Menikah
dengan suami bersuku Mandailing yang cukup lama tinggal di daerah Padang
Sidempuan, Tapanuli Selatan memberi saya banyak pengalaman baru. Kebiasaan,
lingkungan, hingga makanan adalah hal yang paling membuat tertarik karena saya
belum pernah menemukan hal tersebut di keluarga saya sebelumnya.
Ia sering
bercerita tentang kehidupan masa kecilnya yang penuh perjuangan untuk
pendidikan. Saat SMP ia harus melewati hutan dan perkebunan karet dengan jarak
sekitar 3 kilometer yang ditempuh dengan berjalan kaki. Tak jarang sepatunya
sering penuh lumpur sesampainya di sekolah jika hujan baru saja turun. Namun hal
itu tak menghentikan semangatnya untuk bersekolah.
Masih banyaknya
lahan hutan yang belum dimanfaatkan untuk pemukiman dan perkebunan membuat
masyarakat di sekitar tempat tinggal suami dulu sering memanfaatkan berbagai produksi
dan tanaman hutan untuk keperluan sehari-hari. Sebut saja madu hutan, cemplukan,
jarak, merica, salak, nira, dan masih banyak lagi tanaman lainnya.
Setelah
melahirkan anak pertama pun mertua melakukan kebiasaan di kampung dengan “mangasapi”
saya. Mangasapi yang dimaksud bukan seperti kebiasaan memberi asap dari bawah
tempat tidur saya dan bayi saya. Namun hanya sekedar memberi asap ke arah bekas
jahitan dan seluruh tubuh saya agar luka bekas jahitan melahirkan segera kering
dan badan saya menjadi lebih segar karena berkeringat. Asap dibuat sendiri
dengan membakar beberapa macam daun seperti daun kunyit, daun lengkuas, daun
sereh dan daun jeruk. Setelah menjadi asap, saya berdiri di atas asap dengan
menutupi tubuh saya dengan kain sarung. Rasanya seperti sauna, bedanya kali ini bukan dengan uap air tapi dengan asap daun rempah.
>> Hutan Sumber Makanan <<
Masyarakat
sekitar rumah suami masih banyak yang mencari nafkah dengan memanfaatkan
hasil hutan di daerah Tapanuli Selatan. Wilayah hutan yang masih cukup luas
memungkinkan warga untuk mengambil hasil hutan yang dapat dijual, terutama
sebagai sumber makanan.
Apa saja
hasil hutan sebagai sumber makanan yang sampai saat ini masih banyak dicari oleh
masyarakat Tapanuli Selatan?
1. Madu Hutan
Madu hutan
adalah salah satu hasil hutan yang masih banyak ditemukan di hutan Tapanuli
Selatan. Madu asli tersebut dapat dijual dengan harga yang cukup mahal per
botolnya. Tak perlu diragukan khasiat madu untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan
daya tahan tubuh.
2. Air Nira
Nira adalah
air yang disadap dari bunga jantan pohon aren. Menyadap pohon aren cukup mudah
namun membutuhkan keterampilan dan kesabaran ekstra. Beberapa warga menjual
langsung air nira segar atau mengolahnya menjadi gula aren (gula merah). Hingga
saat ini air nira segar adalah salah satu minuman favorit suami yang untungnya
masih kami temukan di pinggir jalan di kota Medan. Selain memberikan kesegaran
pada tubuh, ternyata gula aren memiliki kandungan zat yang cukup lengkap
seperti karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B3
(niasin) dan vitamin C. Kandungan serat pada gula aren juga sangat bagus untuk
melancarkan pencernaan.
3. Rotan
Tanaman
rotan biasanya tumbuh di hutan dan cukup dikenal oleh masyarakat. Rotan dapat
digunakan sebagai bahan baku industri meubel dan barang perlengkapan rumah
tangga. Para petani rotan biasanya mengumpulkan rotan secara tradisional dan
turun temurun dari dalam hutan. Rotan yang sifatnya merambat membuat tanaman
ini sangat bergantung pada kondisi pohon besar sebagai inangnya. Di Indonesia
sendiri terdapat kurang lebih 306 jenis tanaman rotan yang tersebar di beberapa
pulau. Namun hanya 128 jenis rotan memiliki sifat dan memenuhi syarat serta
kualitas baik dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Dari data
yang diperoleh, Indonesia menjadi negara pengekspor rotan terbesar di dunia.
Indonesia menyuplai 80% kebutuhan rotan dunia dan sekitar 90% rotan dihasilkan
dari hutan tropis di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sisanya
dihasilkan dari budidaya rotan oleh petani.
Selain
diekspor, rotan menjadi bahan baku industri meubel nasional yang menghasilkan
produk seperti meja, kursi, keranjang, tempat parsel, dan berbagai kerajinan
meubel lainnya.
Hmm..
barang-barang berbahan baku rotan tersebut pasti sudah sering ditemukan di
sekitar kita. Tapi tahukah kamu bahwa rotan juga dapat menjadi bahan pangan dengan
rasa khas pembangkit nafsu makan?
Pucuk rotan dibakar hingga lunak (youtube.com/Deligeistproduction) |
Adalah pakkat namanya, makanan khas
Mandailing, Tapanuli Selatan. Makanan yang berasal dari rotan muda atau pucuk rotan
yang tumbuh di hutan belantara ini dikonsumsi sebagai lalapan ataupun bahan
tambahan masakan yang dimakan bersama nasi. Rasanya yang pahit dan kelat
membuatnya disukai banyak orang, apalagi disajikan dengan sambal bawang khas
Batak.
Pakkat dibuat
dari pucuk rotan sepanjang kurang lebih satu meter yang dibakar di atas bara
api batok kelapa atau arang yang dibakar di dalam tong selama kurang lebih 15
menit atau sampai pucuknya melunak. Lalu kulit rotan dikupas dengan pisau. Daging
rotan berwarna putih di dalamnya lah yang disebut pakkat. Pakkat ini siap
disantap sebagai lalapan atau sebagai bahan pelengkap sop ikan holat.
Sop ikan holat juga menu favorit saya yang bahan utamanya dari kulit kayu balakka yang banyak ditemui di daerah Tapanuli, dengan potongan/irisan pakkat di atasnya. Citarasa Indonesia asli dengan berbahan dasar dari alam Tapanuli. Rasanya juara!!!
Sebelum disantap pakkat dipotong kecil-kecil sepanjang 3-5 cm.
Sop ikan holat juga menu favorit saya yang bahan utamanya dari kulit kayu balakka yang banyak ditemui di daerah Tapanuli, dengan potongan/irisan pakkat di atasnya. Citarasa Indonesia asli dengan berbahan dasar dari alam Tapanuli. Rasanya juara!!!
Sebelum disantap pakkat dipotong kecil-kecil sepanjang 3-5 cm.
Potongan Pakkat disajikan dengan Cabe Giling dan Bawang (medanbisnisdaily) |
Sop Ikan Holat (travelkompas) |
>> Manfaat Pakkat <<
Menurut
orang-orang yang rutin mengkonsumsi pakkat, beberapa manfaat makanan tersebut
antara lain :
1. Penambah nafsu makan
2. Menghilangkan rasa haus
3. Menghilangkan masuk angin
4. Menyembuhkan maag
5. Sebagai obat malaria dan membersihkan
ginjal
Untuk penyuka
makanan kelat atau pahit, pakkat patut untuk dicoba. Rasanya yang khas bisa
jadi membuat ketagihan. Bagi suku Mandailing, tak lengkap rasanya jika tidak
ada pakkat selama bulan puasa.
Ternyata
banyak makanan dari hutan yang dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan. Dengan bahan
yang bersumber dari hutan yang masih cukup luas di Indonesia, diharapkan
masyarakat tidak kekurangan sumber pangan yang dapat diolah dengan berbagai
cara, rasa dan tampilan yang menarik. Cara mengolah yang relatif mudah dan sederhana
pun dapat dilakukan, seperti pakkat tersebut.
Hutan
sebagai lingkungan hidup harus dijaga kelestariannya sebagai sumber kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menjadi
organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar yang secara aktif mendorong upaya
penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia.
Pemanfaatan
hutan sebagai sumber makanan pasti memerlukan bantuan dari banyak pihak.
Masyarakat di sekitar hutan akan mulai terbuka dengan daerah diluar hutan dan
meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Pengumpul bahan dari hutan, pengolah
bahan tersebut menjadi makanan dan penyalur produk makanan akhir dapat
menjadikan kegiatan ini sebagai sumber pundi ekonomi yang diharapkan berujung
pada ketahanan pangan masyarakat Indonesia di tahun-tahun ke depan.
Tulisan ini diikutkan dalam lomba Forest Cuisine Blog Competition periode 18 Januari - 18 Februari 2020.
Sumber bacaan :
https://doktersehat.com/manfaat-gula-aren/
http://aeknauli.org/potensi-rotan-di-sumatera-utara/
https://www.beritasatu.com/ekonomi/334727/indonesia-suplai-80-kebutuhan-rotan-dunia
https://kabarmedan.com/mantapnya-pucuk-rotan-muda-bernama-pakkat/
Di kotaku ada Rumah Makan Mandailing yang masakannya tuh kaya akan rempah. Suka dan enak rasanya apalagi kalau ada aneka ikan yang direndam terus kuahnya agak oranye gitu. Aku ga tau namanya. Rasanya enak banget. Oiya, Pakkat ini aku juga baru tau loh. Ternyata dari pucuk rotan ya. Ya ampun, semoga hutan ngga punah dan generasi mendatang masih bisa menikmati makanan yang sumbernya dari hutan
ReplyDeleteMasakan Mandailing rasanya unik dan mantap. Patut dicoba pakkat dan holat nya. Hutan kaya akan sumber bahan makanan, semoga kita semua bisa tetap menjaganya. Terima kasih sudah berkunjung.
Deleterotan rebus colet sambel itu enak banget dh hehe
ReplyDeleteIya, bagi yang suka kelat/pahit ini enak banget
Deletegak bulan puasa juga ada yang jual kok devi, di daaerah simpang aksara. jualnya sore-sore.
ReplyDeletekalo kebetulan lewat sana, kami suka beli buat tambahan lauk di rumah, dilalap ajah
kakak suka?? sampe skrg masih suami yang suka pakkat. dv makannya bareng sop holat aja biar paitnya nggak terasa kali
DeletePernah satu kali coba makanan ini, tapi belum ramah di mulut saya, apalagi melihat bentuknya. Jadi tak yakin. Terakhir cuma makan ikannya saja. Tapi kata kawan-kawan rasanya nikmat
ReplyDeleteBagi yang suka rasa kelat/pahit, makanan ini enak bang. Tapi kalo nggak suka, pasti nggak cocok di lidah memang.
DeleteDimana sih ada jual makanan ini di Sumut mak?? Pengen nyobain langsung. Mau masak, takut ga enak.. hehhee...
ReplyDeleteDi Tapsel banyak kak. Kalo di medan kata kak Linrana Mom ada di daerah simpang aksara. Pas bulan puasa lebih banyak lagi yang jual.
DeleteOh Pakat bisa dimakan langsung ya kak, kirain dimasak jadi sop ikan holat aja, dulu cobanya sikit jadi penasaran mau coba lagi :)
ReplyDeleteDibakar dulu kak ama kulit luarnya yang keras. Setelah itu dikupas dan bisa langsung makan bagi yang suka.
DeleteKesukaan alm bapak..
ReplyDeleteMeski Melayu, tapi beliau suka sekali makan Pakkat.
Nah, makannya ini dicocol sama sambel trus ikan sale..
Woooo mantapp
Gak berani makan pakat. Tapi di keluarga suami yg orang simalungun, ada dikenal makanan namanya dayuk ni ura, yang masaknnya juga Menggunakan holat, pemberi rasa kelat pada makanan berasal Dari kulit batang pohon sawo. Kalo masakan ini berani makannya Karena kelatnya Hanya selayang aja. Hehe
ReplyDeletebuat yang nggak suka pahit memang kurang pas kak.
DeleteYeayyy memamg unik rasanya, kelat kelat berkhasiat. Cocol sambal terasi pun ok kak hehe
ReplyDeleteNah,, bener nih. Cocol sambel terasi pasti pahitnya sedikit hilang.
Delete3 tahun di Medan belum sempatlah mencoba masakan khas mandailing ini kak. Padahal rugi ya.Hehehe..
ReplyDeleteSemoga bisa balik ke Medan lagi mbak dyah,, hehe..
DeleteBanyak khasiatnya yaa si kelat ini rupanya, terutama antimalaria dan membersihkan ginjal. Makasih ya Devi...
ReplyDeleteJalan-Jalan ke Jalan Halat
Jangan lupa singgah ke Gang Sepakat
Ada Pakkat ada pula Holat
Membaca postingan si Devi jadi taulah awak tentang Pakkat
Haishh... nampak kali urang Melayu nya kak Mia ni..
DeleteAku suka nih masakan khas mandailing. Tp jujur sih belum pernah makan pakkat dari rotan ini, atau udah pernah tp nggk tau kalau itu pakkat
ReplyDeleteNanti banyak dijual bang, pas bulan puasa.
DeleteBelum pernah lah aku makan Pakkat ini kak, senang aku makan, makanan tradisional kayak gini, ^^
ReplyDeleteTernyata di hutan banyak juga ya bahan makanan yang bisa dikonsumsi. Termasuk pakkat ini saya baru tahu.
ReplyDelete