Hari ini
adalah hari kelima setelah pengumuman resmi anak-anak sekolah dari rumah dalam
rangka social distancing yang digalakkan Pemerintah untuk mencegah penyebaran
virus corona (Covid-19) secara lebih massif.
Saya yang
punya dua anak SD di sekolah berbeda harus mulai terbiasa dengan ritme nya.
Awal
mendengar keputusan belajar dari rumah sebenernya membuat saya agak takut.
Bagaimana saya yang bekerja di kantor bisa tetap mengawasi belajar anak-anak
saya? Membuat laporan berupa foto dan video ke grup whatsapp agar bisa direkap
oleh guru, mengajar materi pelajaran, membuat soal dan menyuruh mereka
menjawab, serta memberikan penilaian atas jawaban mereka?
Sempat
agak stress karena kebijakan dari sekolah Raihan, si sulung, yang menuntut
adanya smartphone untuk belajar online langsung ke guru-gurunya. Sedangkan saya
sama sekali belum menyediakan smartphone di rumah untuk anak-anak termasuk koneksi
WiFi. Setidaknya sampai anak-anak mulai cukup memahami kebutuhan, keinginan,
dampak dan pengaruh positif dan negatif dunia per-internet-an.
Nada, anak
kedua saya, juga sedang dalam masa ujian tengah semester dan sekolah mengambil
kebijakan untuk melakukan ujian dari rumah dengan materi ujian yang telah
disediakan sehari sebelum anak-anak sekolah dari rumah. Karakter si gadis ini
cukup membuat saya mengelus dada. Disuruh belajar aja dia bisa nangis sampai
satu jam, gimana lagi disuruh mengerjakan ujian di rumah?
Alhamdulillah
kayaknya Allah paham ketakutan saya, wkwk.
Niat yang
sempat terlintas untuk membelikan gadget sementara untuk Raihan dibatalkan. Adik
saya bersedia meminjamkan HP yang jarang digunakannya selama Raihan sekolah
dari rumah. Sedangkan Nada di siang hari saya titipkan ke mertua dengan
sebelumnya saya infokan jadwal ujian di hari tersebut. Di sore hari sepulang
kantor saya akan merekam jadwal ujian tahfidz untuk dikirim ke guru sekolahnya.
Raihan : Belajar Online via Whatsapp
Ada teman yang
bertanya gimana metode belajar online dari sekolah Raihan. FYI, Raihan bersekolah
di sekolah fullday SDIT Jabal Rahmah Mulia. Alhamdulillah karena udah duduk di
kelas 4 SD, tidak terlalu sulit untuk melakukan penyesuaian merode belajar dari
di sekolah menjadi di rumah.
Cara
ummi/ustadz dalam memberikan materi melalui voice note maupun rekaman video juga
tidak jauh berbeda dengan belajar di sekolah.
Jam 07.30 – 10.00 : Muroja’ah dan Tilawah Suroh yang
ditentukan.
Untuk
suroh yang akan diujiankan, ummi dan ustadz melakukan video call ke
masing-masing siswa dan langsung melakukan koreksi atas hafalan siswa.
Jam 10.00 – 10.45 : Sholah Dhuha dan Istirahat.
Di jam ini
anak-anak harus melaksanakan sholah Dhuha, lalu dapat bermain, nonton, makan,
atau apapun hingga pelajaran lain diinfokan melalui grup.
Jam 10.45 – 12.30 : Materi pelajaran
Ummi/Ustadz
menyampaikan materi melalui voice note/video/foto, menyuruh siswa membaca
materi di buku, memberikan soal lalu memberikan batas waktu pengumpulan jawaban
ke wa ummi/ustadz bersangkutan.
Jam 12.30 – 13.15 : Istirahat makan siang dan sholat
Zhuhur.
Jam 13.15 – 14.30 : Materi pelajaran
Ummi/Ustadz
menyampaikan materi melalui voice note/video/foto, menyuruh siswa membaca
materi di buku, memberikan soal lalu memberikan batas waktu pengumpulan jawaban
ke wa ummi/ustadz bersangkutan.
Jam 14.30 – 16.00 : Anak-anak mengerjakan soal yang
diberikan.
Waktu yang
diberikan lebih fleksibel, yang penting jawaban dikirimkan ke ummi/ustadz sesuai
dengan batas waktu. Tiba sholat Ashar, anak-anak juga harus melaksanakan sholat
tepat waktu.
Jam 16.00 – 17.00 : Coaching.
Alhamdulillah
Raihan memiliki wali kelas yang super sekali menurut saya. Jadi walaupun
melalui voice note/video, beliau selalu berusaha menjaga kedekatan dengan anak
didiknya. And it works for anak-anak kelas Raihan dengan berbagai karakter di
dalamnya. Misalnya saja dengan melakukan video call langsung dengan beberapa
anak. Saling menyapa walaupun hanya di dunia maya. Anak-anak pun dengan senang
hati melakukan tugas-tugas sekolah yang diberikan walaupun hanya melalui grup
whatsapp.
Tepat jam
17.00 sore, ummi akan mengumumkan status siswa yang sudah/belum mengumpulkan
tugas sesuai arahan di grup. Bagi yang mengumpulkan sesuai jadwal akan mendapat
poin yang dapat diakumulasikan dan ditukar dengan hadiah yang disediakan ummi
wali kelas. Reward ini yang selalu ditunggu Raihan sebenernya, bahkan dia minta
rutin tahajud juga salah satu pendorongnya adalah si poin.
Lalu saya
cuek aja gitu karena udah kasi Raihan smartphone untuk belajarnya?
Ya nggak
dong.
Saya
pantau setiap ada info atau tugas dari ummi/ustadnya. Saya akan ingatkan dia
melalui telpon atau pesan whatsapp langsung. Istilahnya kerja sambil memantau anak, hehe..Tak jarang saat saya lagi fokus bekerja, masuk pesan dari Raihan yang bertanya "Ma, abis ini apa?" "Ma, abang bosan." dll. Ditambah stiker-stiker lucu yang berhasil membuat fokus saya berbelok.
Nada : Ujian Mid Semester dari Rumah
Tadi udah
saya kasitau kan kalau Raihan dan Nada sekolah di tempat yang berbeda? Alasannya adalah perbedaan karakter dan cara belajar keduanya. Masih sama-sama sekolah
dasar Islam, Nada bersekolah di SDIT Bunayya. Sekolah ini tidak fullday sampai sore dan
target capaian belajar juga tidak seketat di Jabal Rahmah.
Berhubung
saat diputuskan belajar dari rumah adalah saat jadwal ujian mid (tengah)
semester di sekolahnya, ujian hari kedua dan seterusnya dilakukan Nada di
rumah. Saya sempat stress karena khawatir tidak bisa membujuk Nada mengerjakan
ujiannya. Pribadinya yang cukup unik membuat mamak stres menuntut saya
untuk mencari cara berbeda agar arahan guru sekolahnya dapat saya lakukan di
rumah.
Masih
kelas 1 SD juga menjadi alasan Nada tidak terlalu dibebani jadwal ketat dari sekolah
dari pagi hingga sore. Bebas jam berapa aja mau ngerjain ujian, belajar, muroja’ah,
main, dan sebagainya. Dalam hal ini saya meminta bantuan mertua untuk dapat
mengarahkannya karena Nada nggak pernah akur ama adeknya kalau di rumah.
So far kerjasama
mertua-menantu ini cukup membuahkan hasil. Saya akan menginfokan ke si nenek
jadwal ujian Nada setiap pagi, lalu memberitahu kertas ujiannya, dan di
pagi/sore hari selepas saya bekerja di kantor saya akan mampir untuk mem-video-kan
ujian tahfidz setiap harinya.
Minusnya
adalah susah banget nyuruh Nada ngerjain ujian sesuai jadwal hariannya. Mana
yang mau dikerjain, langsung dikerjain ama dia sampai selesai. Kalo da gini,
saya dan mertua pun nyerah. Yang penting kelar tu soal ujian lah, haha…
Baru ngerasa kalo menjadi guru anak di sekolah ternyata harus punya tingkat kesabaran yang lumayan. Salut banget ama guru-guru yang sampai saat ini tetap melaksanakan belajar mengajar walaupun via online. Semoga jadi amal jariyah untuk para guru di dunia. Para emaks juga tetap semangat ya ngajarin dan mengarahkan anak-anak di rumah supaya tetap belajar. Anggap aja ini cara Tuhan kasi kesempatan kita untuk mendidik anak secara langsung, bukan melalui guru sekolah.
Hmm,,, kira-kira begitulah cerita mamak yang masih ngantor ini menghadapi anak yang harus sekolah dari rumah. Kalo saya udah pulang kantor atau weekend tiba, di masa social distancing ini saya berencana untuk makin rajin masak bersama anak-anak agar mereka tidak bosan di rumah.
Baru ngerasa kalo menjadi guru anak di sekolah ternyata harus punya tingkat kesabaran yang lumayan. Salut banget ama guru-guru yang sampai saat ini tetap melaksanakan belajar mengajar walaupun via online. Semoga jadi amal jariyah untuk para guru di dunia. Para emaks juga tetap semangat ya ngajarin dan mengarahkan anak-anak di rumah supaya tetap belajar. Anggap aja ini cara Tuhan kasi kesempatan kita untuk mendidik anak secara langsung, bukan melalui guru sekolah.
Hmm,,, kira-kira begitulah cerita mamak yang masih ngantor ini menghadapi anak yang harus sekolah dari rumah. Kalo saya udah pulang kantor atau weekend tiba, di masa social distancing ini saya berencana untuk makin rajin masak bersama anak-anak agar mereka tidak bosan di rumah.
Kalau emak
lainnya punya cerita apa nih saat anak harus sekolah di rumah? Atau aktivitas
apa yang tetap seru dilakukan bersama keluarga saat #diRumahAja ? Yuk share
disini.:)
No comments
Post a Comment