DIBEGAL!

Ilustrasi : rakyatku.com
Masih jam 5 pagi saat saya sudah bersiap berangkat ke kantor, tak sempat sarapan. Ada jadwal menemani si bos mengajar di luar kota yang akan ditempuh pulang pergi hari itu juga.

Suasana masih sepi. Biasanya saya diantar suami jika harus berangkat sepagi ini. Namun kali ini berbeda. Ia baru memulai S2 nya di pulau lain. Rencana kepulangannya masih dua hari  ke depan.

Ahh, saya tunggu saja 15 menit lagi. Setelah sholat subuh, pasti sudah banyak orang di jalan yang saya lewati. Mengurangi rasa takut ada orang jahat yang berniat melukai.

Tepat pukul 5.15. Saya laju motor ke rute biasa menuju kantor. Di sana akan ada mobil yang membawa saya dan bos menuju daerah Simalungun. Bisa saja saya minta tolong dijemput ke rumah, tapi kok nggak enak merepotkan.

Langit masih cukup gelap. Namun sudah ada satu dua kendaraan yang melintas. Saya jaga kecepatan 70 - 80 km/jam agar tidak terlalu jadi perhatian.

Lewat depan masjid besar di kota Medan, jamaah subuh mulai keluar setelah sholat selesai. Saya dengan pede merasa aman karena orang sudah ramai.

Sampai tiba-tiba di perempatan yang memang agak gelap, ada tangan dari samping kanan yang dengan cepat mengambil kunci motor yang menempel di lubang.

Saya terhenyak, apa itu setan? Cepat sekali hanya dalam satu kedipan.

Ternyata bukan. Dua orang lelaki di atas motor lain menyuruh saya berhenti. Saya tak peduli, mereka langsung berhenti di depan motor yang saya naiki. Rem dan berhenti pun tak terhindarkan.

"Turun!" teriak salah satunya.

Jiwa pemberontak saya melawan, "Apa ini??" sambil melotot besar-besar.

Kemudian terdiam melihat pisau yang ditujukan ke hadapan.

Jantung berdegup makin kencang. Saya turun dari motor dan membiarkan lelaki itu mengambilnya. Ingin melawan lebih jauh, kok teringat ada dua anak di rumah yang bisa saja kehilangan mamaknya. Kali ini harus jadi pengecut karena saya masih mau hidup.

Saya pikir mereka akan langsung pergi. Namun salah satunya mengingatkan yang lainnya untuk mengambil kembali tas ransel yang menempel di punggung.

Mau tak mau, saya harus berusaha lari demi menyelamatkan aset kantor yang ada di dalamnya. Egois,, masih memikirkan kantor di saat-saat begini. Walaupun risiko tertusuk pisau tetap ada, saya beranikan lari menuju arah cahaya motor yang melaju ke tempat saya berdiri.

Sempat ingin mengejar, kedua perampok itu pun mengurungkan niatnya melihat ada orang yang datang.

Saya?? Dengan tangis yang tertahan, tubuh gemetar, langsung berjongkok tak berdaya. Mengumpulkan sisa-sisa tondi yang hampir hilang.

Tak lama mobil kantor datang. Saya putuskan untuk tetap lanjut ke luar kota. Tak guna meratap dan menangisi keadaan dan motor yang diambil orang. Hidup harus terus berjalan bukan?

3 jam saya diam di perjalanan. Teringat sekelebat kejadian yang tak pernah terpikirkan. 

Saat ditanya keadaan, saya langsung menjawab, "Pak, saya lapar!"

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Itu yang saya alami sekitar awal tahun 2014. Risiko ibu bekerja saat harus pulang malam atau berangkat subuh ke luar kota. Dari cerita ini, saya ingin berpesan agar lebih hati-hati di jalan. Hindari naik motor dalam keadaan masih gelap, apalagi melewati jalan yang tak banyak orang.

Untuk yang tinggal di Medan, lebih waspada kalau harus melalui jalan-jalan berikut ini di kala malam hingga menjelang hari terang :

- Jalan Sei Serayu - Jalan. Abdullah Lubis hingga di ujung jalan samping Gelato Bar.
- Jalan di sekitar RS HERNA, ada banyak gang yang memungkinkan begal segera melarikan diri
- Jalan Asrama - Jalan Kapten Sumarsono
- Bundaran KFC Walikota

Saat saya melapor ke kantor polisi beberapa hari kemudian, ternyata ada beberapa korban yang dibegal juga di jalan-jalan yang saya sebutkan itu.

STAY SAFE semuanya ya!!!!!

No comments

Post a Comment