Reaksi Alergi pada Anak



Belakangan ini timeline mamak banyak memperlihatkan status teman mengenai orangtua yang anaknya alergi setelah dipegang, ditowel, dicubit bahkan dicium orang lain karena saking gemesnya. Emang sih anak bayi itu bikin gemes. Namun nggak semua bayi yang gemesin itu kondisi fisiknya sama. Contohnya aja anak si yang nge-share pengalaman anaknya yang sakit akibat terpapar bakteri yang berasal dari tangan orang-orang yang gemes dengannya. Sebut saja Pak Rangga dan Bu Cinta. Tragedi berawal dari mereka yang membawa Ken, anak mereka yang masih bayi, ke sebuah pesta. Di pesta itu banyak orang yang gemes melihat Ken, ada yang cuma towel, pegang kaki dan tangan Ken, cubit pipi, sampai cium-cium Ken. Padahal di rumah, bapak ibu Ken sangat protektif masalah kebersihan. Sebelum pegang Ken saja, mereka akan membersihkan tangan dengan tisu basah terlebih dahulu.

Beberapa hari setelah kejadian di pesta tersebut, Ken mulai terlihat tidak nyaman dengan pipinya. Sampai pipinya berwana merah seperti gatal sekali dan menjadi luka. Tidak sampai situ saja, merah di pipi Ken semakin terlihat basah dan seperti terlihat daging di bawah pipinya. Bisa dibayangkan betapa bapak dan ibu Ken sangat khawatir dan sedih melihat kondisi anaknya. Akhirnya dengan saran dari saudara, mereka membawa Ken ke dokter spesialis kulit. Dan diagnosa dokter, Ken mengalami alergi kulit, dermatitis atopik, eczema tepatnya.

Banyak pendapat yang mengomentari postingan suami istri ini. Sebagai mamak yang memiliki tiga anak, mamak coba melihat dari beberapa sisi yang berbeda.

Menurut honestdocs.id, alergi adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak menular. Seseorang akan memiliki kecenderungan untuk mengalami alergi apabila memiliki riwayat genetik (faktor keturunan) dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut tidak dapat dipisahkan, karena alergi terjadi karena interaksi antara kedua faktor tersebut yaitu ketika tubuh yang mempunyai genetik sensitif mengalami kontak dengan zat alergen (penyebab alergi).

Alergen dapat berasal dari makanan, keringat, debu, cuaca, asap rokok, dan zat kimia pada deterjen. Dari hasil pemeriksaan dokter, Ken disarankan untuk tidak boleh kotor, keringetan, terkena panas, dan tidak boleh disentuh-sentuh oleh tangan orang lain yang kemungkinan banyak bakteri di dalamnya. Kondisi alergi Ken sudah termasuk parah dan dokter memberikan krim beberapa botol sebagai pengobatan dan harus dikontrol lagi dalam beberapa minggu ke depan. Sejak saat itu bapak ibu Ken menjadi skeptis dan sensitif kalau Ken dipegang-pegang orang lagi.

Mamak jadi ingat waktu anak-anak mamak masih bayi/balita, juga pernah mengalami alergi. Dan dari hasil observasi mamak, alergi mereka berasal dari makanan (udang dan kepiting) dan cuaca dingin. Mamak pernah diskusi dengan dokter masalah ini, dan dari dokter memang tidak ada obatnya. Yang paling mungkin dilakukan adalah mengurangi reaksi alergi dengan obat anti-alergi, biasanya cetirizine yang aman untuk anak.

Oke, kembali lagi ke masalah Ken. Bagi orangtua yang tidak pernah mengalami riwayat alergi, baik diri mereka sendiri maupun anak, reaksi bapak ibu Ken akan terlihat sangat berlebihan. Tidak gampang bagi orang yang memiliki riwayat alergi untuk menghadapi reaksi tubuh akibat alergen seperti gatal, merah-merah di kulit, bersin-bersin, bahkan ada yang sesak nafas dan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Dalam kondisi parah dan tidak cepat ditangani, bisa menyebabkan kematian.

Ahh,, masa’ sih sampai segitunya?? Mamak sendiri melihat teman mamak mengalaminya. Badan tidak bisa bangun dari tempat tidur akibat terpapar asap rokok. Jadi, memang reaksi tubuh tiap orang berbeda dalam menghadapi penyebab alergi. Kalau dipikir-pikir, anak-anak kampung yang sering main lumpur dan jarang pakai sandal kemanapun, sehat-sehat aja kok. Tapi ingat,, imunitas dan kondisi tubuh mereka bisa jadi lebih kuat. Mungkin orangtua mereka tidak memiliki riwayat alergi, atau malah dengan “tempaan” lingkungan yang banyak bakteri, mereka jadi lebih kuat imun tubuhnya untuk menghadapi bakteri yang masuk ke tubuh mereka.

Jadi bagaimana sikap kita seharusnya menghadapi anak-anak yang punya riwayat alergi atau bayi/balita yang masih rentan terpapar zat alergen? 
Saran dari mamak antara lain :
1. Jika ingin memegang atau menyentuh bayi tersebut, mintalah izin pada orangtua nya terlebih dahulu. Jika tidak diizinkan, hargai mereka dengan segala kekhawatirannya. Kalau ada apa-apa ke bayi mereka, mereka yang akan menghadapinya, mulai dari kondisi sedih bahkan sampai harus mengeluarkan duit untuk ke dokter. Jangan samakan dengan anak yang kondisi tubuhnya aman dalam menghadapi alergi.
2.  Cuci tangan terlebih dahulu, termasuk cuci muka jika ingin mencium
3.  Pastikan kondisi tubuh kita sedang tidak sakit. Karena penyakit akan mudah tertular pada bayi yang imunitas nya masih rendah

Oke, sekian cerita mamak kali ini. Semoga bermanfaat.

3 comments

  1. Tapi postingan itu Kayaknya Lebay bgt deh. Abis anaknya sakit, baru nyalahin orang.
    Kl terLalu hygienic, Harusnya tegas sama orang lain.

    ReplyDelete
  2. Hahahaha tp kadang gt sih mbak, anak dia yaaa dia yg protect sih harusnya. Dan org mau ga mau ya kudu ngertiin ya

    ReplyDelete
  3. Kalau orang tua aku sendiri sih pasti ngelarang aku buat gendong atau coel2 anak bayi kalau akunya sendiri lagi sakit, walaupun itu bayi orang
    Tp bener kak, kita harus lebih memperhatikan lagi hal ini

    ReplyDelete