Siapa sih yang nggak mau mandiri
dan menghasilkan duit dari jerih payah dan usaha sendiri? Mungkin ada. Tapi
saya rasa kebanyakan orang, termasuk istri dan ibu, pasti akan bahagia jika
bisa melakukannya. Termasuk saya tentunya.
Dulu itu saya ingin bisa bekerja
di perusahaan multinasional, digaji tinggi, bisa bekerja sambil keliling
wilayah nusantara, luar negeri kalo bisa.
Namun jalan yang dikasi Allah
ternyata berbeda dengan harapan saya. Setahun setelah saya lulus kuliah dan
sempat bekerja sebagai auditor di salah satu kantor akuntan publik ternama di Indonesia,
saya memutuskan untuk menikah dengan lelaki yang sudah lama menunggu saya.
Banyaknya waktu yang dihabiskan
untuk bekerja sebagai auditor, membuat saya memutuskan untuk resign dan mencari
pekerjaan baru yang waktunya lebih ramah untuk keluarga.
Saya pernah menjadi CPNS selama
beberapa bulan, sampai akhirnya memutuskan untuk pindah kerja ke salah satu
BUMN. Pada akhirnya,, saya tetap memutuskan untuk bekerja.
Nggak bisa dipungkiri, bekerja di
kantor adalah Me Time terbaik untuk
saya. Bisa mengembangkan kemampuan diri, mencoba hal-hal baru, menyelesaikan
target pekerjaan yang diberikan bos, adalah sekelumit hal yang membuat bekerja
di luar rumah menjadi hal yang sering diidam-idamkan para wanita.
Suatu kebahagiaan yang haqiqi bisa
membuat bos senang dengan hasil kerja kita. Semacam pembuktian kalo diri ini
mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Nggak kalah lah ama orang
lain.
Mau beli baju, sepatu, skincare,
ke salon bisa pakai uang sendiri. Belanja onlen tinggal klik sana klik sini, nggak
harus menunggu transferan suami. Bahagia sekali rasanya. Jalan kesana kemari
pun bebas, nggak harus mikirin anak yang merengek minta beli mainan atau nempel
terus kayak perangko.
Belum lagi saat harus melakukan
perjalanan dinas. Bisa naik pesawat, tidur di hotel, belajar sambil jalan-jalan
tanpa mengeluarkan uang pribadi.
Kebayang dong panggilan jiwa saat
menerima kerjaan dengan deadline dari pak bos.
Saat bendera promosi
udah melambai-lambai di depan mata, menawarkan kenikmatan dunia berupa
peningkatan rupiah yang akan masuk ke rekening. Dibarengi dengan seabreg tantangan
dan tanggung jawab yang mengekor. Ahh,,, dunia...
Lagi jenuh ama kerjaan?
Tinggal ngajak teman-teman ngopi
sekelak, ketawa ketiwi dan tanpa sadar mengghibahi atasan dan rekan-rekan
kerja, trus ketawa lagi sampai jenuhnya hilang dan siap bekerja kembali.
Banyak hal yang dijadikan alasan
seorang ibu memilih menjadi working mom.
“Pengen bantu suami supaya tidak
terlalu terbebani dengan tuntutan kebutuhan ekonomi.”
“Pengen menyenangkan orangtua.”
“Pengen menerapkan ilmu yang udah
didapat sepanjang sekolah dari eSDe sampai kuliah agar bisa lebih bermanfaat untuk orang lain.”
Endebra endebre….. banyak sekali
alasannya. Ada yang mo menambahkan??
Jawab dalam hati aja ya gaes..
Apapun yang menjadi alasannya,
saat kita menjatuhkan pilihan apakah menjadi working mom atau ibu rumah tangga
tulen (stay at home mom), kita harus
paham akan konsekuensi yang harus dihadapi.
Selama ini banyak yang menjadikan
ibu bekerja di luar rumah itu menjadi suatu polemik dalam rumah tangga. Karena
pada dasarnya kewajiban mencari nafkah itu ada di suami.
Kewajiban utama
seorang istri dan ibu adalah di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah yang nggak
ada habisnya selama 24 jam / 7 hari, menjadi madrasatul ula untuk anak-anaknya.
(Baca juga : Stay at Home Mom : KALIAN HEBAT!!)
(Baca juga : Stay at Home Mom : KALIAN HEBAT!!)
Jadi, apakah salah jika seorang
ibu memilih untuk menjadi working mom?
Nggak dong. Itu PILIHAN!!! Selama
suami ridho, tanggung jawab di rumah tetap dijalankan dengan baik atau minimal
ada khadimat yang bisa diarahkan untuk menjaga anak-anak selama ibu bekerja di
luar rumah.
Siapa tau dengan bekerja di luar
rumah, saat tiba waktunya di rumah, si ibu akan lebih bahagia menjalani
perannya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah menjaga
keseimbangan antara kehidupan di luar rumah dan di dalam rumah.
Jangan sampai anak atau suami lebih dekat dengan khadimat daripada ibu atau istrinya sendiri.
Menjaga
keharmonisan dan kedekatan hubungan dengan suami dan anak juga menjadi kewajiban
utama seorang working mom.
Lalu, bagaimana caranya agar
seorang working mom bisa tetap dekat dengan suami dan anak-anak?
Berikut cara yang biasa saya lakukan :
- Menciptakan waktu yang berkualitas dengan suami dan anak-anak ketika di rumah. Jauhkan pikiran dari pekerjaan yang masih belum selesai di kantor, makan bersama di satu tempat, membaca buku, ngobrol bareng dan melakukan aktivitas bersama lainnya.
- Jauhkan smartphone, gadget atau gawai lainnya yang dapat mengalihkan fokus dari keluarga saat kita sedang bersama mereka.
- Tetap usahakan hadir di waktu-waktu yang berharga. Misalnya acara sekolah yang mengundang orangtua atau acara kantor suami yang mengundang istri untuk mendampingi.
- Menemani anak belajar saat akan menghadapi ujian.
- Peka akan kebutuhan suami dan anak akan kehadiran istri atau ibu di dekatnya. Nggak boleh cuek untuk kebutuhan yang satu ini.
Sampai sekarang saya selalu berusaha untuk bisa mengantar anak saya ke sekolah. Sepanjang perjalanan menyuruh si sulung untuk muroja'ah jadwal hafalan suroh nya.
Alhamdulillah walaupun saya working mom, anak-anak tetap bisa dekat dengan saya. Malah kalau saya ada jadwal ke luar kota, mereka masih suka mewek yang otomatis juga buat mamaknya ini galau dan pengen resign. #eh
Lalu, apakah
menjadi seorang working mom akan selalu bahagia sepanjang masa? Eittss,, jangan
salah. Banyak juga
lho dilemanya.
Ahh,, masa' sih? Coba baca di cerita saya selanjutnya tentang mamak galau yang pengen resign
With Love,
-Mamak -
-Mamak -
ya ya.. perempuan memang kudu punya sarana pengembangan diri yg ga boleh berhenti. belum mamak2 sih, tapi kerja itu buatku juga akan jad prasayarat kalau mau menikah.
ReplyDeletetapi aku sendiri udah resign dari kerjaan sih 5 tahun lalu sih, mbak. ya maksudnya kerja, artinya kerja apapun, ta berarti ngantor..
Semua itu pilihan mbak. Yang penting dinikmati, termasuk drama2 nya😁
DeleteBenar! Pilihan Dan tentunya semua pilihan itu selalu punya plus minusnya sendiri. Yang penting ketika menjalaninya Kita tetep harus happy. Karena happy mom happy family. Hahaha.. Btw , terkadang rindu bekerja lagi buat me time. Cuma apalah aku musti duduk manis di rumah dulu urus anak. Hehe
ReplyDeleteNikmati dulu jaga anak mbak. Ntar ada waktunya kok😊
DeleteMau jadi Working Mom atau Stay at Home Mom, keduanya sama-sama pilihan hidup. Nggak ada yang lebih baik satu sama lain. Itu kan hanya judul, ya. Bagaimana kualitas yang diberikan kepada keluarga, kita nggak tahu. Bisa jadi kita merasa sudah sempurna dengan mengurus anak dan rumah saja, tapi ternyata ibu bekerja tetangga kita lebih punya waktu berkualitas dalam menemani putra-putrinya belajar. Atau sebaliknya, kita merasa jadi perempuan mandiri dengan bekerja, tapi ternyata tetangga kita yang jadi IRT rajin berdagang sehingga dompetnya nggak pernah kehabisan lembaran uang merah.
ReplyDeleteKehidupan setiap rumah berbeda-beda. Tinggal fokus saja sama pilihan diri sendiri, ya kan?
Bener mbak. Kalo terus2 membandingkan hidup kita ama tetangga mah, nggak abis2 ya jadinya, hehe..
DeleteSemua memag kembali pilihan ya, Mbak. Dan kalau kita bahagia dengan pilihan kita, kenapa tidak. Apalagi kalau kita bisa menjalani semuanya dengan baik. Termasuk menjadi seorang ibu yang juga bekerja. Dan Mbak Devi keren sudah menemukan tipsnya. Jadi semuanya dilalui dengan enjoy dan bahagia.
ReplyDeleteInsyaAllah mas bambang. Saya juga masih terus belajar.
DeleteSaya senang kl melihat seseorang yg bahagia dg pilihannya. Itu namanya dewasa. Kita yg memutuskan, kita yg menjalani, insyaallah kl kita berbahagia, bs menularkannya pula ke org lain
ReplyDeleteBisa menularkan kebahagiaan ke orang lain itu rasanya sesuatu ya kak Mia...
DeleteIya dong,, Senang Melihat orang lain Senang, hehe... Soalnya kl kita happy, auranya ke mana²...
DeleteAda perasaan sedih yang kutangkap saat emak mendengar keputusanku yang akan berhenti kerja setelah menikah. Baginya aku adalah anak berprestasi yang mumpuni di dunia kerja. Dan aku dilihatnya sebagai anak yang mudah mendapat pencapaian dalam berkarir seandainya memilih untuk tetap bekerja.
ReplyDeleteTapi kemudian dia ridho meskipun aku harus si rumah. Kemudian dia mulai mengerti bahwa ada nilai yang tak dapat ditukar dengan posisi dan juga mata uang kalo aku mengejarnya.
Ibu bekerja, kalian pun hebat!
Icha hebat, stay at home mom dengan anak 5. InsyaAllah calon penghuni surga. Amin.
DeleteBener mba aku salut lho ama ibu bekerja. Tapi setelah pulang ke rumah. Mereka langsung mengambil pengasuhan anak mereka. Jadi anak-anaknya itu tetap lebih deket ama ibunya daripada ama pengasuhnya. Soalnya suka sedih juga kalau denger cerita anak-anak lebih deket dan sayang ama pengasuhnya daripada ama ibunya sendiri karena kurangnya terjadi bonding ibu dan anak. Semangat ya mba
ReplyDeletemakasi mbak.. Sama2 semangat kitaaa.. :)
DeleteAku yakin sih pasti endingnya jg bakal banyak galaunya. Kakak aku jg gitu. Keponakan aku lahir (alias anak pertamanya), dia galau dan resign. Sekarang anaknya udah agak besar beranikan diri buat kerja lg. Tp yah semoga bisa ttp bertanggungjawab sbg istri dan ibu. Buat siapa pun perempuan yg kerja deh, hehe.
ReplyDeleteMakasi doanya bang..
DeleteSelagi mampu menjalankannya, terus suami istri saling ridha dan gotong royong nggak masalah. Apalagi kemudian seluruh keluarga merasakan bahagia, kan?
ReplyDeleteAlasan pertama yaitu membantu suami dan alasan kedua menyenangkan orangtua, adalah alasan yang klise tapi sangat benar. Selain menyenangkan diri sendiri, tentu. Bekerja berarti memiliki uang pribadi, dapat fasilitas dsb dsb.
ReplyDeleteTapi jujur, ini bukan panggilan hati saya. Saya memilih di rumah dan bahagia dengan peran ibu rumah tangga.
Tetap ikuti panggilan hati.. the best lah mbak nya.. :)
DeleteIbu bekerja atau stay di rumah, keduanya sama-sama hebat ya, Mbak. Akupun pernah merasakan galaunya jadi ibu bekerja selama 12 tahun, hihi nanti kalau si bungsu dah besaran, pengen si kerja lagi
ReplyDeleteNikmati yang sekarang dulu ya mbak..
DeleteIstriku sebekum menikah denganku juga bekerja mbak. Dan setelah menikah break dulu gak berkerja apalagi setelah punya anak. Saya kasihan makanya saya suruh ikut beberapa kegiatan biar enggak jenuh.
ReplyDeleteTapi apapun pilihan, keduanya adalah pilihan yang hebat baik ibu bekerja maupun yang berkarya di rumah.
Yes yang penting suami ridho, anak juga gpp ibunya kerja gak masalah dinikmati aja :D
ReplyDeleteEnak lho bekerja soalnya kita punya penghasilan sendiri. Di kantor atau di rumah gak masalah yang penting kita punya cara buat aktualisasi diri syukur2 bantu eonoi keluarga ya mabk :D
Working home mom dan stay at home semuanya adalah pilihan, yg penting keluarga tetap nomor satu
ReplyDeleteSepertinya saat ini, hampir semua ibu mau menjadi working mom ya. Apalagi kalau anak2nya sudah pada besar. Paling tidak sudah SD kelas 2. Si ibu pasti sudah tidak banyak kegiatan lagi
ReplyDeletesepanjang punya anak, awak ada sekali kerja jadi konsultan kementerian kehutanan.
ReplyDeletealhamdulillah waktunya fleksibel, karena aku satu2nya perwakilan dari medan. ngantor di rumah, ke dinas kehutanan sumut pun aku bawa anak. pergi menjelajah kota dan kabupaten di sumut yang masih ada hutannya pun anak tak lupa dibawa... gak lupa bawa yang jaga juga, biar pas emaknya kerja, anak ada yang ngawasin. pernah bawa suami, suami pun cuti untuk kawani awak kerja. pernah bawa oppung juga, sekalian balek kampung karena pas itu ada kerjaan ke panyabungan, sekali tanda tangan dua tiga pulau terbeli heheheh
Wah,,, pernah juga kak vi. Dinas luar dv pernah bawa anak, suami, ama neneknya. Heboh lah pokoknya. Tapi sejak udah nggak ASI eksklusif lagi, jadi bisa agak fleksibel ngatur waktunya.
DeleteEmpat jempol buatmu Mak,bisa eksis sebagai mamak dan karyawan disegala kesempatan
ReplyDeleteEmpat jempol juga buat seluruh mamak-mamak di dunia mbak..
DeleteYang penting bisa ngatur waktu terbaik dengan keluarga. AMin.... Aku selalu support setiap orang dengan pilihannya. Semangat mbak, semoga istiqamah
ReplyDeleteMakasi doanya mas faisol..
DeleteIya kak saya juga mau belajar mengatur waktu seperti kakak, saya juga tipe wanita yang mandiri terimakasih banyak kak sangat membantu.
ReplyDeleteIntinya keseimbangan dan bisa mengatur waktu dan hati mbak :)
DeleteYg paling susah ya mengatur waktu. Dl aq pun kerja, awal nya selelu keteteran sm pekerjaan, seiring berjalan nya wakfu mulai terbiasa membiasakan diri dan belajar disiplin waktu. Selagi masih bs menjalan kan nya dan enjoy, mk lakukan lah ...
ReplyDeleteBener sekali mbak kesih..
DeleteAku juga menjadi working mom, dan aku jalanin dengan happy. Yes bisa nganter anank sekolah.
ReplyDeleteBahagia yang receh2 ya antar anak sekolah ya mbak, hehe..
Deleteish tulah semua kudu diatur..yg salah slama ni kan krn gk seimbang antar rumah dan kantor. smua pilihan punyabkonsekuensinya kan kka smoga smuanya jadi lebih baik di tahun 2020 ya kak aamiin
ReplyDeleteAmin kak.
DeleteKalau saya alasannya apa jadi working mom? Emm ... sebetulnya lebih ke arah hiburan sich, tapi tak dipungkiri juga pingin beli-beli kebutuhan sendiri itu nggak minta jatah suami, hehe ...
ReplyDeleteWuah, benar-benar sosok wanita tangguh. Saya walaupun belum menikah sering kalap membagi waktu antara membersihkan rumah dan tugas kuliah. Masih kudu lebih banyak belajar lagi.
ReplyDeleteMenjadi ibu pekerja maupun ibu rumah tangga adalah pilihan. Semua ada plus minusnya. Tak usah saling sindir, smua ibu hebat. AKupun sebenanrnya ingin mengajar kembali tapi situasi saat ini belum memungkinkan.
ReplyDeleteKeluarga number uno...
ReplyDeleteSehat terus ya
Zaman sekarang memang perempuan juga harus punya penghasilan sendiri, ga harus andalkan uang suami. Agak lbh repot memang jadi working mom, kudu lebih strong.
ReplyDelete