Saya Ellen. Saya putri keturunan asli Papua. Nenek dan orangtua saya sejak dulu hingga sekarang juga masih menetap di Papua. Kata nenek, daerah tempat tinggal kami di Timika sudah banyak berubah. Terutama sejak dibukanya tambang tembaga dan emas di bawah perusahaan asing bernama PT Freeport Indonesia.
Mendengar kata Freeport, pasti kalian langsung membayangkan sebuah tambang besar berbentuk kawah raksasa yang mengerucut menuju perut bumi Papua, jika dilihat dari atas ketinggian beberapa ribu meter di atas permukaan laut. Hasil tambang berupa bijih mengandung tembaga dan emas yang akan diproses lebih lanjut, diangkut menggunakan truk yang sangat besar. Berjalan perlahan menuju tempat pengolahan hingga dihasilkan emas yang siap diekspor ke seluruh dunia.
Sekilas Tentang Freeport di Papua
Saya ingin sedikit bercerita tentang sejarah Freeport yang masuk ke Papua berdasarkan info yang pernah saya baca dan cerita nenek sejak saya kecil dulu.
Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy, Anton Colijn, dan Frits Julius Wissel melakukan ekspedisi Cartenz menjelajah wilayah Papua hingga ke Gunung Jaya Wijaya untuk membuktikan adanya gletser atau salju di khatulistiwa. Rombongan ini menemukan Ertsberg yang tak lain adalah gunung bijih yang kaya akan kandungan tembaga dan emas.
Hasil ekspedisi ini dilanjutkan pada tahun 1963 oleh PT Freeport di bawah komando Forbes de Wilson dan Del Flint untuk menggali hasil penemuan Dozy dkk. Dari hasil penemuan ini, Freeport berhasil melakukan penandatanganan Kontrak Karya I (KK I) dengan Pemerintah Indonesia untuk operasi dalam jangka waktu 30 tahun.
Pada tahun 1980, Freeport bergabung dengan perusahaan McMoran yang membuatnya berganti nama menjadi Freeport Mcmoran dengan Freeport Indonesia sebagai anak perusahaan.
Dengan usaha meningkatkan eksplorasi, perusahaan menemukan besarnya kandungan emas di bukit lain di dekat Ertsberg, yaitu Bukit Grasberg dan memulai eksploitasi pada tahun 1988. Tiga tahun setelahnya, Freeport memperoleh perpanjangan Kontrak Karya II selama 30 tahun ke depan.
Betapa kayanya ternyata tanah Papua yang saya tinggali. Pegunungan dan perbukitan berwarna hitam, ternyata menyimpan sejuta kekayaan mineral alam yang sangat berharga.
Pada tahun 2019 Pemerintah mengakhiri kontrak kerjasama operasi penambangan di bumi Papua dengan perusahaan ini dan menyatakan kepemilikan saham sebesar 51% dibawah Manajemen PT MIND ID yang merupakan BUMN Holding Pertambangan Indonesia.
Freeport Mengubah Papua
Masyarakat Papua dulunya dianggap masih cukup tertinggal dari daerah lainnya. Sebelum Freeport masuk ke Indonesia tahun 1967, wilayah Timika di Papua hanyalah hutan belantara.
Sumber Gambar : detikfinance.com |
Kata nenek, sejak adanya pembukaan lahan tambang di bawah kontrak kerjasama Pemerintah dan Freeport, Pemerintah saat itu berharap akan terwujud masyarakat Papua yang lebih maju karena tidak lagi hidup di hutan pedalaman yang jauh dari akses pendidikan, pembangunan infrastruktur dan perkembangan ekonomi.
Sejak awal dibukanya penambangan di daerah ini, Freeport mulai membangun berbagai infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang aktivitas pertambangan. Freeport juga bekerjasama dengan pemuka masyarakat suku di sekitar perbukitan Ertsberg dan Grasberg dalam rangka peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat.
Oiya, masyarakat Papua sangat menghormati tanah adat. Di sekitar kawasan Freeport sendiri ada tujuh suku yang hidup dan bermukim. Wilayah yang banyak digunakan untuk lahan tambang Freeport adalah tanah ulayat suku Amungme dan Kamoro.
Atas hal inilah, manajemen Freeport melakukan kerjasama dengan organisasi masyarakat yang bernama Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamaro (LPMAK). LPMAK dikelola oleh sebuah Badan Pengurus dan Badan Musyawarah yang terdiri dari pemerintah lokal, para tokoh Papua, pemimpin lokal masyarakat Amungme dan Kamaro, serta PT Freeport sendiri.
1. Kontribusi Ekonomi
Berdasarkan Laporan Lembar Fakta Inalum, sejak tahun 1992 hingga 2017 Freeport telah memberikan kontribusi kepada negara sebesar US$17,3 miliar dalam bentuk pajak, royalti, dividen dan berbagai pungutan lainnya.
Nilai ini menjadikan Freeport sebagai salah satu penyumbang terbesar pendapatan negara dari sektor pertambangan untuk digunakan Pemerintah dalam pembangunan negara. Sayangnya, kata nenek sebagian besar sumbangan pajak tersebut digunakan untuk pembangunan daerah di luar daerah kami. Semoga ke depan Pemerintah dapat lebih membangun daerah Papua sendiri.
2. Kontribusi Masyarakat
Selain kontribusi ekonomi, katanya Freeport juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan masyarakat sekitar pertambangan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Banyak tenaga kerja lokal yang bekerja di pertambangan ini. Dari data yang diperoleh, sebanyak 27% atau sekitar 30.000 masyarakat lokal bekerja di PT Freeport Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa Freeport telah memberikan sumbangsih untuk negeri berupa lapangan kerja yang cukup besar dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.
Berikut kontribusi Freeport untuk masyarakat.
Peningkatan Kapasitas Masyarakat
Pendidikan dan Pelatihan
Terbatasnya akses dan fasilitas pendidikan di daerah Timika dan Mimika menjadikan rendahnya capaian angka partisipasi sekolah anak Papua. Banyak orang asli Papua yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Dalam hal ini, Freeport dan LPMAK memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada putra-putri daerah Papua untuk memperoleh pendidikan yang layak. Banyak beasiswa yang telah diberikan mulai dari tingkat SD sampai S3, sekolah asrama yang dibangun untuk memfasilitasi siswa dari pedalaman dan institut pertambangan untuk melatih putra putri Papua agar dapat menjadi pekerja tambang yang cukup bersaing.
Kakak saya adalah salah satu penerima beasiswa dan sedang kuliah di Universitas Indonesia. Kelak saya ingin seperti kakak dan bisa sampai kuliah ke luar negeri.
Pemberdayaan Perempuan
Ibu-ibu di sekitar lingkungan saya sekarang dapat meningkatkan kemampuan untuk berwirausaha juga lho. Banyak pelatihan yang diselenggarakan oleh Freeport seperti menjahit, mengolah makanan dan mengelola keuangan keluarga.
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Berkelanjutan
Freeport dan LPMAK berusaha untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan melakukan Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PP-UMKM) dan Dana Bergulir.
Pembinaan dan pendampingan dilakukan untuk pengusaha-pengusaha Papua yang berpotensi.
Dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal yang mandiri dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Papua.
Desa-desa di Papua yang berpotensi memiliki kekayaan alam pertanian pun didukung dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki. Misalnya saja, perkebunan kopi di Amungme, peternakan, pertanian dan ketahanan pangan dengan membantu mengelola kebun sagu di kampung Nayaro.
Budidaya kopi Amungme |
Program Kesehatan
Masyarakat kami banyak diajarkan pola hidup sehat. Freeport membantu memberikan fasilitas kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) di dataran rendah dan Rumah Sakit Waa Banti (RSWB) di dataran Tinggi untuk membantu meningkatkan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Sejak ada RSMM yang dibuka pada tahun 1999, kami tidak perlu dirujuk jauh keluar Papua. Karena fasilitas kesehatan di rumah sakit ini cukup memadai dengan peralatan penunjang medis yang canggih.
Ada juga klinik dan pelatihan terkait pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat.
Pembangunan Infrastruktur
Cukup banyak infrastruktur yang telah dibangun sejak Freeport hadir di Papua. Pembangunan jalan, bandara, sarana pendidikan, telekomunikasi, listrik, air bersih, kesehatan dan ekonomi telah dilakukan untuk menunjang operasional Freeport di Papua sekaligus untuk membangun daerah Papua sendiri.
Dengan infrastruktur tersebut, saya dan keluarga dapat hidup dengan lebih layak lagi di kota ini.
Mimika Sport Complex untuk persiapan PON 2020 |