampai tanggal 15 Juni ini? Lumayan capek sebenernya tiap malam harus keluar rumah hingga jam setengah 10. Cukup mengorbankan waktu bermain dengan anak-anak yang baru malam hari bisa saya lakukan. Maklum saya di kantor dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Namun banyak hal yang saya dapat dari silaturahmi ini. Banyak tetangga yang baru saya kenal nama dan posisi rumahnya. Anak-anak pun masih bisa saya bawa untuk ikut bersama. 

Saat rumah saya ditunjuk oleh Ketua Perwiritan sebagai tujuan selanjutnya, saya sempat bingung menyajikan apa untuk para tamu. Sempat galau ingin memasak mie gomak seperti biasa. Namun karena masih di hari kerja, tidak mungkin saya menyuruh nenek yang jaga anak saya di rumah untuk memasak mie gomak sebanyak kurang lebih 60 porsi. 

Kok banyak banget? 

Percaya nggak percaya memang jumlah warga yang ikut kegiatan ini setiap hari mencapai 60 orang. Apalagi anak-anak yang tinggal di rumah tahfidz dalam komplek juga turut serta. Jadi nggak mungkin menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah sedikit atau pas-pasan. Masih lebih baik berlebih karena bisa dibagikan ke satpam dan orang lain daripada ada tamu yang tidak kebagian. Allah menyuruh umatnya untuk memuliakan tamu yang datang, bukan?
 
Saya sempat minta tolong ke mertua untuk membuatkan bandrek sebagai sajian minuman dan nenek yang jaga di rumah membuat bubur kacang merah untuk makanannya.

Terus terang saya belum pernah membuat bandrek sendiri. Pertama kali saya meminum bandrek buatan mertua adalah saat acara unduh mantu di rumah mereka di kampung. Saat itulah saya mulai menikmati minuman ini. Seger, pedasnya pas dan hangat di badan. Cocok sekali untuk saya yang cukup capek menempuh perjalanan lebih kurang 10 jam menuju Padang Sidempuan kala itu.

Untuk makanan, saya menyediakan bika ambon dan buah-buahan sebagai pencuci mulut. Makanan utama yang awalnya terpikir mie gomak, saya ubah menjadi bubur kacang merah. Alasannya sederhana. Bikinnya gampang, bahannya pun nggak ribet untuk disiapkan. Nggak merepotkan berkali-kali lah jadinya. Modal belanja sendiri dan minta tolong orang soalnya, haha..

Berikut resep bandrek ala mertua dan bubur kacang merah.



BANDREK ALA MERTUA (utk porsi panci 8 liter)

Bahan :
- Jahe 2 ons (campur jahe merah dan jahe putih) 
- Sereh 1 ikat besar 
- Kencur 1 one
- Gula merah 1 kg
- Gula putih 1/4 kg
- Lada butir 5 bungkus kecil (1/2 ons)
- Garam secukupnya
- Kulit manis 2 potong besar
- Cengkeh 1 bungkus kecil (5 butir)
- Bunga lawang 1 bungkus kecil (3 buah)

Cara membuat :
- Cuci jahe, sereh, kencur hingga bersih. Lalu bakar sampai harum, geprek.
- Iris gula merah
- Masukkan jahe, sereh dan kencur yang sudah digeprek ke dalam panci. Masukkan juga semua bahan lainnya.
- Tambahkan air kurang lebih 5 liter ke dalam panci.
- Rebus di atas kompor hingga harum dan mendidih. Koreksi rasa.

BUBUR KACANG MERAH

Bahan :
- Kacang merah untuk bubur/es 1,5 kg
-  Gula merah 1 kg
-  Santan 800 ml (saya pakai kara 4 kotak kecil).
-  Daun pandan 3 lembar

Cara membuat :
- Cuci kacang merah hingga bersih, lalu rebus di atas kompor hingga cukup lembut.
Silakan tambah air jika belum lembut. Masukkan daun pandan saat merebus kacang.
- Iris gula merah dan masukkan ke panci berisi kacang merah.
- Masukkan santan sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah hingga mendidih.
- Koreksi rasa. Dapat ditambahkan gula putih jika suka.

Alhamdulillah banyak yang suka bandrek dan bubur kacang merah yang saya sajikan. Malah pada minta resep ke mertua. Saya jadi pengen bikin sendiri. Minum bandrek biasanya ditemenin ama roti manis. Makin mantap rasanya. Walaupun tanpa campuran susu kental manis atau krimer.

Untuk kacang merah, banyak juga yang nggak tau kalo kacang merah bisa dibuat bubur. Pada taunya dibuat campuran masak rendang. Padahal kacangnya beda lho.
Kacang merah untuk rendang ukurannya lebih besar dan teksturnya lebih keras. Sedangkan kacang merah untuk bubur atau es krim, ukurannya lebih kecil.

Eh, bandrek juga minuman yang menyehatkan. Minuman tradisional ini terbuat dari rempah seperti jahe merah, jahe putih, sereh, kencur dan lada yang terbukti dapat menghangatkan badan dan mengobati flu. Hal ini disebabkan rempah yang terkandung dalam bandrek kaya antioksidan.

Apalagi di masa pandemi begini. Kita harus bisa menjaga kesehatan supaya penyakit nggak gampang masuk ke tubuh.

Yuk yang mau coba. Bisa segera dieksekusi. Resep yang saya buat tadi untuk porsi sekitar 60 orang. Tinggal sesuaikan aja dengan porsi yang ingin kita konsumsi.

Kemaren malam saya ngerasa kurang enak badan. Udara dingin karena seharian turun hujan. Pengen minum yang anget dan bisa buat badan lebih seger. Teringat resep bandrek ini dan langsung buat sepanci kecil. Alhamdulillah... memang seger dan tenggorokan yang awalnya nggak nyaman jadi terasa hangat. Tidur pun bisa nyenyak.



Selamat mencoba ya. Salam sehat dari mamak.

Saat DBD Menyapa

Demam Berdarah Dengue

Holaaa... Kali ini saya mau menceritakan pengalaman saya yang udah pernah temenan ama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).


Ihh, temenan kok ama penyakit sih? Kayak nggak ada teman lain aja.


Saya lebih suka temenan daripada musuhan, haha..


Sejak SMA, saya udah beberapa kali berhadapan langsung dengan penyakit ini. Udah pernah diopname dan jarum gantung dua kali, terakhir sekitar 5 tahun yang lalu. Awalnya saya pikir kalau sudah pernah kena sekali, maka tidak akan terjangkit demam ini lagi. Ternyata.. saat kondisi saya lemah dan ada nyamuk Aedes Aegypti memasukkan virus ke tubuh saya, saya pun limbung dan harus diopname lagi.


Dua anak saya juga pernah terjangkit penyakit DBD. Waktunya berbeda 2 tahun namun sama-sama harus diopname di rumah sakit. Padahal saya merasa sudah cukup menjaga lingkungan rumah saya agar bersih sehingga tidak ada nyamuk aedes bersarang di sekitar. Kesimpulan saya adalah se-higienis apapun lingkungan sekitar kita, tetap ada aja kemungkinan untuk terkena penyakit jika Allah menghendaki.


Mungkin karena dari dulu saya suka hal-hal yang berbau biologi dan penyakit (a.k.a cita-cita dokter yang gak kesampaian, haha..), setiap ada penyakit di sekitar, saya selalu kepo dan langsung mencari tahu tentang penyakit itu. Termasuk yang kata Upin Ipin demam denggi ini. Saya yakin suatu saat pasti ada manfaatnya. Mungkin bukan untuk saya, tapi untuk orang-orang di sekitar saya yang mungkin punya penyakit dengan ciri-ciri yang sama.


Berbagai pengalaman selama punya tiga anak, otomatis mengajarkan saya untuk lebih sabar dan gak langsung panik saat anak demam. Demam lebih saya artikan sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang masuk ke tubuh (bisa virus, bakteri, jamur, dll) dan tubuh sedang melawan agar tidak sakit. 


Saya pernah menulis tentang demam beberapa tahun yang lalu dan sampai sekarang saya selalu mengikuti tata laksananya.


Demam Berdarah Dengue (DBD) : Apa dan Bagaimana Gejalanya?

Hingga saat ini, kasus DBD masih cukup banyak di Indonesia. Penyakit ini menjadi semacam siklus tahunan dan memang ada beberapa daerah dinyatakan sebagai Kasus Luar Biasa (KLB) DBD.

Mengutip dari tulisan dr. Mochammad Muchlis, Sp.A., virus dengue termasuk famili Arbovirus (arthropod-bone virus), secara primer menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 

Infeksi virus disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus dengue (DENV), yaitu : DENV-1, -2, -3 dan -4. Infeksi primer dengue adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang belum pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya. Infeksi sekunder terjadi pada pasien yang telah terinfeksi virus dengue sebelumnya.

Orang yang terinfeksi virus ini dapat menunjukkan gejala ataupun tidak ada gejala. Gejala yang biasa ditunjukkan adalah demam, ada yang dengan pendarahan maupun tanpa pendarahan. 

Demam akibat DBD akan berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan badan lemas, nyeri otot dan sendi dan nafsu makan berkurang. Gejala lain yang saya rasakan adalah sakit kepala hebat, mual, muntah dan muncul bintik merah di kulit.

Fase perjalanan infeksi virus dengue yang menjadi DBD ada 3, yaitu :

a. Fase demam : fase demam adalah awal infeksi virus yang ditandai demam tinggi mendadak, berlangsung selama 2-7 hari.

b. Fase kritis : periode perembesan plasma dimulai dari sekitar peralihan fase demam ke fase tidak demam, berlangsung selama 24 sampai 48 jam.

c. Fase penyembuhan : dimulai saat fase kritis berakhir, ditandai dengan kondisi pasien yang semakin membaik dan mulai meningkatnya jumlah trombosit.



Bagaimana pengobatannya DBD?

Kebanyakan pasien demam dengue sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk dipantau kondisinya (tekanan darah, nadi, dan suhu) secara berkala. Selain itu dilakukan tes darah untuk memantau jumlah trombosit, hematokrit dan leukosit setiap hari. Kalau anak saya dulu dua hari sekali diambil darah. Kata dokternya kasihan karena masih anak-anak.

Pemantauan lebih intensif dilakukan saat masuk fase kritis. Biasanya banyak orangtua yang lalai justru saat demam si anak turun. Lalu tiba-tiba kondisi fisiknya menurun dan menjadi lebih buruk karena penanganan yang kurang tepat.

Karena disebabkan oleh virus, DBD pada dasarnya akan sembuh sendiri. Yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi tubuh pasien hingga fase penyembuhan. Antara lain dengan :

1.  Istirahat
2. Mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Cairan dapat berupa air putih, susu, jus, cairan elektrolit dari infus.
3. Pemberian paracetamol jika terjadi demam, sakit kepala atau nyeri tubuh lainnya
4. Segera bawa pasien ke rumah sakit jika kondisi memburuk dan terdapat pendarahan.


Beberapa kali menghadapi penyakit ini, membuat saya paham siklusnya secara medis sehingga bisa lebih rasional dalam pemberian obat dan nutrisi untuk anak.

Hal ini yang paling dibutuhkan oleh orangtua saat anak sakit. Informasi tepat sehingga stok sabar pun meningkat, nggak panik menghadapi kondisi anak. 

Trust me,, nggak akan ada yang mau dimarahin ama dokter gara-gara memijat anak dengan minyak bawang kan? Trus disuruh sekalian goreng anak sendiri, haisshh..

Atau ditegur karena heboh kasi jus jambu, sari kurma, dan lainnya ke anak saat anak diopname karena DBD?

Saya udah pernah soalnya. Saya coba ambil positifnya sih. Jadi mengerti penanganan DBD secara medis gimana. 

Kesel?? Pasti ada lah saat dimarahi dokter. Merasa jadi ibu yang nggak berguna sama sekali. Tapi setelah dipikir-pikir yang dibilang dokter ada benarnya dan saya semakin gencar untuk cari tau ini itu demi anak-anak saya khususnya.

Jadi, gimana supaya DBD bisa jadi “teman” saat “menyapa” kita atau anak kita?? (Ini jawaban versi saya dan belum diuji kebenarannya oleh dokter, haha…)

1. Pahami ciri-ciri awal DBD

2. Pastikan dengan diagnosa dan hasil lab dari dokter anak

3. Pahami siklus penyakit DBD (3 hari pertama demam naik turun, hari 4-6 demam turun namun ini biasanya fase kritis, dan biasanya lagi hari ke-7 atau 8 udah mulai pulih ditandai dengan kenaikan jumlah trombosit dan nafsu makan meningkat.

4. Pastikan kecukupan cairan, istirahat, frekuensi/tekstur/warna BAB dan BAK anak. Tetap pantau kondisi fisiknya.

5. Perbanyak STOK SABAR. Menghadapi anak sakit, baik DBD atau penyakit lainnya mengharuskan orangtua haris lebih sabar menghadapi rewel, nggak nafsu makan, bosan nunggu trombosit naik, sakit karena diinfus dan diambil darah, dan lainnya.

Hingga saat ini, DBD udah pernah menyapa saya empat kali. Mudah-mudahan dia nggak kangen ama saya dan menyapa kembali.

Hemat Biaya Transfer, Pake Flip Aja!


Hai sobat mamak..

Siapa yang sering transfer uang tiap bulan? Atau tiap hari? Atau sehari bisa berapa kali transfer?

Yang suka beli melalui aplikasi online market seperti tokopedia, blibli, bukalapak dan lainnya pasti sudah paham lika liku terkait membayar dengan transfer ke bank yang tercantum pada tagihan. 

Bagi para pengusaha terutama pedagang online yang sedang menjamur saat ini, kegiatan transfer men-transfer sudah menjadi rutinitas wajib. Saya sendiri yang masih newbie di urusan jualan dan memilih untuk menjadi reseller beberapa macam item barang sejak tahun lalu, pada awalnya merasa nggak ada masalah terkait urusan transfer ini. Namun mulai merasakan ada yang tidak beres dengan keuntungan yang didapat saat saya harus men-transfer uang berkali-kali dalam seminggu ke agen atau produsen.

Ditambah lagi dengan customer yang sering bertanya, ada rekening bank lain nggak mbak? Serasa saya ingin membuka rekening di semua bank, wkwk.

Masalah saya dan pertanyaan customer tersebut tak lain dan tak bukan muncul karena biaya transfer yang dikenakan jika melakukan transfer ke rekening di bank yang berbeda dengan bank asal transfer.

Rata-rata biaya transfer yang dikenakan sebenarnya tidak terlalu besar, yaitu Rp 6.500 tiap sekali transfer. Apalagi jika nilai transfer nya sampai jutaan atau puluhan juta. Cuma nol koma sekian persen. Akan jadi masalah bagi pedagang kecil seperti saya atau pembeli yang harus berkali-kali transfer ke rekening di bank berbeda dengan nominal transfer yang hanya puluhan atau beberapa ratus ribu saja.

Coba bayangin deh. Misalnya keuntungan dari reseller yang cuma sepuluh ribu per item harus dikurangi dengan biaya transfer sebesar Rp 6.500. Jadi cuma Rp 3.500. Nyesek nggak sih? Kok untungnya jadi kesedot ama biaya transfer? Rugi banget rasanya.

Awalnya saya nggak sadar dengan masalah tersebut. Berasa horang kaya yang duit segitu nggak ada masalah harus keluar demi aktivitas jual beli yang saya rintis. Hingga suatu ketika agen tempat saya menjadi reseller menyadarkan saya akan biaya transfer yang tercantum setiap saya mengirimkan skrinsyut bukti transfer. 

Saat itu hampir setiap hari ada pesanan dari customer sehingga saya harus melakukan transfer ke agen berkali-kali. Maklum lagi musim panen karena mau lebaran.

Agen : "Mbak, nggak rugi selalu kena biaya transfer?"

Duh,, iya ya. Saya baru mikir dan berhitung. Merasa bego' seketika saat melihat biaya transfer yang harus saya bayar bisa sampai 40% dari total keuntungan yang saya dapat, bahkan lebih.

Agen : "Pake Flip aja mbak. Tinggal di-download di playstore. Lumayan bisa menghemat biaya transfer."

Nggak perlu menunggu lama, saya langsung cari dan download aplikasi Flip di hp saya. Gambarnya berupa logo bertuliskan Flip berwarna oranye.

Apa itu Flip?

Flip adalah aplikasi untuk melakukan transfer antar bank yang berbeda tanpa biaya.
Tidak hanya transfer, aplikasi ini juga memiliki fitur untuk pembelian pulsa dan paket data.

Bagaimana cara kerja Flip hingga dapat membebaskan biaya transfer bank?

Jadi flip memiliki akun/rekening bank di bank. Nanti dari bank asal transfer akan dikirim ke rekening bank flip dengan bank yang sama. Flip akan mentransfer uang yang telah dikirim ke rekening bank flip di bank yang sama dengan rekening bank tujuan. Lalu dari rekening bank flip akan dikirim lagi ke bank  tujuan transfer.


Alur transaksi Flip
Sumber : flip.id
 
Ada beberapa tahapan rekening bank, tapi flip menjadikan semuanya mudah hanya dengan beberapa kali klik. 

Agak bingung juga sih terkait sumber keuntungan flip karena saat flip mengirim uang dari rekening flip di bank yang berbeda, mereka juga pasti dikenakan biaya transfer. Atau bisa saja keuntungan flip bersumber dari jumlah pengguna aplikasi. Nanti saya ceki-ceki lagi. #kepo

Saat ini flip dapat digunakan di beberapa bank. Tidak menutup kemungkinan dibuka untuk bank lainnya jika ada customer yang membutuhkan.
Berikut daftar bank yang dapat digunakan untuk transfer dari dan ke flip.


Pengalaman Menggunakan Aplikasi Flip

Flip cukup mudah digunakan. Pastikan aplikasi sudah ter-install di hp dan kita sudah mendaftar dan memiliki akun Flip. Simak langkah-langkah untuk transfer uang menggunakan flip di bawah ini ya.

1. Buka aplikasi flip, lalu klik tombol Kirim Uang.

 

2. Pilih nama Bank dan masukkan nomor rekening tujuan. Isi nominal jumlah uang yang akan ditransfer. Pastikan semua data yang diisi sudah benar, lalu klik tombol "OK, DATA SUDAH BENAR".



3.   Cek lagi rekening tujuan dan pilih bank sesuai dengan rekening asal transfer.



4. Setelah memilih bank, akan muncul nomor rekening Flip yang ada di bank yang sama dengan bank asal transfer. Flip akan menambahkan kode unik di belakang nominal yang akan ditransfer dan jumlah yang ditransfer harus sesuai hingga 3 angka terakhir yang tertera di halaman ini. Jika sudah ditransfer, klik tombol "SAYA SUDAH TRANSFER".



5. Flip akan melakukan pengecekan pada uang yang masuk ke rekening flip. Bukti transfer juga dapat diunggah untuk mempercepat pengecekan.


6. Kita dapat mengecek proses transfer kita melalui halaman awal flip. Seluruh history transfer juga terekam oleh sistem. Transfer yang sudah berhasil akan ada keterangan BERHASIL dan bukti transfer bisa langsung dikirimkan ke pihak yang memerlukan. 




Aktivitas transfer yang saya lakukan di flip sejauh ini cukup aman. Sudah setahun lebih saya menggunakan flip untuk transaksi dengan nominal di bawah satu juta rupiah. Bukan tidak percaya, hanya menjaga agar nggak ribet aja kalau terjadi kesalahan saat saya meng-klik tombol yang ada. Dan bisa dilihat sendiri saya telah menghemat tiga ratus ribu lebih sejak menggunakan flip. Lumayan lah buat beli bakso atau mie ayam, haha..

Saya pernah melakukan 2 kali kesalahan dalam transfer karena tidak menyertakan 3 digit terakhir saat transfer dari rekening bank. Sempat panik karena nilainya lumayan. Saya langsung menghubungi tim Flip via chat yang ada di tombol Butuh Bantuan. Alhamdulillah uangnya balik lagi dan saya kembali proses transferan saya yang salah sebelumnya.

Cukup puas sih dengan pelayanannya. Cepat dan tidak bertele-tele.

Kekurangan flip menurut saya cuma satu. Yaitu cenderung nggak praktis karena dari tampilan flip saya harus ke mobile banking dan screenshot bukti transfer, lalu balik ke flip lagi untuk unggah bukti transfer tersebut. Selain itu saya nyaman menggunakannya. 

Jadi mulai sekarang nggak usah ragu lagi untuk sering transfer ke rekening antar bank. Hemat biaya transfer, pake Flip aja.