Tadi malam hujan mengguyur kota Medan. Seperti biasa waktu malam hari kami habiskan untuk bermain bersama anak-anak di dalam rumah. Maklum aku dan suami bekerja. Saat kami bekerja, ada khadimat yang biasa kami panggil Nek Endut yang mengasuh anak-anak.
Menjelang tidur,
biasanya aku membacakan atau sekedar bercerita ringan dengan anak-anakku.
Alhamdulillah walaupun aku bekerja di luar rumah, mereka lebih suka bersamaku
saat aku pulang dari kantor. Mungkin karena hubungan psikologis yang selalu aku
jaga walaupun aku tidak bersama mereka selama 24 jam setiap hari.
Capek? Pastinya. Makanya
balasan yang dijanjikan kelak adalah surga. Kalau enak-enak aja, paling cuma dapet piring cantik
seadanya.
Sejak dulu aku termasuk orang
yang cuek dengan penampilan. Termasuk perawatan kulit dan kecantikan. Suamiku
pun nggak pernah berkomentar dan menyuruhku untuk melakukan hal itu sekalipun
hanya untuk ke pesta atau acara resmi lainnya. Baginya, kecantikanku ya hanya
untuknya. Dia akan cemburu sekali jika ada orang yang memuji aku cantik di
depannya. “Rasulullah itu pencemburu lho, wajar kalo ayah begitu”, itu yang
selalu dikatakannya. Pemikirannya yang selalu membuatku jatuh cinta padanya.
Belakangan ini aku
melihat wajahku yang terlihat kusam. Mulai ada bintik-bintik hitam kecil di
wajahku. Aku pun mencoba untuk berubah dan melakukan perawatan sederhana selain
sabun cuci muka yang selalu aku gunakan setiap hari. Aku menambah penggunaan
face toner, krim siang dan krim malam. Aku berusaha untuk konsisten menggunakan
ketiga produk itu setiap hari. Dan aku mulai merasa nyaman dengan kulit wajah
yang lebih enak dilihat. Lengkapnya bisa dibaca disini.
Malam tadi, setelah
anak-anak tidur kami ngobrol seperti biasa. Untuk ke sekian kalinya, dengan
maksud menggoda suami tercinta, aku bertanya padanya, “Tambah cantik nggak muka
mamak?”
Mukanya langsung berubah
dan mulutnya melontarkan kalimat yang aku nggak pernah duga. Dia menjawab, “Mamak
kok berubah? Jadi lebih memperhatikan penampilan?”
“Memangnya salah ya?”,
aku bertanya lagi.
“Ya nggak apa-apa sih.
Asal niatnya diluruskan aja. Cuma untuk ayah lho”, jawabnya.
“InsyaAllah ini untuk
ayah kok. Dan untuk diri mamak sendiri. Memang lebih nyaman sih ama muka mamak
yang sekarang. Terasa lebih bersih.” Jelasku padanya.
“Ya udah lah nggak
apa-apa. Cuma… ayah rindu mamak yang dulu. Mamak yang nggak pernah peduli ama perawatan.
Nggak harus pake kapas yang bertoner dan krim muka sebelum tidur.”
Aku pun tersenyum manja
padanya. Dan langsung bilang, “Makasi ya sayang, udah suka mamak apa ada nya.
Nggak pernah menuntut ini itu terkait muka dan penampilan. Selama itu syar’i,
ayah malah lebih suka ngeliatnya.”
Dalam hati aku bersyukur
udah diberi suami penyayang dan pencemburu. Mendasarkan rasa cemburunya pada sikap
cemburu Rasulullah.
Al Ustadz Salim A Fillah di dalam Bahagianya Merayakan Cinta menuturkan kecemburuan salah satu sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Ialah sahabat mulia Sa’ad bin Ubadah yang berkata, “Jika aku melihat seorang laki-laki bersama istriku, tentu akan kupukul dengan pedang hingga ia tidak bisa mengeluarkan suara lagi.”
Kemudian kalimat Sa’ad bin Ubadah ini dilaporkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam untuk diminta keterangannya. Apakah kalimat tersebut dibolehkan, dianjurkan, atau termasuk dalam kategori berlebihan.
Ternyata, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumallahu Ta’ala, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam justru berkata, “Apakah kalian heran dengan perkataan Sa’ad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripada dia dan Allah Ta’ala lebih cemburu daripada aku!”
Dan sekarang aku
bingung, mau dilanjutin nggak perawatan wajah yang selama dua bulan ini udah aku
lakukan. Nanti kalo aku tambah cantik, bisa banyak laki-laki melirik mamak beranak 3 dan bersuami pencemburu ini.
Pake cadar mak!!!!
Haishhh,,, kalo yang ini
mamak belum sanggup.
Subhanallah banget ya mba suaminya. Semoga sehat selalu ya mba dan keluarga, salam kenal.
ReplyDeleteSalam kenal mas. Semoga kelak mas dan istri bisa lebih dari kami juga. Doakan kami istiqomah.
Delete