Beberapa minggu yang lalu, mamak ingin
mengajak keluarga besar untuk makan di Pondok Santai, warung seafood di daerah
Tanjung Pura, Langkat. Tempat favorit kami jika ingin makan seafood yang masih
segar, enak, dan suasana di pinggir sungai. Namun karena masih belum jam 9
pagi, adik mamak mengajak untuk pergi ke kawasan wisata hutan bakau yang
katanya mulai dikenal di daerah Langkat. Lubuk Kertang namanya. Memang jaraknya masih agak jauh dari
kota Tanjung Pura, namun tak apa lah untuk menghabiskan waktu sekaligus mencari
suasana liburan yang berbeda dari sebelumnya. Sekaligus mengenalkan anak-anak
pada hutan bakau di tepi laut Langkat.
Melewati kota Tanjung Pura, mobil
kami melaju melewati simpang kota Pangkalan Brandan hingga akhirnya belok kanan
ke arah Pangkalan Susu. Jalan beraspal yang cukup bagus membuat perjalanan kami
tidak terasa terlalu jauh untuk sampai ke tempat itu. Masuk ke Desa Lubuk
Kertang, mulai tampak pipa-pipa besar milik field Pangkalan Susu PT Pertamina EP
dan jalan beraspal pun mulai digantikan sirtu khas tepi pantai. Sampai di depan
kantor Pertamina, kami ambil jalan ke kiri dan pepohonan bakau mulai tampak di
kanan dan kiri jalan. Wowww,, pemandangan yang belum pernah mamak temui
sebelumnya di daerah Sumatera Utara. Akhirnya kami sampai juga ke tempat yang dituju
setelah perjalanan 2,5 jam dari kota Binjai.
Udara panas dibalut angin khas tepi pantai juga mulai terasa. Sampai di ujung jalan, tampak lahan kosong yang dijadikan tempat parkir, namun saat itu masih sekitar 3-4 mobil saja yang ada disitu. Pukul 12 siang, perut pun mulai lapar. Dan kami mencari tempat makan untuk sekedar mengganjal perut kami yang sudah keroncongan karena memang sudah jadwalnya diisi. Untungnya tidak jauh dari mobil kami, ada warung-warung kecil yang menjual makanan ringan seperti mie instan, nasi goreng dan minuman. Cukup lumayan untuk mengatasi lapar sebelum ke seafood yang menjadi tujuan utama kami, sekaligus menunggu waktu sholat Zuhur sebelum kami masuk ke hutan mangrove/bakau.
Selesai sholat, kami berjalan ke jembatan kecil yang sudah disediakan bagi para wisatawan, kami pun bisa berfoto di jembatan yang memang diatur agar cukup instagramable. Walaupun mamak nggak bisa ngatur krucilnya untuk pose cantik, minimal dapet sedikit foto spot "cantik", hehe..
Warning : jaga lingkungan!! |
Masuk ke dalam hutan, mamak
merasa sedang melakukan petualangan. Jembatan kecil dari kayu dan bambu di atas
air dan akar pohon bakau yang dibuat sebagai jalur untuk menikmati mangrove
field trip ini cukup apik. Sekitar 50 meter sekali ada tempat bersantai di
kanan kiri jembatan yang banyak disinggahi wisatawan untuk berfoto, duduk, atau
bahkan beristirahat dengan suasana di dalam hutan bakau.
MasyaAllah.. hati
mamak terkagum-kagum dengan pemandangan sepanjang jalur jembatan, mulai dari
masuk hingga keluar. Sayang, ada beberapa titik dimana kayu/bambu mulai agak
rentan patah untuk dilewati. Jadi mamak yang membawa 3 krucil nya harus ekstra
hati-hati jika tidak ingin anaknya jatuh dari jembatan.
Menjelang akhir jalur, tampak banyak
kepiting bakau yang diam di sela-sela akar pohon. Bisa kelihatan karena air
laut belum naik karena pasang. Indah sekali.
Keluar dari jembatan hutan, ada
yang menawari kami untuk naik perahu mengelilingi hutan bakau dari atas air.
Dengan membayar Rp.10 ribu per orang, kami memutuskan untuk menerima tawaran
itu. Anak-anak juga sangat antusias karena akan naik perahu.
Jadilah kami berada di atas air
menikmati angin tepi laut dan pemandangan pepohonan bakau di sepanjang perjalanan.
Cukup puas juga, 20-30 menit kami disuguhkan pemandangan hijau di sekeliling
kami. Pemilik perahu sempat bercerita jika bantuan pemerintah daerah untuk
pengembangan kawasan ekowisata ini masih sangat minim. Banyak spot-spot foto
untuk menarik pengunjung dibuat secara swakarya masyarakat di daerah itu.
Mereka banyak mendapat ide dari ekowisata mangrove yang banyak di daerah Aceh
dan lebih diperhatikan oleh pemerintah daerahnya.
Di perahu |
Turun dari perahu, kami ingin
segera melanjutkan perjalanan menuju warung tujuan kami. Langkah kami terhenti karena
pemilik perahu yang kami tumpangi tadi mengatakan kalau jalan masih tergenang
air yang cukup tinggi. Sangat berisiko untuk mesin bawah mobil jika terendam
air laut. Sehingga kami disarankan untuk menunggu hingga air surut dari
jalanan. Kebetulan itu jalan satu-satunya yang harus kami lewati untuk keluar
dari tempat ini.
Mau tak mau kami harus menunggu, si ayah
dan abinek sampe tertidur di saung oleh buaian angin tepi laut. Anak-anak??
Perlahan tapi pasti, mereka menghilang dari pandangan dan mulai memasukkan kaki
mereka ke air laut yang sedang pasang di depan kami. Saat mamak sadar
kehilangan anak, mereka sudah main air sampai baju mereka basah. Hufftt,,,
dasar anak-anak pintar!! Padahal sebelumnya air tersebut tidak ada saat kami
naik ke jembatan di awal. Yah… dinikmati saja. Hitung-hitung liburan yang sama
sekali nggak direncanakan.
Jam 5 sore air mulai surut dan
tampak ada mobil yang berhasil melewati jalan keluar. Akhirnya kami
pun bisa berangkat menuju tujuan awal kami untuk makan seafood. Pengalaman yang
cukup menyenangkan berada di hutan mangrove untuk mamak pertama kali.
Mudah-mudahan jika mamak punya kesempatan ke
tempat ini lagi, sudah ada tempat makan, toilet dan mushola yang layak untuk
para wisatawan agar betah datang kesini. Bantuan dari pemerintah daerah pun
sangat diperlukan mengingat daerah ini dapat dikembangkan untuk menjadi sumber
pendapatan daerah sekaligus melindungi ekosistem tepi laut Langkat.
Sayang rasanya kalo tempat yang cantik seperti ini gak dikembangkan lebih baik lagi ya mak..
ReplyDeleteiya bener bgt, butuh bantuan pemerintah utk bisa mengembangkannya mbak..
DeleteJadi ini tempatnya sebelum masuk kota Pangkalan susu ya kak? Saya sering kesana lho, tapi malah gak tau tempat ini hehe :D
ReplyDeletepokoknya masuk dari simpang pangkalan susu itu mbak, nanti ada desa lubuk kertang namanya.
DeleteWah... Cantek kali jembatannya yaaa..
ReplyDeletejalan ngikutin track di dalamnya lebih cantik kak.
DeleteEh cantiknya, 😍 makan seafood sambil wisata hutan, Kak bisikin harga seafood nya dong dan biaya masuknya ada keh?
ReplyDeleteseafoodnya di daerah tanjung pura kak, standar lah utk harga seafood. Di lubuk kertang belum ada tempat makanan utk keluarga gitu. masuk ke dalamnya cuma 5ribu per org kalo nggak salah.
DeleteWahhh bagus kayaknya ya mbak. Jadi pengen ke sana hehe
ReplyDeletehayuukkk,,, bisa piknik di dalem track jembatannya mbak.
ReplyDelete