SkyCastle : Apa yang Orangtua Harapkan untuk Anak??

Para orangtua di Skycastle
Di penghujung 2018 dan awal 2019 lalu, serial drama Korea bergenre keluarga ditayangkan di stasiun tv JTBC. Pemerannya bisa dibilang tidak terlalu familiar, bukan tergolong pemain muda, lebih tampak seperti umur 35-an ke atas. Drama ini cukup membuat mamak tercengang, karena di episode-episode awal tidak terlalu terdengar gaungnya. Namun menjelang pertengahan, ratingnya perlahan tapi pasti semakin meningkat, bahkan konon katanya serial ini menjadi drama Korea dengan perolehan rating tertinggi di tv kabel Korea dalam sejarah.

Mamak yang aslinya memang penggemar drama Korea pun menyempatkan diri untuk membaca sinopsis nya, episode demi episode. Maklum, sejak memiliki anak mamak benar-benar memberhentikan aktivitas nonton drama Korea di rumah. Kalau pun pengen banget, mamak sempatkan baca sinopsis saat kerjaan di kantor sudah selesai.

SkyCastle sendiri merupakan nama dari komplek perumahan yang diisi oleh keluarga dengan latar pendidikan dan profesi yang baik. Bisa dibilang kaum elite lah. Drama ini menceritakan mengenai empat keluarga dengan latar belakang profesi sang ayah adalah dokter dan dosen yang sukses di karirnya.

Di episode pertama, diceritakan beberapa orangtua yang tampak ambisius sekali dalam mempersiapkan masa depan anak-anaknya. Sebagian besar mereka ingin anaknya kuliah di jurusan kedokteran universitas paling top di Korea. Persiapan itu bahkan ada yang dimulai sejak anak-anaknya masih di sekolah dasar. Anak-anak sudah diarahkan untuk bisa kuliah di jurusan kedokteran. Myung Joo, seorang ibu yang memiliki seorang anak laki-laki semata wayang, menjadi bahan perbincangan karena anaknya berhasil masuk jurusan kedokteran universitas impian para orangtua, melanjutkan karir para ayah mereka. Beberapa ibu, termasuk Han Seo Jin, ingin meminta resep dari Myung Joo agar kelak juga bisa membuat anaknya yang masih SMA (Kang Yeo Seo) masuk juga ke jurusan kedokteran di universitas yang sama. Bahkan Seo Jin sampai membuat pesta khusus untuk Myung Joo dan anaknya.

Di episode kedua, diketahui Myung Joo bunuh diri di dekat rumahnya tak lama setelah pesta. Semua pun heran, hidupnya tampak sempurna dengan suami yang karirnya cemerlang, anaknya yang pintar dan sesuai harapannya. Lalu kenapa Myung Joo bunuh diri?

Seakan tidak mau tau penyebabnya, Seo Jin mencari “resep” Myung Joo, mencari pelatih (atau lebih tepatnya mentor) wanita yang dulu pernah melatih anak Myung Joo hingga akhirnya masuk ke jurusan kedokteran. Walaupun sempat membatalkan kontrak mentor karena Seo Jin mengetahui bahwa pelatih tersebut (Pelatih Kim) menjadi salah satu penyebab Myung Joo bunuh diri, akhirnya ia memohon kembali agar Pelatih Kim mau menjadi mentor anaknya, Yeo Seo.

Semakin banyak episode yang ditayangkan, penonton semakin disuguhkan akan ambisi beberapa orangtua agar anaknya dapat menjadi seperti yang mereka inginkan. Mereka seakan tidak mau tau apakah anak mereka suka atau tidak menjalani serangkaian kegiatan akademik yang mereka rancang lewat pilihan sekolah dan bimbingan belajar yang dinilai paling baik menurut mereka. Ya, menurut mereka, bukan menurut anak-anak yang bakat dan minatnya jelas berbeda-beda.

Terkuak kenyataan satu per satu bahwa hal yang selama ini dilakukan oleh para orangtua tersebut bukannya membuat anak-anak berhasil dan bahagia, mereka malah merasa tertekan dengan segala tuntutan yang ada. Pelajaran, les, tekanan orangtua di rumah, hampir tidak ada waktu untuk beristirahat. Yeo Seo sendiri diceritakan sejak masuk SMA hanya tidur beberapa jam dalam sehari, selebihnya BELAJAR. Apa-apaan hidup seperti itu? Walaupun dia merasa seolah bahagia menjalaninya, namun dalam dirinya tersimpan obsesi dan ambisi besar bahwa ia harus menjadi apa yang diinginkan orangtua dan neneknya. Apa yang terjadi jika ambisinya tersebut terhalang sesuatu? Dengan tekanan yang dia terima, dia akan dapat melakukan apa saja, termasuk membunuh rivalnya di kelas yang tak lain adalah saudara kandungnya sendiri. Tekanan dan dorongan itu ternyata mendapat dukungan dari ibu dan pelatihnya, yang malah melindunginya dari perasaan bersalah karena terlibat pembunuhan.

Pelatih Kim ternyata juga memiliki masa lalu yang kelam akibat ambisinya yang tidak berhasil diwujudkan untuk menjadi dosen terbaik. Ditambah lagi ambisi untuk menjadikan anaknya super jenius malah membuatnya berpisah dari suami dan menyebabkan anak jeniusnya malah mengalami keterbelakangan mental akibat kecelakaan yang tak lain adalah ulah sang ibu.

Drama berjumlah 20 episode ini berhasil mengaduk perasaan penonton dan pembaca sinopsis seperti mamak. Bisa jadi ceritanya juga diambil dari potret pendidikan anak-anak di Korea saat ini. Seperti tamparan bagi para orangtua agar tidak memaksakan kehendak pada anak-anak. Mamak merasa ditanya :

Apa harapanmu untuk anak-anakmu??? Sukses?
Apa definisi sukses? Karir bagus? Harta melimpah? Jabatan di karir kelak?
Trus dengan “sukses” itu, apa yang bisa kau lakukan? Apa nanti anakmu juga senang?
Bagaimana dengan akhlak, budi pekerti dan persiapan untuk akhirat? Akhiratnya dan akhirat kita orangtuanya.

Coba kita tanya diri kita, apa kira-kira jawaban dari semua pertanyaan tersebut?

Mamak bisa menangis saat ada adegan suami Myung Joo yang menyesal karena sejak dulu memaksakan anaknya untuk menjadi dokter. Ia kehilangan istrinya karena bunuh diri, dan anaknya yang sudah diterima di jurusan kedokteran tidak jadi mendaftar karena memang itu bukan pilihannya. Anaknya pun depresi, menyalahkan pelatih Kim atas apa yang terjadi pada keluarganya. Namun apa yang dapat dilakukan? Ibarat nasi sudah menjadi bubur, hanya bisa menyesal. Begitu juga dengan anak-anak dari dua keluarga di SkyCastle lainnya, dipaksa belajar keras, baik di rumah, les, maupun sekolah. Tanpa bisa menikmati hidup selayaknya anak-anak. Jadi, apa yang sebenarnya para orangtua tersebut harapkan? Prestasi anak yang bisa menaikkan prestise sebagai orangtua terbaik?

Silakan jawab masing-masing ya. Karena sejatinya menjadi orangtua adalah proses belajar yang tidak pernah usai. Menjadi orangtua bukan seperti mengikuti lomba untuk menjadikan anak-anak yang terbaik di bidang akademis. Menjadi orangtua berarti kita diberikan amanah oleh Tuhan untuk mendidiknya dengan baik, membimbingnya berbagai hal yang ujung-ujungnya akan menjadi bekal di akhirat, akhiratnya dan akhirat kita orangtuanya. Apa di akhirat prestise dari orang lain itu berguna? Apa sanjungan dari orang lain itu bisa menambah  timbangan amal kita? Ahh.. mamak ini bikin sedih aja.

Silakan yang ingin menonton film ini lebih lengkap. Kalo mamak, cukup baca sinopsisnya aja. Ambil yang baik, buang yang buruk. Semoga kita bisa menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kita.

11 comments

  1. Iya mak..

    Teringat dulu ada tetangga, kalo ngumpul di warung suka banget banggakan anak2nya.

    Pokoknya anaknya lah yang terbaik.
    Anak orang mah lewat.

    Kadang awak yang masih anak2 saat itu sempat terpikir..

    motif orangtua bangga in anaknya apa sih?

    Karena bukan 1 atau 2 orangtua yang model nya begini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masing-masing sih ya mak. Namanya anak sendiri pasti tiap orangtua bangga, tapi ya nggak perlu dihebohin sampe seluruh dunia tau juga.

      Delete
  2. Hwaa.. bulan lalu br khatam Sky Castle. Byk pelajaran yg diambil, huhuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedih filmnya ya kak. Pelajaran banget bagi para orangtua dalam mendidik anak.

      Delete
  3. Kirain apaan eh drakor :( tp nyatanya banyak ortu yg pengen anak nya gini gitu, udh diikutin eh doinya nyesel2in ke kita gitu. Kek serba salah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak heran kenapa banyak anak yang bingung sendiri saat ditanya tentang bakat dan minatnya. Kalo bisa jawab mungkin mereka bakal bilang "Tanya mamah aja.." :'(

      Delete
  4. Reviewnya singkat padat dan jelas kak, jadi tau saya drama Sky Castle kayak apa. Kalau saya sbg ortu mengharapkan yg terbaik buar anak, tapi trlalu ambisi juga tak baik ya kak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi kak,, orangtua mana sih yang nggak pengen terbaik untuk anaknya ya kan? Tapi caranya juga harus dipelajari supaya nggak salah.

      Delete
  5. Hits banget ni drama.... kek nya emang banyak kasus orang tua yg ambisi dngan karir dan pendidikan anaknya dmi gengsi mereka makanya tema ginian di angkat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bg um, sampe ada lho yg buat IG yg mencerminkan ambisi para mamakers dengan gaya bahasa satire yang bisa buat kita ngakak bg.

      Delete