STAY AT HOME MOM : KALIAN HEBAT!!!

Sumber : www.barantum.com

Menjadi working mom memang surga dunia, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk bisa meraih surga akhirat tentunya, insyaAllah.

Sekali lagi, menjadi working mom atau stay at home mom itu PILIHAN. Tidak ada yang boleh men-judge salah satunya adalah yang paling baik. Karena apapun pilihannya, pasti ada sebab dan musabab yang menjadi dasarnya.


Masing-masing pilihan punya tantangan dan konsekuensi.

Saya yang notabene seorang ibu bekerja, sering mengalami drama dan dilema yang disebabkan oleh kegalauan akan anak-anak dan keluarga.

Cuti melahirkan yang segera berakhir, anak yang tiba-tiba sakit, harus ke luar kota demi pekerjaan, harus pulang malam saat ada lembur tiba-tiba, adalah sekian banyak drama yang saya maksud di atas.

Belum lagi saat scrolling media sosial, sedang ramai membahas antara pro kontra ibu bekerja. Sama halnya seperti membahas pro kontra ASIX VS SUFOR dan PRO-VAKSIN VS ANTI-VAKSIN. 

Nggak habis-habis rasanya. Saling menyudutkan. Saya langsung merasa bad mood membaca komentar jeleknya.

Baik yang pro maupun anti, saling mengomentari tanpa peduli perasaan lawannya. Padahal belum tentu saat dihadapkan dengan pilihan yang mengharuskan mereka untuk memilih pilihan yang didebatkan sebelumnya, mereka akan tetap pada pilihan itu.

Saya sendiri sering merasa menjadi ibu yang paling tega dan jahat sedunia karena memilih untuk bekerja. Bolak-balik ketik surat resign, tapi selalu ada saja yang mengingatkan akan alasan awal bekerja. Pada akhirnya bolak balik juga menutup file surat resign yang sudah saya ketik sebelumnya. 

Dasar mamak nggak konsisten nih, hehe.

Lalu, apakah hanya saya yang merasakan hal itu?

Sepertinya hampir setiap ibu bekerja akan merasakan drama, dilema atau kegalauan sama seperti yang saya rasakan.

Saat jiwa merasa terpuruk, biasanya saya akan ngobrol dengan suami agar mendapat kekuatan tambahan menghadapi kegalauan yang ada. 
Alhamdulillah punya suami yang selalu mengingatkan dan menguatkan. Walaupun dengan kalimat : “Mamak yakin mau resign? Bisa-bisa nanti merepet aja kerja mamak di rumah.”

Lah,, ini cara menguatkan yang aneh.

Nggak sopan banget, tapi emang bener yang dia bilang.  Malah ampuh untuk membuat saya berpikir ulang untuk resign. Dirimu memang paling mengerti diriku cintahhh… wkwk

Dengan pilihan untuk tetap bekerja, saya sering iri loh ama ibu yang rumah tangga tulen.

Bisa mengurusi seluruh pekerjaan rumah tangga dari pagi sampe pagi lagi (24/7, kalah McD).

Baru tidur saat anak dan suami udah tidur.

Bangun paling pagi dan menyiapkan semua kebutuhan suami dan anak-anak, dari sarapan hingga perlengkapan sekolah.

Menghadapi cucian dan setrikaan yang menggunung. Cuci yang satu, nambah lagi yang lain. Nggak habis-habis lah pokoknya.

Sabar menghadapi tingkah anak-anak yang beragam dan bikin esmosi tingkat tinggi.

Ditambah lagi ibu-ibu yang juga aktif berkomunitas, berdagang, bisa tetap produktif dari rumah.

Kalian AMAZING!!!

Rumput tetangga memang selalu keliatan lebih hijau.

Mungkin suatu saat saya berani mengambil pilihan resign dan menjadi ibu rumah tangga tulen.

Mengikhlaskan diri untuk jadi ibu dan istri yang mengurus keluarga dan sehari-hari di rumah.

Menjadi ibu yang benar-benar madrasatul ula untuk anak-anak saya.

Eh,, momen itu kayak nya udah mau abis seiring anak saya yang beranjak besar.

Lah, terus gimana dong?

Tetap harus saya hadapi karena ini pilihan saya saat ini.

Semoga Allah tetap membimbing saya agar bisa menjadi ibu yang selalu dekat dengan anak-anak saya walaupun saya bekerja di luar rumah.

No comments

Post a Comment