Anak : Rejeki dan Ujian dalam Satu Paket


Menjadi orangtua adalah suatu nikmat yang diberikan oleh Allah. Nikmat yang butuh proses belajar sepanjang sisa hidup. 
Siapa yang tidak bahagia saat diberikan rejeki seorang anak? Di saat banyak orang yang diberi keterbatasan untuk memiliki anak, harus mengeluarkan usaha dan uang yang tidak sedikit. Belum lagi sakit yang dirasakan selama prosesnya.

Saat orangtua merasa anak itu adalah nikmat, sadarkah kalau anak juga merupakah ujian dari Allah?

Q.S Al Kahfi : 46

Q.S Al Hadid : 20

Jelas sekali disebutkan dalam Al Qur’an bahwa anak adalah ujian, ujian keimanan dan ketakwaan.

Dimulai dari calon ibu yang mengandung anak selama kurang lebih 9 bulan. Merasakan tidak enak tidur, tidak enak makan, aktivitas terbatas karena cepat lelah, itu adalah ujian pertama saat akan jadi orangtua yang dititipkan anak.

Dilanjutkan saat ibu akan melahirkan, ia harus berjuang menahan rasa sakit agar anaknya dapat lahir dengan selamat. Belum lagi adanya risiko babyblues yang jika tidak disikapi dengan baik, akan membuat psikologis si ibu jatuh dan dapat menimbulkan trauma. 

Suami juga diberi ujian kesabaran menghadapi istri yang berjuang untuk melahirkan dan menjaga kondisi psikologis setelah melahirkan.

Tidak cukup hanya itu. Kebahagiaan dan ujian akan selalu datang beriringan, seperti satu paket saat dititipkan seorang anak. Menemani tumbuh kembang anak juga memiliki ujian tersendiri ketika tidak sesuai ekspektasi. 
Ditambah lagi dengan tekanan dari lingkungan, secara tidak langsung sering membuat para orangtua menjadi tidak nyaman. Pada akhirnya mengusahakan sesuatu yang bisa jadi malah memaksa anak.

Ahhh… masuk ke poin pemaksaan terhadap anak.

Sadar atau tidak, orangtua sering melakukan hal ini. Mungkin setiap hari.

Namun yang harus disadari adalah cara yang dilakukan tidak boleh melukai psikologis anak karena fitrahnya anak memang masih perlu belajar. Orangtua mengajari anak sesuatu, tapi ia sendiri tidak pernah konsisten mencontohkan bersama anak. 

Saat makan misalnya, orangtua mengajarkan anak untuk mencuci tangan terlebih dahulu, membaca Bismillah, makan dengan tangan kanan, kunyah makanan perlahan dan makan sambil duduk. Kenyataannya orangtua sendiri pun sering lupa, minimal satu atau beberapa ajaran itu. Bayangkan apa yang dipikirkan anak saat itu terjadi? Dia akan bingung karena orangtuanya sendiri tidak konsisten.

Belajar juga begitu. Orangtua menyuruh anak belajar, tapi orangtua tidak menemani. Malah menonton tv atau main hp di depannya. Jika anak ikut nonton, orangtua malah marah-marah dan menyuruh anak untuk menyelesaikan belajarnya. 
Kenapa nggak malah berpikir untuk menemani anak belajar hingga selesai, setelah itu menonton bersama? Lebih bijak sepertinya.

Satu contoh lagi yang sedang hits di kalangan orangtua. Menginginkan anak menjadi penghafal Al Qur’an, namun mereka sendiri tidak memaksakan diri untuk menghafal Al Qur’an atau minimal rutin membaca Al Qur’an di depan anak-anak. 

Rela memasukkan anak ke sekolah hafalan dengan bayaran yang cukup fantastis, namun lupa kalau salah satu kunci utamanya adalah orangtua dan lingkungan keluarga di rumah harus selaras dengan keinginan itu. Anak-anak belajar dari bahasa IBU, sudahkah bahasa ibunya di rumah sering melantunkan ayat-ayat Al Qur’an yang ingin dihafal?

Belum lagi tipe anak tidak dapat disamakan. Ada yang diberkahi Allah dengan kemampuan menghafal yang baik, tinggal dituntun untuk dapat menghafal Al Qur’an dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan si anak. 

Ada juga yang bukan tipe penghafal, cenderung ke penikmat kegiatan seni dan kreatif yang tidak bisa dipaksa dengan target. Jangan heran jika orangtua memaksakan untuk memasukkan anak tipe itu ke sekolah dengan target hafalan yang cukup padat, anak akan menjadi seperti “mayat hidup” yang tidak dapat menikmati kehidupan anak-anaknya.

Ibarat ikan yang dipaksa untuk terbang, atau kancil yang dipaksa berenang. Mati tenggelam atau bertahan dengan kesedihan.

Semua yang diberikan orangtua ke anak pasti niat awalnya demi kebaikan, baik untuk anak maupun orangtua itu sendiri. Terkadang orangtua ingin membuat anaknya berprestasi di sekolah, selain untuk memberikan nama baik untuk anak, juga dapat memberikan prestise tersendiri di kalangan orangtua lainnya. 

Ini juga yang merupakan ujian yang disebutkan Allah di Al Qur’an. Bersikap terlalu bangga atas pencapaian anak, padahal itu juga adalah nikmat yang diberi Allah untuknya. Berbangga hati wajar, namun jangan berlebihan dan lebih diarahkan ke syukur kepada Tuhan.

Karenanya orang tua perlu belajar ilmu pengasuhan. Baik dengan membaca maupun mengikuti kelas tertentu. Agar dapat mempersiapkan diri menghadapi paket rejeki dan ujian dari seorang anak yang dititipkan.
Semoga kita termasuk orangtua yang dapat mempertanggungjawabkan titipan itu kelak di hadapan Tuhan.

Jadi,, masih mau terima paket lengkap rejeki dan ujian dari Allah?? Sulit… Tapi ingat, hadiah yang dijanjikan adalah surga. Kalau mudah, mungkin cuma dijanjikan piring atau payung cantik semata.


26 comments

  1. Saya tertegun membaca kembali makna QS Al Hadid:20. Kehidupan dunia itu salah satunya saling berbangga dan berlomba pada banyaknya kekayaaan dan keturunan. Subhanallah,, serasa diingatkan kembali. Hidup ini bukan soal banyak²an jumlah harta dan anak, karena itu ternyata bisa menjadi kesenangan yg menipu. Tfs Mak Dev.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, ini reminder juga buat dv. Takut terlalu bangga ama anak, jatuhnya dosa juga ternyata.

      Delete
  2. Benar sekali kak, memiliki anak itu adalah rejeki dan juga ujian bagi kita sebagai orangtua.
    Ujian karena selama memiliki anak maka selama itulah kita akan terus belajar menjadi orangtua yang baik, orangtua yang utuh bagi si anak selama hidup kita sebagai orangtua yang akan selalu belajar.

    Saat ini sudah punya 2 anak sepasang sangat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, kesabaran dalam mendidik serta melihat tingkah laku sang anak, kesabaran dalam mengontrol emosi diri.

    Semangat bagi kita orangtua yang akan terus belajar, belajar dan belajar. :)

    ReplyDelete
  3. Banyak anak banyak rejeki kak 😂👍

    ReplyDelete
  4. Sepaket Dev,
    kecuali koreksi dikit ya..
    Awak merasa Alquran ini diturunkan dalam bahasa Arab agar mudah dimengerti.

    Ada di Al qomar, 4 x Allah mengulang tentang kemudahan Alquran.

    Sebenarnya yang susah menghafal kita orangtuanya. (Itupun karena berlindung di balik gak ada waktu, sibuk urus anak, udah tua, dll)
    Kalo anaknya, InsyaAllah lebih mudah.

    ReplyDelete
  5. iya. ndak usah terlalu bangga2in anak.
    yang penting didik dengan sebaik2nya, hebat atau gaknya anak kita di mata orang lain, terserah penilaian orang. yang kita perdulikan hanya penilaian Allah SWT saja.

    ReplyDelete
  6. ujian ini untuk membuat kita belajar. biar bisa bangkit untuk terus menerus belajar
    aku aja penasaran, gimana aku dan pasanganku mendidik anak kami nanti
    ya semoga baik. aamiin.

    ReplyDelete
  7. Benar sekali, Mbak Devi.
    Anak merupakan titipan dari Allah SWT. Jadi sudah satu paket kita terima. dengan sega kelebihan dan kekurangan masing-masing. dan tetap, setiap anak ada masa-masa saat mendapat rezeki dan bahagia, dan ada masa saat harus bersabar. itulah kehidupan, semua harus seimbang.

    ReplyDelete
  8. Keinget sama keponakan aku yang bilang "Kalau nggak ingin kesusahan gara2 merawat anak, yaudah ggak usah punya anak", kata doi yg masih duduk di kelas 1 MTS.
    Tapi aku juga percaya akan hal itu mbak, Anak merupakan titipan yang mana juga sebagai rezeki, membawa rezeki masing-masing, pun juga ada ujiannya saat proses merawat mereka.
    Soalnya sering banget melihat atau mengetahui pengasuhan anak dari keluarga hingga lingkungan sekitar
    TErima kasih untuk artikelnya ini yahh mbak ^_^

    ReplyDelete
  9. Anak itu emang titipan, kalau titipan kita rawat baik-baik yang menitipkan jadi seneng ya, hehehe.
    Saya selalu menikmati moment apa pun bareng anak-anak dan bundanya anak-anak pastinya.

    ReplyDelete
  10. Memang orang tua masih menjadi contoh anak dalam bertindak dan bertutur. Semoga tetap menjadi orangtua yang amanah. Suka sekali dengan perumpamaan Ibarat ikan yang dipaksa untuk terbang, atau kancil yang dipaksa berenang. Mati tenggelam atau bertahan dengan kesedihan.

    ReplyDelete
  11. Setuju banget, mau menjadikan anak ahli surga mulailah di rumah. Guru dan sekolah itu cuma sekadar pengajar saja .Tanggung jawab akhirat ada pada orang tua.

    ReplyDelete
  12. awak juga gitu kak. kalo misalnya ngerasa sulit untuk menjalankan perintah allah, selalu bilang sama diri sendiri "ce, ini hadiahnya surga ce makanya sulit. Kalo gk sulit cuma dpt kipas angin kecik yg kayak di wartel(warung telfon) itu. hahahhaa

    ReplyDelete
  13. Anak itu amanah yang sangat berat ya mbak. Meski belum punya anak, swy suka juga belajar parenting dan belajar dr cara mendidik orang tua dl. Semoga kita semua diberikan kemudahan menjadi orang tua yang amanah.

    ReplyDelete
  14. Bener banget mbak... Ujian sekaligus rezeki. Campur aduk semuanya. Dan kudu banyakin kuota sabar buat menghadapinya.
    Saya dan istri sedang banyak belajar terkait dengan ilmu parenting dll. Jadi orangtua emang gak ada sekolahnya dan kita kudu belajar setiap saat. Karena surga ganjarannya...

    ReplyDelete
  15. Waduh, tamparan keras, nih,...
    Saya sering melakukannya. Istilahnya jarkoni. Iso ujar ga iso nglakoni. Bilang jangan minum sambil berdiri, tapi sering melakukan. Ngajarin berdoa tapi sering lupa doa sendiri. Aduh....

    ReplyDelete
  16. Terimakasih atas pencerahannya Mbak... kebetulan saya sedang memiliki baby dirumah

    ReplyDelete
  17. Menjadi orangtua pastinya mesti banyak2 bersabar ya mbak ngajarin mereka ke hal-hal yg baik seperti bersyukur dll. Apalagi anak2 suka nyontoh orantua. Keep semangat ya mbak, insyaa Allah pahalanya surga

    ReplyDelete
  18. Aku belum menikah tapi sedang menjalani project yang berkaitan dengan parenting. Menurut ku, teori parenting tidak ada yang benar 100% atau pun salah 100%. Sebab teori tanpa sosok tauladan pun nol besar . Jadi,PR menurut saya itulah PR utama orang tua, menjadi sosok tauladan bagi anak

    ReplyDelete
  19. Ya mbaakk...
    Setelah jadi orang tua otomatis hidup berubah. Namun itu konsekuensi atas pilihan jadi ortu. Trus ternyata tanggung jawabnya gak berhenti di tugas memberi makan dan membesarkan, yg paling berat mengajari anak jadi "orang bener". Bener2 satu paket, semoga sih kita juga bisa jadi ortu "yang bener" agak buah hati yg kita didik ya jd rejeki (membahagiakan).

    ReplyDelete
  20. aku merasa tersentil sekali, sering aku nyuruh anaku belajar tp gak aku temenin. kadang aku temenin sambil nyambi kerjaan rumah yang lain.
    pernah denger kajian juga tentang anak rejeki atau ujian. sang ustadz juga ngejelasin tentang tanggung jawab kita selama sudah di karuniai anak.

    ReplyDelete
  21. Anak rezeki sekaligus ujian. HIks, berat ya kak tanggung jawab sebagai orangtua itu

    ReplyDelete
  22. Aku sering mengamati fenomena itu, mamanya belum bisa lepas dari hp tapi marah ke anaknya kalau main hp atau ikutan ngintip kegiatan emaknya , ntr emaknya marah marah hikss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi pelajaran utk persiapan jadi emak2 ya na, wkwk

      Delete
  23. Bahkan istri dan anak jg jadi ujian bagi kepala keluarga ya kk. Betapa beratnya hidup didunia ini sbnrnya huhu

    ReplyDelete
  24. Wih bener2 ujian nih buatku yg bentar lg mau anak 4, tp positifnya srmoga byk rezeki yaa, hehee

    ReplyDelete