Dari sekian banyak
tulisan tentang anak mamak, si anak tengah adalah yang paling sering dan paling
seru untuk dituliskan dalam sebuah catatan. Bukan karena mamak tidak sayang anak
lainnya, namun lebih ke sisi spesial si tengah yang mamak rasa sangat sulit
untuk mamak pahami. Mood nya yang sering berubah, caranya meminta perhatian
lebih, membuat mamak dan ayah serta orang di sekitarnya seringkali harus
menahan emosi dan mengelus dada. Terlebih setelah masuk TK, hampir setiap hari
terjadi drama pagi hari di rumah kami. Drama yang kadang membuat mamak ingin
tertawa, marah, sedih, hingga hanya bisa berdoa sambil menahan emosi dan air
mata agar mamak tetap sabar dan minta ke Allah supaya anak mamak kelak jadi
anak yang sholehah. Kalah lah drama Maria Mercedes jaman mamak kecil dulu.
Mamak sering mencari
cara yang tepat untuk bisa mendekati hatinya, memeluknya dengan level sayang
yang penuh. Namun apa daya, saat adiknya datang, mamak lagi-lagi harus membagi
kasih sayang dan perhatian untuk keduanya. Masih beruntung si abangnya nggak
ikutan dan udah bisa diberi pengertian.
Walaupun moodnya sering
berubah, namun ia yang paling sering membuat kami terkagum dengan hasil
kreatifitasnya. Dengan hafalan Qur’an yang nggak kami sangka. Padahal kami
belum mengajarkannya khusus.
Kemarin si tengah masuk SD.
Dan pagi tadi, drama kembali dimulai. “Nggak enak SD mak”, begitu ujarnya.
Ayahnya pun langsung nyeletuk, “Baru juga sehari kak, masa’ udah nggak mau
sekolah”.
Alhamdulillah masih bisa
dibujuk untuk tetap sekolah. Mamak ingin sekali dia bisa tambah les di madrasah,
ngaji dekat rumah atau minimal mau setiap hari mamak ajarkan hafalan Al Qur’an.
Namun tiap mamak mulai sounding, yang mamak terima adalah penolakan dari mulut
manisnya. Mamak nggak mau memaksa, tapi tetap berpikir bagaimana cara agar ia mau
mengikuti arahan mamak.
Mamak sempat berdiskusi
dengan beberapa orang teman. Salah satunya ada yang menghadapi anak seperti si
tengah, berbeda dengan tiga saudaranya yang lain. Lebih parah lagi, di TK
pernah pindah hingga empat kali, dan di kelas 3 SD sekarang, sudah empat SD
juga dijalaninya hingga orangtuanya buka sekolah sendiri berbasis homeschooling
dan tahfidz Qur’an dengan melakukan tes Stiffin terlebih dahulu untuk mengetahui
karakter masing-masing anak.
Dari hasil diskusi,
mamak jadi berpikir, apakah dengan tes Stiffin mamak bisa lebih mengetahui cara
terbaik untuk memahami si tengah? Ego mamak sih bilang mamak udah tau tentang
anak sendiri, tapi dengan kondisi sekarang sepertinya masih ada sisi yang belum
bisa mamak pahami. Mamak pernah ditawari tes yang sama sekitar empat tahun
lalu, namun mamak menolak karena menurut mamak hasil tes bukan yang menentukan
sifat dan kepribadian anak. Lingkungan keluarga dan sosial lah yang akan
membentuk kepribadian mereka. Itu juga hasil dari baca-baca di grup parenting
dan tulisan salah satu psikolog dari Universitas Indonesia kala itu.
Untuk detail tes Stifin sendiri juga mamak nggak terlalu paham. Yang mamak tahu tes Stifin itu adalah tes sidik jari dan nanti dapat dilihat apakah hasilnya thinking, intuiting, sensing, atau insting. Arti dari masing-masing hasilnya pun mamak nggak tahu.
Dengan kondisi sekarang,
mamak mulai berpikir kembali. Dan sepertinya akan mencoba tes Stifin untuk si
tengah dan di bungsu. Kok si bungsu juga mak? Ada ketakutan di diri mamak si
bungsu akan seperti si tengah karena mereka sama-sama perempuan. Si tengah
nggak mungkin mamak kembalikan ke masa lalu untuk treatment tepat sesuai
kepribadiannya, namun si bungsu masih memungkinkan sebelum terlambat (kasep
bahasa neneknya..).
Apapun hasilnya nanti,
semoga bisa membantu kami memahami anak kami yang spesial ini. Karena mamak
yakin, tidak ada anak yang dilahirkan dengan fitrah nakal dan bodoh.
Masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Tugas orangtua membantu memaksimalkan kelebihan yang ada pada dirinya agar dapat tumbuh menjadi manusia yang bersyukur dan taat pada Rabb-nya.
Masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangan. Tugas orangtua membantu memaksimalkan kelebihan yang ada pada dirinya agar dapat tumbuh menjadi manusia yang bersyukur dan taat pada Rabb-nya.
Just sharing ya Mak (saya juga sdg mengumpulkan info), kata psikolog Irna Minauli, tes kemampuan, minat dan bakat anak terlalu generik dan terlalu sederhana jika hanya dengan melihat sidik jari saja. Dibutuhkan penilaian keseluruhan aspek seperti aspek kecerdasan, psikotes dan emosi anak.
ReplyDeleteBenar Mak,, makanya dari dulu itu nggak mau ikut tes ini. Tapi sekarang kayaknya aku butuh tes ini sebagai ikhtiar lebih utk memahami gadis spesialku. Bukan sebagai patokan, lebih ke masukan dan saran terkait kepribadian hasil tes nya.
DeleteSaya juga berminat test stifin nin anak.
ReplyDeleteTapi blom kesampaian sampe sekarang..
Sama kak vi..
DeleteBiasanya yang gak tertarik sekolah anak cowok ya mak.. anak mamak ini malah perempuan.
ReplyDeleteAwak jadi penasaran cerita hasil test stifin nya..
Nanti cerita kembali ya mak, gimana kelebihan dan all about stifin
sipp mak.. Jumat kemaren nggak jadi karena aku lagi sakit. InsyaAllah jumat minggu ini.
DeleteKami belum berminat ikut tes ini walaupun tidak menutup kemungkinan mungkin akan melakukannya suatu saat nanti. sekarang masih menggunakan sistem konvensional yaitu pegamatan dulu.
ReplyDeleteduh cewek ya kak, anak tengah biasanya emg lbh freak dibandingkan anak lainnya :))
ReplyDeleteBlum punya anak jdi gk tau apa2 😂😂
ReplyDeleteSemoga setelah menjalani tes Stiffin nanti ada pencelahan untuk pola pengasuhan si tengah dan si bungsu ya Mak..Semangat!! Jadi orang tua memang mesti tetap berusaha memahami karakter masing-masing anak ya...Karena setiap mereka istimewa
ReplyDeleteSaya juga anak kedua mba. Ibu saya sering cerita, dulu waktu kecil saya mah gak bandel. Cuma tingkahnya aja aneh2. Caper banget hahaha. Maklum ya ortu jaman dulu kan kurang informasi ya. Jadinya saya dianggep caper aja gitu. Padahal sesungguhnya saya memang iya caper haha. Masih kecil udh punya adek. Bahkan saya sampai dititipkan ke Bude biar gak terlantar lho haha. Cuma bbrp bln sih. Pas balik udah sadar punya adik, yang dimana kudu ngalah. Kesian ya haha. Ortu juga bingung gimana hadepinnya.
ReplyDeleteBeruntung sekarang informasi sangat banyak (atau kebanyakan ya?!) Jadi orang tua adalah pertimbangan2 khusus menangani kasus caper ini .
Semoga sukses mba segera dapat solusi ya
Makasi mbak.
DeleteMak sori saya mungkin kurang teliti,gak kebaca umur anak berapa.Saya sekadar cerita ananda dulu juga begitu.Karena merasa hepi saya ikut saya kemana - mana gak mau disekolahkan TK A.
ReplyDeleteJangankan masuk ,digerbang aja dia sudah mogok.Waktu itu umurnya 3,5 tahun.Saya coba lagi waktu umurnyasudah 5,5 tahun.Alhamdulilah dia mulai menikmati sekolah.
Umurnya udah 6 tahun 8 bulan mbak,, wkwk...
DeleteTes stifin itu menurut saya bagus juga dilakukan, tapi seorang ibu tetap harus banyak-banyak mencari informasi tentang mengasuh anak. Bukan apa2 sich, hanya supaya kita ada bahan pertimbangan aja saat menghadapi anak. Karena masing2 anak memang unik, sehingga anak meski dengan sifat atau temperamen samapun belum tentu bisa ditangani dengan cara yang sama. Good luck ya bund, yang penting jagan pernah bosan belajar dan terus belajar buat kebaikan anak
ReplyDeleteBener bun, mudah-mudahan mamaknya ini nggak nyerah.
DeleteKok kenapa nggak enak masuk SD. Anakku malah senang banget sekolah, soalnya bisa main sama teman-temannya. Kalau di rumah kan sepi.
ReplyDeleteYa itu mas, tiap anak beda-beda. Kalo sesuai ama karakter anak, bakal dirasa hepi. Tapi kalo nggak sesuai, ya bakal jadi riweuh gini. Makanya saya masih menyelami karakter anak sendiri.
DeleteSaya jujur baru tahu soal tes Stifin ini, Mbak Devi. Duh.. kemana saja saya hahaha.
ReplyDeleteDan memang, setiap anak terlahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Makanya khusus krucil saya, saya berusaha mencari apa kelebihannya, dan apa saja hal-hal yang dia sukai. Saat ada yang memojokkan kekurangannya,tugas saya terus memberi semangat, sambil memaparkan kelebihannya.
Insya Allah seiring waktu, buah hati Mbak Devi akan terlihat apa yang menjadi kelebihannya. Semangat, Mbak Devi.
Makasi Mas. Semoga kita bisa jadi orangtua yang tetap belajar memahami anak agar bisa memberi yang terbaik untuk mereka.
DeleteSaya pernah membaca tentang test stifin, meskipun masih banyak pro dan kontranya tapi tidak ada salahnya untuk dicoba. Atau mgkn bisa juga dibawa ke psikolog atau klinik tumbuh kembang. Karena setahu saya ada beberapa cara untuk tahu bakat dan potensi anak. Ditunggu cerita berikutnya mak..
ReplyDeleteAda juga yang menyarankan langsung ke psikolog, tapi pasti ada jadwal untuk wawancara dan observasi selama beberapa kali. Takutnya anak saya nggak nyaman. Jadi biar tes sederhana aja dulu.
DeleteSemakin canggih ya,alat2 sekarang.kayak Stiffin ini. Dulu mah, ga ada yang kayak ginian
ReplyDeleteKupikir td udah tes hehe.
ReplyDeleteMbak aku lagi mikir2 jg buat ngikutin stiffin. Kmrn di grup HS juga lagi rame bahas stiffin :D Bahkan katanya ada yang bisa dipanggil ke rumah ya?
Cuma emang msh ragu krn pro kontra itu. Kemungkinan sih pilihan terdekatku mau konsul ke psikolog aja gtu ttg perkembangan anak hehe. Kalau misalnya hasil diskusi oke utk stiffin mungkin jg akan kulakukan :D
Belum mbak. Aku juga masih maju mundur nih untuk tes anakku.
DeleteBaru tau ada tes ini dan ternyata bisa ya tahu tentang kepribadian dan kecerdasan juga ya.
ReplyDeleteBtw maaf mba,, kalau bisa nanti tulisannya di pakai paragraf ya kak biar enak dibaca. Mohon maaf sekali lagi.
Makasi masukannya ya mbak.. :)
DeleteSaya juga test Stifin dan saya adalah sensing introvert. Dulu di sekolahku rajin test stifin, sekarang ganti TM alias Talents Mapping.
ReplyDeleteSepertinya emang lagi tren ya tea stifin ini. Di komunitas yang Saya ikuti pada bahas ini, jadinya ikut penasaran juga pengen ikutan tes.
ReplyDeleteSaya baru tau ada tes stifin, dan manfaat melakukan tes ini. Jadi makin penasaran deh sama tes yg satu ini.
ReplyDeleteStiffin penting ya buat anak. Saya denger soal ini sejak lama, tapi belum pernah cari tau mengenainya. Makasih sharingnya Mak.
ReplyDeleteSemoga ikhyiarnya membuahkan hasil ya mak.apapun bentuk tes yang mamak ambil buat memahami anak anaknya
ReplyDeleteBuat tambahan pelajaran buat orang tua, agar bisa mengenali minat dan bakat anaknya, thanks mbak
ReplyDeleteStiffin itu test apa ya mba? Sorry aku memang kurang paham. Soalnya sepanjang tulisan tidak dijelaskan apa itu stiffin.
ReplyDeleteAda saya tulis kalo stifin itu semacam tes sidik jari yang menunjukkan kepribadian mbak. Tapi aku sendiri juga masih blom paham bener detailnya. Kalo udah tes, nanti aku buat tulisan lagi yaa..
DeleteKlo sudah test tulis lagi yah mba.. Aq penasaran sma test siduk jari banyak yg dah coba juga metode ini nih biar qt lebih memehami anak yah
ReplyDelete